"Mari kita akhiri semuanya sampai di sini, Jimin."
"Apa?" Jimin terkesiap dan mendadak sulit bernapas. "Apa yang sedang kamu bicarakan, Noona?"
"Maafkan aku. Dan terima kasih atas semuanya."
Sambungan telepon pun terputus, tak memberi kesempatan untuk Jimin menyahut lagi. Lelaki yang dikenal sebagai member BTS itu sekarang hanya bisa menatap nanar layar ponselnya. Dadanya bertalu hebat bukan main, pikirannya kacau, serta terkejut tentunya. Jauh di luar dugaan, Jimin tak pernah menyangka jika Hwang Jinri, kekasihnya, akan mengakhiri hubungan mereka secara tiba-tiba seperti itu.
Semudah itukah berpisah bagi Jinri setelah mereka menghabiskan lima tahun bersama?
Jimin menghela napas pendek namun terasa berat dua kali lipat. Memikirkan apa ada yang salah atau bahkan mungkin ia melakukan kesalahan. Tetapi, apa?
Sebagai idol, pemuda bermarga Park itu selalu jauh-jauh dari rumor tidak enak. Jika dunia ini sedang membicarakan dirinya, hanya sederet prestasi yang akan dibahas. Jimin tahu dari awal mereka berpacaran, hanya ada satu penyebab mereka bisa bertengkar hebat. Ya, perihal bertemu.
Pertemuan terakhir mereka sekitar dua bulan lalu. Jinri menemui Jimin selepas ia dan keenam sahabatnya tampil di salah satu acara musik membawakan lagu baru; Spring Day dan Not Today. Dua bulan tidak terbilang lama, pikirnya. Mereka bahkan pernah tak bertemu selama lebih dari enam bulan. Belakangan ini Jimin memang merasa tidak enak lantaran hanya bisa menghubungi Jinri tak lebih dari dua jam sebab dirinya sibuk menggelar konser Wings Tour. Apa itu sebabnya Jinri tak ingin lagi mempertahankan hubungan mereka?
Lima tahun bukan waktu yang sebentar. Terlebih menjalin hubungan secara diam-diam sebab tak ingin diketahui media memanglah tidak mudah. Akan tetapi, sekali lagi, Jimin masih tidak mengerti mengapa gadis yang umurnya dua tahun lebih tua darinya itu memutuskan mereka untuk berpisah. Si Park memejamkan mata kuat-kuat, menikmati pening yang menyerangnya luar biasa. Ini tidak adil untuknya. Konyol. Jinri bahkan tak menjelaskan alasannya.
Menelan ludah yang terasa getir, menjejalkan ponsel ke saku celana dengan paksa, kemudian Jimin bangkit dan bergegas keluar dari ruangan. Ia tak boleh tinggal diam dan menerima begitu saja. Jika memang harus berpisah, Jimin ingin melakukannya secara jelas. Mereka memulai hubungan dengan baik-baik, kenapa tidak mengakhiri dengan baik-baik juga?
Mobil berwarna hitam yang ditumpangi Jimin berhasil diparkirkan. Sang manager yang rela hati mengantarnya memperingati Jimin untuk jangan berlama-lama, gunakan waktu dengan baik dan segeralah kembali ke mobil jika urusannya sudah selesai yang kemudian dibalas anggukan paham dari Jimin.
Tungkainya segera diseret menuju pintu apartemen Jinri yang sering ia datangi. Terkadang bisa dua kali dalam sebulan ia datang menemui kekasihnya tersebut. Sekadar mengobrol melampiaskan rindu atau bahkan pernah beberapa kali numpang menginap. Hubungan mereka begitu dekat. Tentu saja, mengingat mereka saling mengenal sebelum Jimin bergabung di grup musiknya.
Jimin mengurungkan niatnya memencet bel sebab ia tahu jika Jinri melihatnya lewat intercom, gadis itu bisa saja tidak mau membuka pintu untuknya. Jari-jarinya dengan cepat memencet password yang memang sebelumnya Jinri beritahu atau sama saja seperti mempersilahkan Jimin untuk boleh datang ke apartemennya kapan saja. Napas lelaki itu mendadak tercekat saat pintu apartemen berhasil terbuka. Ia diam sejenak demi melenyapkan semua keraguannya. Kakinya kembali melangkah memasuki apartemen, dadanya mendadak mencelos menemukan tak ada yang berubah—termasuk foto mereka berdua yang terpajang di dalam frame. Jimin tersenyum meski sesak. Tentu, ia merindukan Jinri. Sangat.
Suara berasal dari dapur mengalihkan perhatian Jimin dari foto mereka. Ah, iya, Jimin hampir melupakan fakta bahwa gadis yang ia cintai itu memang hobi memasak. Ia melongok ke dapur, bibirnya dikatupkan rapat menemukan Jinri sedang berdiri di dekat lemari pendingin dengan posisi membelakangi sukses menambah rasa sesak. Bayangan tentang dirinya yang dulu pernah jahil dengan cara memeluk Jinri dari belakang dan membuat kekasihnya itu memekik terkejut berakhir mengomel dengan sangat menggemaskan tiba-tiba melintas di ingatan Jimin. Kenangan-kenangan mereka kembali terbayang layaknya film dokumentasi yang sedang diputar.
![](https://img.wattpad.com/cover/186505518-288-k258879.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa, Can You Hear Me?
FanfictionAyahku seorang bintang. Bintang yang tak pernah lelah menerangi penggemarnya di seluruh dunia. Bintang yang begitu memukau dan menjadi kebanggaan banyak orang. Namun, itu semua tidak lagi setelah aku lahir, katanya.