Bersahabat Dengan Kegelapan Abadi

0 0 0
                                    

#30HariMenulis_Hari_11

Assalamualaikum, Kawan!

Hari ini tema Challenge NAD adalah 'Darkness'. For you to know, saya benar-benar speechless membaca karya peserta yang lain, yang jelas bukan pejuang deadline macam saya. Salute for you, guys! Sungguh suatu kehormatan bisa berpartisipasi di Challenge tahunan ini bersama kalian.

Bicara tentang kegelapan .. Well, darkness is something everyone fears about. Dibesarkan di tengah cahaya, menurut saya, hanya segelintir saja manusia yang tidak takut pada kegelapan. Apa? Kamu tidak sama? Kalau begitu coba bayangkan. Bagaimana jika kamu terjebak dalam sebuah gua yang saaangat dalam, yang tak tersentuh cahaya sama sekali. Pun kamu tidak diberi kemampuan untuk keluar dari kegelapan tersebut, abadi di sana, selamanya. Apakah yang akan kamu lakukan?

Kali ini, saya ingin mengangkat tema mengenai bukti kehebatan Allah. Tentang makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang hidup tanpa cahaya.

Kawan, pernahkah kamu melakukan Jelajah Gua? Saya belum, dan sepertinya sih tidak akan mau.

Jelajah Gua, lebih terkenal dengan istilah Caving, adalah olahraga rekreasi dengan menjelajahi atau melakukan penelusuran terhadap perut bumi yang disebut gua.

Olahraga ini bagi saya sangat ekstrim. Jelas, karena saya sepertinya adalah penderita klaustrofobia ringan. Sebuah penyakit yang mengakibatkan penderitanya memiliki kecenderungan untuk takut pada tempat tertutup. Yah, enggak ringan juga, sih. Masih saya ingat dengan jelas bagaimana nafas saya sesak, keringat dingin bercucuran, badan gemetar, dan ribuan kupu-kupu seperti beterbangan dalam perut saya, hanya karena saya memaksa diri memasuki Goa Jepang di Bukit Tinggi, Padang. Oh, saya berani menghadapi ketakutan saya, dong. Berlagak berani di depan Ibu dan Tante saya, padahal lutut makin melemas di setiap langkah masuk ke Goa. Ogah, deh, masuk gua lagi.

Namun, saya menyimpan rasa kagum pada para Caver atau Penjelajah Gua. Subhanallah, sengaja melangkah Caving pasti rasanya sepertil menghantarkan nyawa. Hiiy ....

Kenapa saya mengagumi mereka? Karena tanpa mereka, kita tidak akan mengetahui ajaibnya ciptaan Allah yang tersembunyi di balik lipatan perut bumi.

Mari saya perkenalkan, para Trogofauna dan Stigofauna. Baru dengar? Sama, kok. Tapi kecantikan mereka langsung merebut hati dan perhatian saya. Here we go!

Trogofauna adalah istilah yang mengacu pada hewan-hewan yang hidup di gua dan telah beradaptasi dengan lingkungannya yang gelap. Troglofauna dan stigofauna merupakan dua jenis fauna bawah tanah, tetapi stigofauna hidup di air. (Wikipedia)

Dengan kata lain, hewan yang hidup di tengah kegelapan abadi.

Trogofauna dan Stigofauna pada umumnya merupakan hewan yang hidup di tengah cahaya, namun telah mengalami adaptasi secara permanen. Ciri umum mereka adalah menguatnya indera penciuman, pendengaran, dan sentuhan. Banyak spesies juga kehilangan fungsi tubuh yang tidak digunakan, seperti penglihatan dan pigmentasi tubuh.

Penjelasan mengenai mereka bisa menjadi beberapa tulisan baru, karena itu, yang ingin saya angkat di sini hanya salah satunya: Keajaiban adaptasi tubuh, sehingga menjadikan hewan-hewan ini bisa bersahabat dengan kegelapan abadi. Ah iya, saya membuat beberapa perbandingan hewan gua dengan sepupunya di dunia luar, bisa kamu lihat di referensi gambar.

Kebanyakan dari mereka fungsi matanya melemah, buta total, atau bahkan matanya menghilang karena evolusi. Warnanya banyak juga yang berubah albino, menjadi putih atau bening, karena kehilangan pigmen tubuh secara perlahan. Toh, mereka tidak memerlukannya untuk menghadapi sinar matahari. Sebagian, yang mengandalkan indera peraba, memanjangkan antena atau kakinya. Bahkan jenis makanan pun berbeda. Betapa tidak, memangnya di dalam gua ada darah yang bisa disedot para lintah?

Masyaallah, keajaiban campur tangan Tuhan memang sungguh mengagumkan.

Well, melihat eksotisme mereka, mau tidak mau saya berpikir, adaptasi tubuh seperti apa yang akan terjadi bila ada manusia yang terjebak dalam kegelapan abadi?

#AiyPuspa
Jumlah kata: 525 kata

30 Hari Menulis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang