Chapter 13 "You're too stupid!"

4.4K 366 12
                                    


holaaaaa!!!! sepertinya chapter ini selesai lebih cepat dari perkiraan wkwk, mungkin karena gasabar nulis chapter yang itu tuhh(?) okey, let's enjoy this!=D

Rachel’s View

 

“...Apa kau belum puas merasakan sakit akibat seorang perempuan kak? Apa perempuan yang kau bawa ini hanya akan menjadi menyebab rasa sakitmu di kemudian hari?”

“Kau juga mengatakan hal itu saat pertama kali membawa gadis itu ke rumah ini tapi akhirnya, dia mencampakanmu dan meninggalkanmu. Apa kau masih percaya kalau gadis itu tidak akan menyakitimu hah?!”

“Gadis itu hanya akan membawa petaka! Kau tidak juga belajar dari pengalamanmu kak, aku yakin gadis itu hanya ingin mengincar kekayaanmu dan jika kau bangkrut, dia akan meninggalkanmu. Dia hanya akan melakukan itu kak!”

Aku tidak tahu apa maksud gadis itu, dia berbicara seakan aku memang tidak pantas berada di sana. Dia benar, aku memang tidak pantas. Zayn bukan siapa-siapaku tapi aku berani berkunjung ke rumah keluarganya. Bukankah aku terlihat seperti perempuan murahan? Perempuan yang mau saja diajak oleh pria manapun. Aku sudah menyadari itu, aku sudah mengetahui kalau itu memang tidak wajar. Tapi sial aku tak bisa berhenti terisak sekarang. Rasanya sudah tidak peduli aku ada dimana, meski di tengah jalan seperti sekarang ini aku tak peduli pada orang-orang yang menoleh padaku dengan tatapan heran. Hell—masa bodoh dengan orang-orang itu. Aku hanya terus terisak—oh bukan, tapi menangis kencang. Jika tempatku sekarang adalah padang pasir, mungkin aku sudah teriak sekencang-kencangnya.

Perempuan bodoh sepertiku tidak pantas menangis.

Sesuatu terus menohok batinku. Untuk apa aku menangis? Bukankah pernyataan gadis itu sangat tepat? Dia memang tidak tahu apa yang terjadi antara aku dengan pria itu, namun ucapannya soal kalau aku hanya akan menyakitinya adalah benar. Zayn yang bodoh itu sudah berkali-kali aku sakiti tapi dia tetap bertahan. Seakan tidak ada perempuan lain yang pantas dicintai. Aku kesal, aku juga marah. Mengapa si bodoh itu tidak juga menyerah? Asal dia tahu, sikapnya itu membuatku semakin tak mampu untuk menyakiti perasaannya lagi.

Ini dimana, aku tidak tahu. Rumah keluarga Zayn itu terletak cukup jauh dari kota Los Angeles dan aku memilih untuk berjalan menuju rumah? Bodoh sekali. Jika aku mau kakiku lecet-lecet, mungkin aku akan melakukannya. Tapi sekarang aku tidak sedang memikirkan itu. Hanya menangis, entah aku merasa mataku mengering akibat airmata yang terus-menerus keluar dan tidak dapat berhenti. Aku mengusap wajahku berkali-kali, tapi airmata selalu saja membasahinya. Keadaanku kacau dan aku sendiri di tempat yang tidak kukenal. Lengkap sekali.

“Rachel aku mohon jangan pergi dengan keadaan seperti ini...” aku mendengar suara itu lagi. Mudah untuk ditebak, itu adalah Zayn. Tangannya menggenggam tanganku erat, seakan berusaha untuk mengunci diriku agar tidak kemana-mana. Masa bodoh dengan airmata, aku menarik tanganku berusaha lepas dari genggamannya tapi sial itu tidak berhasil.

“Lepas.” ucapku singkat. Aku bisa merasakan suaraku yang bergetar akibat isakan.

“Asal kau tidak pergi begitu saja, aku akan melepaskannya.”

Aku memejamkan mata—tubuhku masih memunggunginya dan untuk kedua kalinya aku berkata, “Lepas.”

“Aku mohon kali ini saja Rachel. Aku tak bisa membiarkanmu pergi begitu saja akibat kejadian tadi.”

Satu butir airmata kembali menetes. Dia memohon penuh ketulusan. Aku dapat merasakan perih yang dirasakan pria itu melihatku begini. Aku juga tidak mau seperti ini. sungguh, mendengar suaranya yang sarat akan penyesalan itu membuat dadaku sesak. Tapi aku tidak bisa! Jika aku membiarkannya lagi, di saat itulah aku hanya akan menambah rasa sakit pada dirinya.

SECRET [1D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang