Delapan

565 61 0
                                    

Akhir-akhir ini sikap Jimin sedikit berubah. Ia memang sering pulang malam. Saat Dahyun sudah terlelap dalam tidurnya.

Seperti hari ini. Jimin baru saja pulang tepat pukul 12 malam dan tentu saja Dahyun sudah tidur di tempatnya. Dilihatnya Dahyun yang tidur dengan nyenyak tanpa ada niat untuk menganggu tidur sang istri. Ia mengecup kening Dahyun kemudian tidur di sampingnya.

"Maafkan aku. Aku jarang memperhatikanmu. Kau tahu pekerjaanku akhir-akhir ini cukup melelahkan." Ucapnya lalu pergi tidur.

Dahyun baru saja membuka matanya di pagi harinya dan mendapati wajah Jimin yang tidur di sampingnya. Ia hanya tersenyum kemudian beranjak, keluar dari kamar untuk menyiapkan sarapan.

Ia tersentak ketika suara memasuki indra pendengarnya. Ia menoleh dan melihat Jimin dengan keadaan mata yang sedikit sayu karena bangun tidur.

"Kenapa kau tidak membangunkanku?"

"Aku lihat kau cukup kelelahan, makanya aku tidak membangunkanmu."

"Kalau aku terlambat bagaimana?"

Mendengar itu membuat Dahyun mengernyitkan alisnya. Mengapa pertanyaan Jimin sungguh tidak masuk akal. Jimin mulai mendekat dan memeluk Dahyun dari belakang. Menenggelamkan wajahnya di bahu sang istri, membuat Dahyun hampir menjerit.

"Oppa."

"Aku masih mengantuk, biarkan seperti ini sebentar saja."

"Aku mau membuat sarapan, kau akan makan apa!" Seru Dahyun sambil berusaha melepaskan pelukan Jimin.

Tentu saja Jimin tidak bodoh dengan langsung melepaskan pelukannya begitu saja. Ia semakin erat memeluk Dahyun, bahkan sekali sentak ia memutar badan Dahyun agar berhadapan dengan dirinya. Kembali menenggelamkan wajahnya di balik rambut sang istri.

"Hanya beberapa menit." Ucapnya parau.

Dahyun tersenyum kemudian menepuk-nepuk punggung Jimin kemudian menjalar mengusak rambutnya dari arah belakang.

"Aigoo, apa seberat itu pekerjaanmu setelah aku resign?"

"Tentu saja. Bahkan sekretaris yang baru bekerja denganku beberapa hari yang lalu masih kurang cekatan."

Jimin mulai mengangkat kepalanya dan menatap Dahyun yang berada di hadapannya. Menatap lekat pada manik matanya.

"Tidak kah kau kasihan kepadaku, huh?" Tanyanya kembali menenggelamkan kepalanya di bahu Dahyun.

Dahyun kembali tersenyum. Ia menjerit ketika Jimin mengangkat tubuhnya duduk di atas meja, membuat dirinya harus memeluk Dahyun dalam posisi berdiri.

"Sebaiknya kau mandi, setelah itu sarapan. Aku sudah hampir selesai."

"Baiklah." 

Dengan enggan Jimin melepaskan pelukannya, kemudian masuk ke dalam kamar melakukan ritual wajibnya, mandi. Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar dengan pakaian kantornya.

Dahyun tampak menghela napas ketika melihat dasi Jimin yang tidak beraturan. Ia berjalan menghampiri Jimin dan berdiri tepat di hadapannya sambil berkacak pinggang.

"Oppa, menunduklah sebentar."

Jimin yang sebenarnya tidak mengetahui langsung menurut begitu Dahyun menyuruhnya. Ia menunduk dan detik berikutnya Dahyun berusaha memperbaiki dasi yang ia kenakan. Ia hanya tersenyum simpul sambil terus menatap wajah sang istrinya dari jarak yang cukup dekat.

"Selesai."

Jimin kembali menegakkan posisinya. Ia mendudukkan dirinya dan mulai menyantap sarapannya. Tentu saja Dahyun ikut bersamanya hanya saja mereka makan berseberangan. Beberapa menit kemudian, ia selesai makan. Beranjak dan mengambil tas miliknya yang ia letakkan tepat di sampingnya.

Mine And Only You [𝖈𝖔𝖒𝖕𝖑𝖊𝖙𝖊]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang