Dua Puluh Satu

473 40 2
                                    

Sudah hampir satu minggu Dahyun dan Jimin tinggal di kediaman keluarga Park. Saat ini Dahyun tengah membantu mertua yang sibuk di dapur. Membuat makan malam. Akhir-akhir ini Dahyun sudah jarang manja kepada Jimin kala sang suami pulang larut malam. Mungkin beberapa hari yang lalu, faktor keadaannya yang masih hamil muda dan sekarang ia sudah bisa mengatasinya.

"Dahyun, panggil Jimin. Kita mau makan malam bersama."

Dahyun mengangguk. Ia segera berjalan menuju kamarnya. Ya, beberapa jam yang lalu Jimin baru pulang dari kantor. Sebenarnya, Dahyun sedikit heran, tumben-tumbenan Jimin pulang lebih awal dari biasanya. Mungkin pekerjaannya sudah selesai, makanya ia pulang cepat. Perlahan, dibukanya pintu kamar dan mendapati Jimin yang berada di balik lemari. Sepertinya Jimin baru selesai mandi.

"Jim."

Dahyun melongokkan kepalanya pada pintu lemari dan betapa terkejutnya ia. Ia segera mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Melihat Jimin seperti ini membuat wajahnya panas dingin. Bagaimana tidak, Jimin baru selesai mandi hanya ada handuk yang melilit bagian tubuh bawahnya dan sisanya sudah memperlihatkan tubuh berotot milik Jimin yang kadang membuat Dahyun merona dengan sendirinya.

Jimin yang tahu bahwa Dahyun sedang malu dengan keadaannya sekarang, lantas menghampiri Dahyun, mencoba untuk menggodanya.

"Ada apa?"

"Jim, pakai dulu pakaianmu."

Gawat, Dahyun merasakan bahwa sekarang tubuhnya menegang. Pipinya sudah memerah. Bagaimana tidak, dirinya tidak sengaja menatap tubuh atletis Jimin, walaupun ia sudah sering melihatnya, tapi entah kenapa ia mendadak canggung.

"Kalau begitu bantu aku mencarinya."

Jimin menarik tubuh Dahyun dan menempelkan punggung Dahyun di dadanya. Membuat Dahyun mati-matian menahan detak jantungnya. Di tambah Jimin malah menaruh kepalanya di bahu Dahyun. Dan Jimin tahu apa yang saat ini Dahyun tengah rasakan. Meraba perut Dahyun yang mulai membuncit.

"Kapan kau akan lahir?" Tanya Jimin sambil mengelus perut Dahyun.

Dan perlahan, Dahyun merasa nyaman dengan posisinya. Meskipun dirinya masih sibuk mencari baju untuk Jimin. Setelah beberapa detik mencari, ia pun mendapatkannya dan langsung memberikannya kepada Jimin.

"Nih pakai, aku tunggu di bawah."

Dahyun melarikan dirinya dari Jimin, membuat Jimin terkekeh dengan tingkah Dahyun. Setelah memakai pakaiannya, ia segera turun ke bawah. Di sana sudah ada Dahyun, orang tuanya dan juga mertuanya. Dahyun yang melihat Jimin datang, langsung menghampirinya.

"Kau sudah datang, ayo sini."

Tangan Jimin di tarik dan ia hanya menurut. Mendudukkan dirinya di samping Dahyun. Bahkan Dahyun dengan telaten mengambilkan nasi untuk Jimin. Membuat semua orang yang melihatnya menyeletuk.

"Appa juga mau."

Tentu saja Dahyun langsung menggeleng.

"Tidak, aku hanya mengambilkan untuk Jimin saja."

Seketika ruang makan langsung riuh mendengar ucapan Dahyun, bahkan Jimin langsung menundukkan kepalanya. Tersipu dengan kelakuan Dahyun barusan. Jimin masih saja menunduk, masih malu menunjukkan wajahnya. Apalagi dirinya semakin tersipu kala Dahyun kembali berucap dan membuat suasana semakin ricuh.

"Ini dimakan ya suamiku."

Oh Tuhan, Jimin jadi semakin gemas dengan tingkah lain dari Dahyun. Pasti ada saja yang membuat Jimin senyum-senyum sendiri. Perlahan, ia mulai mendongakkan kepadanya dan menoleh ke samping, dimana Dahyun tengah duduk dan sekarang sedang menatapnya. Jimin langsung menangkup pipi Dahyun dan tidak lama kemudian mencubitnya.

Mine And Only You [𝖈𝖔𝖒𝖕𝖑𝖊𝖙𝖊]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang