well siapa yang suka sama abang iting?:3 wkwk. ini part khusus buat harry:))--------
Rachel View
Mungkin aku telah salah memilih jalan. Tidakkah seharusnya aku sudah memutuskan sejak awal pertemuan kami? Aku akui aku memiliki kehidupan yang berbeda. Keluargaku hancur, semenjak hal itu terjadi. Satu-satunya hal yang membuatku harus bertahan hanyalah adikku. Aku bekerja, mendapat uang, membiayainya, melindunginya. Hanya itu tujuanku hidup.
Tapi melihat Elise selalu membuatku tersenyum, dan Harry yang matanya berbinar saat kami membuka pintu ruang adiknya dirawat, membuatku sedikit bahagia.
Setidaknya aku memiliki tempat di dunia ini.
“Hai Harry.” Kami berdua menyapa. Aku melirik pada bangkar dan adik Harry, Colton masih memejamkan mata di sana. Aku rasa dia sedang tidur.
“Oh hai Rachel!” Harry membalas dengan semangat, dia sampai bangkit dari tempat duduknya.
"Huh—memangnya kau pikir hanya Rachel yang menyapamu?” Elise mendengus.
“Ya ya kau juga Elise.”
“Bagaimana dengan adikmu? Apa keadaannya membaik?” aku bertanya.
“Dia mengalami luka yang cukup parah. Well—ini akibat ulahnya sendiri. Tapi mungkin karena aku memarahinya sebelum dia pergi dengan motornya beberapa hari yang lalu, membuatku harus bertanggung jawab.” Elise melipat tangan di dada,”Sudah kuduga pasti ini ada hubungannya denganmu Styles.”
“Tapi aku sudah membayarnya kan? Aku menjaganya sampai dia benar-benar sadar dari koma. Aku tidak pernah beranjak dari ruangan ini.”
“Aku harap Colton memaafkanmu jika kau sudah melakukan itu.”
“Jadi kau tidak pernah keluar ruangan? Apa artinya kau sama sekali belum makan?” aku mulai cemas sekarang. Aku harap jawabannya bukan seperti yang kucemaskan.
“Tentu aku makan. Mom membawakanku roti semalam tapi aku tidak menghabiskannya. Belakangan ini selera makanku tidak ada.” Salah. Ternyata jawabannya benar apa yang kucemaskan. Kemudian aku tersadar, Harry terlihat buruk sekarang. Wajahnya pucat, dan kantung matanya cukup besar. Harry adalah pria yang selalu tampil sempurna, itu sebabnya Jess dan Donna si ratu masa SMA dulu selalu mengejar Harry. Tapi kali ini dia berbeda. Rambut ikal itu begitu berantakan. Aku berani bertaruh kalau dia belum sedikitpun menyentuh sisir belakangan ini.
“Kau berusaha terlalu keras Harry. Kau perlu makan, kau perlu istirahat.”
Harry hanya tersenyum lemah,”Aku makan aku juga sudah istirahat. Percayalah, aku baik.”
“Well Harry.” Elise di sampingku turut bicara,”Meski kuakui kau sangat menyebalkan, tapi aku setuju dengan Rachel. Kau harus istirahat.”
“Momku bekerja, dadku bersama keluarga barunya. Aku tidak berani meninggalkannya sendiri.” Aku melihat Harry menatap lemah pada adiknya. Rasanya pasti berat melihat adik sendiri dalam suntikan infus dan dipasangi berbagai macam alat medis. Mungkin aku akan melakukan hal yang sama jika yang ada di bangkar itu adalah Kath.
“Kakak Harry yang baik, mungkin Colton tidak percaya jika aku mengatakan hal ini. Tapi kau butuh makan. Rachel bisa menemanimu ke kantin.” Ujar Elise.
“Pujian itu terasa seperti ejekan. Tapi bagaimana dengan Colton?”
Aku menepuk bahunya pelan, “Elise bisa menemaninya. Bukan begitu Elise?”