Epilog :
Two weeks later,
Tuesday, 12th of January
“Jadi, bagaimana hari ini? apa kabarmu membaik?” Kath bertanya seraya mengganti bunga di atas meja dengan bunga baru yang ia beli sebelum mengunjungiku. Hampir tiga minggu di rumah sakit, berada di atas bangkar membuatku bosan. Mulai minggu kemarin dokter mengijinkanku untuk keluar ruangan mengunjungi halaman rumah sakit untuk sekedar menghirup udara segar. Kecelakaan itu memberi dampak yang cukup besar padaku dan minggu kemarin aku mulai bisa menggerakkan seluruh anggota tubuhku—meskipun jika lama-lama akan merasa lelah. Tapi tidak dengan suaraku. Aku tidak bisu, hanya saja luka yang terjadi di tenggorokan membuatku harus menahan diri untuk tidak bersuara sampai lukanya benar-benar pulih.
Aku menulis pada buku kecil—khusus untuk menuliskan sesuatu yang ingin aku katakan—dan memperlihatkannya pada Kath.
Better if I can use my voice for talking.
“Kau harus sabar Rachel, itu tidak akan selamanya. Ambil saja sisi baiknya; kau tidak akan lagi menyuruhku dengan bahasa isyarat karena suara itu segalanya,” dia menunjukkan senyum bangga. Menyindir aku rasa.
Aku menulis lagi; I will scream near your ear if I got my voice back.
“Aku senang menunggu itu.”
Aku menaruh kesal bukunya di atas selimut yang menutupi kaki sampai pinggangku tepat ketika seseorang membuka pintu dan Colton muncul dari sana.
“SELAMAT PAGI KAKAK IPAR!!!!” dia berteriak gaduh memenuhi ruangan. Kath mendekat dan membekap mulutnya kuat, “What the hell did you do idiot??!!!”
Aku menaikkan sebelah alis melihat tingkah mereka berdua dan tunggu sebentar. Apa maksudnya kakak ipar?
Colton melepas paksa tangan Kath yang menutupi mulutnya, “Oh common Kath, ruangan ini terlihat begitu membosankan. Apa kau tidak berpikir kalau Rachel bosan dengan keadaan seperti ini?”
“Satu point penting; ini rumah sakit! Kau teriak dan pasien yang lain yang mendengar tidak akan sembuh-sembuh!”
Aku menggerakkan tubuhku berusaha menarik perhatian mereka, Kath tidak menyadarinya tapi Colton iya. Dia jalan mendekat.
“Ada sesuatu yang ingin kau katakan?”
Aku mengangguk dan menulis cepat; apa maksudmu aku kakak iparmu?
“Ah dia hanya bercanda Rachel. kau tahu kan dia?” Kath terlihat panik, seperti dia tengah menyembunyikan sesuatu. Namun Colton mengentikan ucapannya dengan merangkulnya disertai senyum lebar, “We’re in relationship now.”
“SERIO—“ aku sontak menutup mulutku yang hampir mengeluarkan suara. Shit! Apa aku tidak salah dengar dia berkata begitu?
“Kenapa kau bilang sih?!” Kath terlihat jengkel. Wajahnya bersemu merah ditambah Colton memperhatikannya geli.
“Kenapa memangnya? Kau memang milikku kan?”
OH. MY. GOD. Tell me this isn’t real
Kath meninju pelan dada Colton dan menjauh dari rangkulan laki-laki itu. Aku tak bisa berhenti tersenyum melihat mereka.
“Um..maafkan aku kakak ipar, tapi aku harus menculik adikmu karena hari ini dia ada kencan denganku. Oh—Harry sedang menuju ke sini, kau tenang saja. Jadi.. doakan kencan kami berjalan dengan lancar.” Colton tersenyum simpul. Dia menarik Kath paksa keluar ruangan. Aku melambaikan tangan semangat pada mereka.