Dua Puluh Empat

776 51 4
                                    


5 Tahun Kemudian.............


Dahyun terbangun dan segera beranjak. Menatap sebentar ke arah Jimin yang masih tidur. Dirinya melangkahkan kakinya menuju box baby yang ada di dalam kamarnya. Melihat apakah sang makhluk kecil nan mungilnya sudah bangun. Ia tersenyum ketika putri kecilnya bangun.

Jihyun. Putri manis nan imut itu bernama Jihyun. Anak kedua ia dan Jimin. Ya, ia tidak pernah menyangka akan memiliki anak lagi dan kali ini perempuan. Kalau di pikir-pikir ini sudah berjalan lima tahun pernikahan Jimin dan Dahyun. Ya, sekarang Minhyun sudah menginjak usia 3 tahun dan Jihyun baru menginjak usia 1 tahun.

Dahyun segera mengendong putrinya kemudian keluar dari kamar. Berjalan menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya. ART? Ingat, Jimin tidak mengerjakan siapapun ketika hari minggu atau libur lainnya. Ia ingin quality time bersama keluarganya.

Ia mendudukkan Jihyun di atas meja. Putrinya itu sudah bisa duduk sendiri walaupun usianya masih tergolong rentan.

"Jihyun duduk di sini, Eomma mau masak dulu. Jangan nakal."

Bayi imut itu mengangguk. Ia hanya duduk diam sambil melihat Dahyun yang sibuk memasak. Kemudian, terdengar suara Jimin memecahkan dapur yang awalnya hening.

"Putri Appa sudah bangun." Ucap Jimin yang melihat Jihyun duduk di atas meja, kemudian menggendongnya.

"Minhyun mana?" Tanyanya.

"Masih tidur, nanti juga bangun sendiri. Kau ajak Jihyun main dulu, aku sedang memasak." Balas Dahyun tanpa menoleh ke arah Jimin.

Jimin hanya mengangguk kemudian mengajak Jihyun duduk di ruang tengah. Mengajaknya bermain. Sesekali Jihyun tertawa saat Jimin terus mencium pipinya. Kalau di lihat-lihat putri mereka sebagian besar mirip dari Dahyun. Berbeda dengan Minhyun yang mendominasi wajahnya, hanya mata Jihyun yang sama sepertinya, sipit bahkan hampir tenggelam karena tembemnya pipi yang Jihyun miliki.

"Appa!"

Sebuah suara memecah keadaan rumah. Ya, itu adalah Minhyun. Ia baru bangun tidur dan langsung menangis. Berjalan turun dari tangga dan segera menghampiri Jimin. Tetesan air matanya masih mengalir deras. Membuat Jimin langsung menatap putranya.

"Eh, jagoannya Appa kok nangis, ada apa?"

"Mainan Minhyun rusak." Ucapnya sambil memperlihatkan mainan yang ia maksud.

Jimin menghela napas. Kemudian mengambil mainan sang anak untuk ia lihat. Kemudian tersenyum.

"Kita beli baru ya!"

Minhyun menggeleng. " Gak mau, di perbaiki aja."

"Tapi, ini sudah rusak parah, gak bisa diperbaiki. Kita beli baru ya!" Ucapnya lembut.

"Ya sudah, kita beli. Mau dua boleh?"

"Boleh."

"Asyik." Girangnya.

Minhyun langsung melompat kemudian duduk di samping Jimin. Lalu, dirinya tampak bergumam, mainan apa yang akan ia beli nanti. Perhatiannya teralihkan kepada Jihyun yang terus menatapnya.

"Jihyun mau mainan juga?"

"U. Pa eli mana?"  (Mau. Oppa beli dimana?)>>>> Yang gak paham Jihyun ngomong apa, aku kasih tahu yang di dalam kurung itu apa yang Jihyun omongin.

Jimin hanya tersenyum melihat interaksi kedua anaknya. Kemudian tatapannya tertuju pada Dahyun yang juga menatapnya. Wanita itu tersenyum kepadanya. Bagaimana tidak, tingkah lucu kedua anaknya sangat menggemaskan, membuat Dahyun ingin berlari ke sana dan mencubit kedua pipi anaknya, sangking gemasnya.

Mine And Only You [𝖈𝖔𝖒𝖕𝖑𝖊𝖙𝖊]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang