Sembilan Belas

659 65 8
                                    

Dahyun tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Jimin baru saja meneleponnya dan mengatakan sesuatu yang membuat ia ingin berteriak kegirangan. Berlebihan memang. Tapi, inilah Dahyun.

Ya, setelah Jimin menelepon dan menyuruhnya untuk mengantarkan makanan ke kantor. Dahyun sudah senang bukan main. Ya, meskipun sempat kecewa karena Jimin sedang ada di luar karena bertemu dengan investor, tapi itu tidak membuat Dahyun pupus. Ia tampak semangat membuat makanan untuk Jimin siang ini.

Setelah apa yang sudah ia siapkan selesai, ia segera berganti pakaian dan berjalan keluar dari rumah. Bibirnya terus tertarik ke atas, membentuk senyuman. Sembari menunggu bis datang, Dahyun tampak mengayunkan kakinya di kursi halte, sambil bersenandung riang.

Tidak lama kemudian, bis datang. Ia segera masuk dan duduk di bangku belakang.

Dan disinilah ia sekarang. Berhadapan langsung dengan gedung tinggi yang bertuliskan Park Group Corp. Sebuah perusahaan yang pernah ia naungi dan berakhir berhenti. Ya, kalian tahu apa itu. Dengan perlahan, ia mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam perusahaan.

Langkahnya berhenti di lobby dan pandangannya menatap kearah dua orang yang tengah menjadi pusat perhatian. Dahyun tidak tahu siapa wanita itu, tapi ia sangat kenal dengan pria yang membelakanginya.

Ya, dia adalah Jimin. Ah, sepertinya Jimin baru selesai meeting di luar dan baru saja kembali. Terlihat dari sang wanita yang tampaknya sangat marah.

"Kumohon Seulgi, pergilah. Aku sudah bahagia sekarang."

"Tidak Jim, kau hanya bahagia bersamaku tidak bersama dia."

Jimin masih menanggapi Seulgi. Ya, wanita yang ada dihadapannya adalah Seulgi. Ia baru selesai meeting dan malah bertemu dengan Seulgi disini. Padahal ia berpikir Seulgi tidak akan datang lagi kesini dan mengganggu kehidupannya. Tapi, nyatanya wanita ini masih berani datang dan menunjukkan wajahnya di hadapan Jimin.

"Tidak. Seberapa besar kau mengatakannya, aku tetap tidak. Aku sudah bahagia."

"Tapi, aku adalah pacar pertamamu. Tidakkan kau mencintaiku, Jim?"

Seulgi sudah tidak bisa menahan tangisnya. Ia sudah berjuang mati-matian untuk bisa bertemu dengan Jimin dan berbaikan dengannya. Tapi, Jimin malah menolak.

"Meskipun kau adalah pacar pertamaku, jawabanku tetap tidak, Kang Seulgi. Aku sudah bahagia bersama istriku, Park Dahyun."

Deg

Jantung Dahyun berdetak kencang dan tanpa sengaja, ia menjatuhkan kotak bekal yang ia bawa. Perlahan, perhatian semua orang tertuju kepadanya, begitu dengan Jimin dan Seulgi. Mereka tampak terkejut melihatnya.

Jimin membelalakkan matanya. Mendapati Dahyun ada di sini dan tengah menatapnya.

"Dahyun."

Tanpa pikir panjang, Dahyun langsung berlari keluar dari perusahaan. Dan Jimin langsung mengejar Dahyun, meninggalkan Seulgi yang sudah menangis di tempatnya. Ia masa bodoh dengan itu semua. Karena saat ini fokusnya tertuju pada wanita yang sudah berlari di hadapannya.

"Dahyun."

Jimin berhasil menghentikan Dahyun dan menahan pergelangan tangannya. Menghela napas sejenak karena sudah berlari dan kini menatap sepenuhnya pada wanita di hadapannya.

"Aku mau pulang."

Jimin tahu Dahyun sedang marah. Dengan sabar, Jimin hanya mengangguk karena Dahyun saat mengatakan hal itu tidak sedetikpun menatapnya. Ia segera berlari meninggalkan Dahyun yang saat ini sudah mengangkat kepalanya dan menatap kepergiannya.

Mine And Only You [𝖈𝖔𝖒𝖕𝖑𝖊𝖙𝖊]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang