"Nikmati, Nak. Sebut nama Allah, nikmati rasa sakitmu. Hanya dengan menerima, maka Kau akan menuntaskannya."
#30HariMenulis_Hari_9
Ibu, suar dalam hidupku.
Berkali gelap melingkupi, berulang kebencian merajai, namun ibu tetap sama. Tak pernah sekalipun ia mengajariku membenci, sekalipun perih di hatinya aku tahu sedemikian rupa.
Ibu, tiada mau ia meninggalkan kami. Baginya, jiwanya yang tercabik jauh lebih baik daripada menorehkan luka dalam sanubari anak-anaknya. Bertahun melawan hati yang patah berserak, sampai Allah menyembuhkan semuanya dengan penawar mahal bernama Ikhlas.
Aku memanggilnya Ibu, sosok kebijaksanaanku.
Berpuluh tahun mengenalnya, tak pernah sekalipun aku mendengarnya memaki.
Biarpun amarah membumbung tinggi, hanya sederetan omelan khas ibu yang berbaris rapi bak kereta pagi. Tak akan berhenti, sampai lawan main mengaku salah dan memperbaikinya. Atau sedikit kecupan dan laku manja, jelas cukup efektif membantu.
Kala kekecewaan menguasai, ibu hanya diam dan menyimpan dalam hati."Berkatalah yang baik, Nak. Kelak Kau akan jadi seorang ibu."
Ah, Ibu. Tak terhitung berapa nasihatnya yang kujadikan pedoman hidup. Tiada berani aku menyumpahi, selelah apapun aku pada ketiga malaikatku.
"Jangan membenci orang lain, Nak. Kamu boleh membenci sikapnya, perbuatannya. Namun jangan sekalipun Kamu membenci sosoknya. Doakan olehmu, agar Ia segera menyadari khilafnya, dan berubah."
Dan kini tiada mampu aku membenci, meski kadang masih sulit untuk melupakan. Kala mereka kembali baik, senyumku juga kembali terkembang. Sungguh khas ibu.
Ibu, sahabat sejatiku.
Selalu kunikmati perjalanan panjang bersamanya.
Gelak tawa ibu, terdengar indah dan selalu mampu menyembuhkan. Banyak luka terobati dalam obrolan ringan kami.
Dalam pangkuannya, kutemukan tempat mengadu. Tak jarang diam-diam aku menyeka kedua mata, saat mukena ibu menyelimutiku. Ah, aku jarang menangis di depannya, karena aku tahu beliau akan lebih terluka daripada diriku sendiri demi melihat air mataku.Engkaulah Rumah pertamaku, Bu.
Karena dalam pelukanmu, damaiku bermula.Bu, kumohon maafkan aku yang belum mampu membahagiakanmu.
Engkaulah suar dalam hidupku.Puspa sayang Ibu ....