Jimin masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Semalam mereka sudah melakukannya.
Oke, awalnya Jimin aneh dengan sikap Dahyun setelah pulang dari kediaman Park. Dan mereka tidak mengatakan apapun hingga sampai rumah. Dan setelah itu, semua berjalan sesuai apa yang terjadi.
Padahal Jimin sempat ragu apakah ia bisa melakukannya? Tapi, melihat Dahyun yang begitu menyakinkannya, ia pun yakin.
Dan di sinilah ia sekarang. Di kamarnya menatap Dahyun yang masih tidur di hadapannya. Memusatkan seluruh perhatiannya pada wanita satu-satunya di hidupnya. Tersenyum dengan bangganya karena bisa mencapai ini semua sampai titik ini.
Perlahan ia bangkit dari tempat tidur dan duduk di tepi ranjang. Masih memantri Dahyun yang tertidur. Ia mulai bergerak, mengecup keningnya singkat sebelum akhirnya membangunkan sang istri.
"Dubu-ya, bangun."
Masih tidak ada respons dan Jimin kembali melakukannya. Membangunkan Dahyun dengan lembut. Sampai akhirnya, mata indah itu mulai bergerak dan perlahan mengerjap, mencoba beradaptasi dengan cahaya yang masuk ke dalam matanya.
Jimin hanya menampilkan senyuman menawannya, melihat sang istri sudah bangun. Dahyun masih mencoba untuk mengenali sekitarnya dan perlahan bangkit dari tidurnya. Dilihatnya Jimin yang tersenyum ke arahnya.
"Aku masih mengantuk."
Jimin terkekeh mendengar ucapan Dahyun. Tapi, ia segera mempertegas.
"Aku harus berangkat kerja sekarang sayang."
Dahyun mengangguk, masih dalam keadaan mengantuk sebenarnya tapi ia harus membuat sarapan untuk Jimin sebelum berangkat kerja. Dengan langkah gontai, Dahyun keluar dari kamar dan segera memasak. Membuatkan sarapan untuk Jimin.
Ia tampak terkejut ketika seseorang memeluknya dari belakang. Jangan tanya siapa dia? Sudah tentu Jimin yang melakukannya. Menaruh kepalanya di bahu sang istri.
"Oppa, aku sedang memasak."
"Lalu?"
Apa Jimin tidak mengerti bahwa saat ini Dahyun sedang tidak ingin di ganggu? Tapi, yang Dahyun suguhkan hanya helaan napas pasrah. Dan entah kenapa ia mulai merasa nyaman.
Jimin yang peka, segera melepas pelukannya dan duduk di hadapan Dahyun yang masih memasak. Jangan tanya bagaimana dengan Dahyun setelah Jimin melepaskannya, cemberut luar biasa. Dan Jimin menahan kekehannya melihat tingkah Dahyun.
Setelah menyiapkan semuanya, Dahyun segera duduk di samping Jimin, menemaninya sarapan. Ia masih betah memandangi Jimin dan Jimin merasakan hal itu. Perlahan ia mulai menoleh dan melihat Dahyun yang masih menatapnya.
"Dubu-ya."
"Oppa, apakah selama ini kau menahannya?"
Oke, Jimin tahu kemana arah pembicaraan ini. Menahan? Jangan tanya itu Dahyun. Mati-matian Jimin menahannya.
"Menurutmu?"
"Mungkin aku tidak tahu. Apa itu sakit?"
Kenapa pembicaraan mereka sedikit vulgar di sini?
"Aku memang menahannya selama ini. Tidak menyentuhmu. Itu tidak pernah terbayang dalam diriku. Dan kau sudah tahu apa masalahnya. Karena pada awalnya aku masih ragu akan dirimu, apakah kau mencintaiku?"
"Apakah Oppa tidak pernah berpikir aku mencintaimu?"
"Sayangnya tidak. Aku terlalu bodoh untuk memikirkannya. Dan saat aku melihatmu bersama Hanbin, aku mulai menyadari bahwa kau sebenarnya tidak mencintaiku. Aku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine And Only You [𝖈𝖔𝖒𝖕𝖑𝖊𝖙𝖊]
FanfictionJudul lama: MINE Sedari dulu, Dahyun tak menyangka akan melampaui batasnya. Berawal dari rasa sukanya di masa sekolah menengah kini berujung dirinya bisa bersanding dengan Jimin, pemuda yang dulu begitu ia sukai. Nyatanya, Jimin juga memiliki rasa y...