Chapter 12 "She will leave you."

4.9K 383 15
                                    

Rachel’s View

 

Ini memang salahku. Awalnya aku mungkin hanya ingin bertemu dengan pria itu, lebih tepatnya nekat. Aku sama sekali tidak memikirkan apa akibatnya. Aku saja sampai saat ini masih tidak percaya kalau aku benar-benar melakukan itu. Nekat masuk ke gedung perusahaan dan berpura-pura menjadi tukang antar makanan. Kath pasti akan tertawa geli mendengar ceritaku, tapi karena aku sudah akan menduga hal itu, sudah pasti aku tidak akan menceritakannya. Kath pasti akan berpendapat “memangnya tidak ada pria lain di dunia ini?”. ya, pasti seperti itu.

Kembali ke topik awal. Sekarang, tindakan di luar akalku ini mengantarkan ku pada..aku pun tidak tahu. Apakah aku harus merasa senang? Atau merasa kesal? Kejadian di depan meja resepsionis tadi saat Zayn bersikukuh ingin mengantarku, rupanya menjadi perdebatan yang panjang. Semua alasan kulontakan, dari mulai aku bawa sepeda, aku tidak punya waktu, aku harus buru-buru, ada pesanan lain yang harus kuantar—setidaknya itu yang kuingat—tapi sialnya pria berambut hitam itu tak pernah kehabisan ide. Alhasil? Sekarang aku dipaksa duduk manis di dalam mobil mewahnya. Masalah sepedaku yang terparkir asal di  depan pintu masuk gedung sudah ditangani Zayn. Dia memanggil dua orang pria untuk membawa sepedaku ke kedai tanpa minta izin padaku.

Aku melirik pada Zayn yang menyetir di sebelahku. Dia sama sekali tidak menoleh padaku—aku pun tidak mau dia menoleh padaku—matanya terus berfokus pada jalanan. Kemudian aku kembali menyadari kalau pernyataanku selama ini memang benar. Dia sangat tampan. Terlebih satu hal yang tidak bisa kupercaya, dia menyukaiku. Aku hanya seorang pelayan kedai kecil bernama Rachel, yang setiap hari bermandikan keringat melayani pembeli. Jauh sekali dengan kata cantik, berkulit selembut sutera karena pada kenyataannya aku memang begini. Terakhir kali aku ke salon mungkin saat kelulusan masa SMA, buruk kelihatannya jika aku yang kusam ini tidak berdandan namun memakai gaun pesta. Tapi suatu keajaiban datang, Zayn menyukaiku dia bahkan beribu kali lebih sempurna daripada Alex yang pernah kucintai setengah mati. Tapi sekarang, rasa benci mungkin lebih dominan.

Aku hanya terus memandangnya dan tiba-tiba dia menarik senyum kecil. “Apa kau akan terus memandangku dengan tatapan seperti itu em?”

Sial! Aku ketahuan. Dengan cepat aku mengalihkan perhatian dan tidak memandangnya lagi—hanya memandang ke depan. “Siapa yang memandangmu?” elakku, tapi aku merutuki diri karena suara gugupku tidak juga hilang. Sekarang, menelan ludah pun terasa sulit.

“Jangan kau kira aku hanya memandang ke depan dan tidak memperhatikanmu. Jelas aku memperhatikanmu.”

“Oh ya, aku tidak peduli dengan itu.”

“Serius?” kali ini Zayn menolehkan kepala padaku. “Kalau begitu aku biarkan saja kau memuji ketampananku tadi dan berpura-pura tidak tahu.” Wajahku memanas mendengarnya. Dia tersenyum semakin lebar membuatku mati kutu tak tahu harus bicara apa. Biar kusimpulkan. Sedari tadi, selama waktu saat aku memandang wajahnya ternyata dia menyadari itu? Tidak masuk akal. Jelas-jelas kedua matanya memandang lurus ke depan, dia tidak mungkin bisa melihatku.

“Aku tidak memandangmu! Siapa yang bilang kau itu tampan?!”

“Aku. Tadi.”

“Itukan pendapatmu bukan pendapatku. Bagiku kau hanya pria jelek yang menyebalkan, memaksaku untuk naik ke mobilmu padahal sudah jelas aku bawa sepeda. Sekarang pikirkanlah, bukankah kau yang terlihat tertarik padaku sir?” aku berucap.

“Ya, aku memang tertarik padamu karena aku mencintaimu. Sudah jelas?”

Ucapannya membuatku diam. Untuk beberapa saat aku tidak dapat berpikir. Namun aku menyadari kalau ucapanku tadi hanya membuatku semakin terpojok. Dia tertarik padaku? Sudah jelas bukan? Karena kenyataan memang dia mencintaiku. Meski pernyataannya itu masih belum bisa kupercaya, namun entah ke berapa kali dia berkata seperti itu. Mendadak ini semua jadi terasa canggung. Kenyataan ini, dia mencintaiku dan aku sedikit mencintainya tapi kami tak juga bersatu meski sekarang tidak ada satupun hal yang menjadi penghalang. Rasanya aneh jika aku terus-menerus berada pada kondisi seperti ini.

SECRET [1D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang