Part 09

1.3K 250 56
                                    

Aku menenteng sepatu sambil bergegas ke lantai bawah. Menemukan Ayah Taehyung sudah meraih kunci mobil, aku buru-buru memakainya. Menyebalkannya, tali sepatu mendadak sulit diajak kerja sama. Aku sudah berusaha menalinya tetapi gagal lagi dan lagi. Apalagi mendengar Ayah Taehyung menyuruhku cepat-cepat membuatku semakin kesal.

"Tunggu aku! Ini tali sepatunya nakal!" gerutuku.

Ayah Taehyung melangkah mendekat, berjongkok di depanku, dan tak lama kemudian ia tertawa pelan. "Biar Ayah bantu," katanya.

Aku memerhatikan Ayah Taehyung yang kini sedang menalikan tali sepatuku. Gerakannya pelan namun pasti. Bibirku sontak tersenyum saat tali sepatu sudah terpasang sempurna.

"Terima kasih, Ayah!" ucapku riang.

"Sama-sama, sayang."

Sebelah tangan Ayah Taehyung terulur yang langsung saja aku menggandengnya erat. Langkah kami beriringan menuju pintu utama. Aku tak sabar akan segera mendapatkan adik yang menggemaskan. Kira-kira nanti adikku perempuan atau laki-laki, ya?

Jika perempuan, kami akan bermain boneka barbie bersama nantinya. Jika laki-laki, uhm, kami akan bermain apa, ya? Laki-laki, kan, senang bermain bola. Sedangkan aku tak mengerti tentang olahraga yang satu itu. Uh, aku jadi teringat dulu bola yang ditendang Ayah Namjoon mengenai kepalaku cukup keras. Saat itu ayah-ayahku sedang menghabiskan waktu luang di pekarangan rumah sembari bermain bola. Kepalaku mendadak pening dan akhirnya menangis. Sakit sekali, sih.

Hendak mengulurkan tangan guna meraih knop pintu tetapi rupanya pintu lebih cepat terbuka dari luar. Kami terkejut menemukan Ayah Seokjin dan Ayah Namjoon datang tiba-tiba. Aku melirik tangan kekar Ayah Namjoon membawa beberapa kantung plastik. Senyuman yang cerah terukir di kedua belah bibir mereka.

"Oh? Kalian akan pergi?" tanya Ayah Seokjin.

"Iya! Aku akan membeli adik!" jawabku antusias.

Raut Ayah Seokjin dan Ayah Namjook nampak heran sambil melirik Ayah Taehyung. Yang dilirik tidak merespon apa-apa, melainkan melipatkan bibirnya ke dalam seolah menahan tawa. Ada apa? Kenapa begitu?

Sedetik kemudian terdengar kekehan dari keduanya. Ayah Namjoon berkata padaku, "Bolehkah Ayah menitip satu?"

"Boleh!" Aku mengangguk semangat. "Nanti aku belikan adik yang sangat lucu untuk Ayah."

"Aish, benar-benar." Ayah Seokjin tiba-tiba menggeleng. Tangannya terangkat menepuk bahu Ayah Taehyung. "Aku tidak mengerti apa yang telah kamu ajarkan, Taehyung. Sudah cukup otakmu saja yang sedikit menggeser."

"Aku tidak mengajarkan apa-apa, Hyeong!?" protes Ayah Taehyung.

Sebenarnya ada apa, sih?

Ayah Seokjin berjongkok di depanku, memeluk badanku lalu menggendongku tanpa kesulitan. Satu kecupan ia berikan di pipiku sebelum berkata, "Chaeri ikut makan mie saja dengan Ayah, ya? Ayah baru saja membelinya."

Aku cemberut seketika. "Lalu, kapan aku bisa membeli adik? Aku ingin memilikinya sekarang juga."

"Kamu bisa membelinya setelah menyantap mie ini." Ayah Namjoon mengangkat kantung plastik yang dijinjing. "Ayah sudah membelikan satu untukmu. Ayo kita makan bersama."

Suara mangkuk dan gelas beradu dengan permukaan meja makan. Aku memerhatikan ketiga ayahku sedang menyiapkan semuanya. Irisku berbinar menemukan kepulan asap di atas mie yang baru saja dituang ke dalam mangkok. Ah, perutku mendadak berbunyi. Terlebih harum lezat menyeruak ke dalam indera penciuman.

Papa, Can You Hear Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang