Part 07

1.3K 244 174
                                    

"Namanya Park Jimin. Ayah kandungmu yang sebenarnya."

"Ibumu meninggal setelah melahirkanmu."

"Penggemar kami tidak suka saat mengetahui ayahmu memilikimu. Sebagian dari mereka meminta ayahmu keluar dari grup kami."

"Ayahmu seseorang yang mudah terpikirkan sesuatu."

"Nama grup musik kami adalah BTS. Setelah ayahmu memutuskan keluar, kami pun bubar."

"Bukan BTS namanya kalau bukan bertujuh."

"Ketika kamu masih berusia dua bulan, ayahmu meninggal karena kecelakaan."

"Sepeninggalan ayahmu, kakek dan nenek kandungmu berniat mengirimmu ke panti asuhan. Namun, Ayah Taehyung dengan cepat memutuskan menjagamu dan membawamu langsung ke Daegu."

"Kamu harus tahu, ayahmu seseorang yang sangat lembut dan setia kawan. Kami sungguh merasa kehilangan."

Dan masih banyak lagi pernyataan yang Ayah Taehyung lontarkan.

Lucu sekali.

Rupanya di balik tawa yang lolos dari bibirku, nyatanya ada kesedihan mengantri yang menyebalkannya orang lain mengetahuinya kecuali diriku sendiri.

Pusing sekali. Kepalaku berat serta dada terasa sesak. Aku bukan tak ingin menangis. Sesuatu tersendat di tenggorokan yang menahannya. Alhasil aku hanya bisa melamun.

Setelah kupikirkan, mengenyampingkan fakta bahwa mereka berenam adalah teman ayahku, sebenarnya aku ini tidak punya siapa-siapa.

Orangtuaku meninggal dan itu sebabnya aku tidak pernah bertemu mereka. Lebih menyakitkannya lagi mengetahui bahwa aku nyaris dikirim ke panti asuhan. Ada apa dengan Kakek dan Nenek? Sebegitu tidak maunya merawat cucunya sendiri?

"Chaeri?"

Pintu kamar terbuka bersamaan suara berat memanggilku. Aku masih tak bergerak hingga Ayah Taehyung mendekat dan mendudukkan dirinya di tepi kasur. Ia meraih tanganku yang dibebat perban, mengusapnya pelan, dan memanggil namaku sekali lagi—aku masih tak berniat menyahut.

"Ayo kita makan malam," katanya dengan nada rendah.

Aku meliriknya sekejap kemudian melepas genggaman kami, mulai merebahkan diri dengan posisi memunggunginya. "Aku belum lapar."

Terdengar hembusan napas pelan Ayah Taehyung. Telapak tangannya menyentuh pelan punggungku lalu ia berkata lagi, "Mau sampai kapan diam terus di kamar? Tidak mau bermain dengan Ayah, hm?"

Papa, Can You Hear Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang