#30HariMenulis_Hari_25Pagi ini, dia datang lagi.
Terdiam, aku berusaha menahan diri untuk menghampirinya.
Tak ada suara. Apakah dia akhirnya mengerti?
Perlahan, kualihkan pandanganku ke arahnya.
Tuhan ....
Wujudnya merupakan simbol keindahan dunia. Tak mampu netraku berpaling darinya. Selalu saja seperti ini.
Tidak!
Sengaja kupalingkan wajahku darinya. Sudah cukup! Bukankah aku bertekad melupakannya? Kalau begitu, lupakanlah!
Kurasakan tanganku mulai gemetaran. Sial. Bahkan tubuhku sendiri mengkhianatiku!
Mereka bilang dirinya tak cukup baik untukku, tak pahamkah aku akan hal sesederhana ini? Kami tak selayaknya bersama!
Netraku mulai berembun. Mereka ... tak mengetahui betapa dalamnya aku mencintainya.
Aku mengenalnya sejak aku mampu untuk membersamainya. Selepas itu, tak pernah satu hari pun aku tidak menemuinya.
Dia ... bagai hujan yang mengguyur bumi setelah gersang melanda. Memberi arti lebih dalam siang dan malamku. Membuatku selalu menanti saat bertemu lagi dengannya.
Tuhan ... sungguh aku mencintainya. Namun, aku harus mencoba melupakan. Harus!
Kuabaikan perutku yang menegang, dengan langkah tegap aku beranjak menjauhinya. Tak boleh ada lagi dia dalam hidupku.
Siang, dia kembali mendatangi.
Tampak elok, namun berbahaya. Memiliki kemampuan untuk membuatku melupakan akal sehat.
Kudapati diriku kembali memandangi tiap inci dirinya. Begitu ... menawan. Astaga! Segera kupalingkan wajahku darinya. Lama-lama aku bisa gila!
Tak melihatnya, namun ternyata mampu mencium wanginya. Menggoda. Selalu menggoda. Tak sadar aku memejamkan mata menikmati aroma yang digunakannya siang ini. Eksotis ... membuatku membayangkan berbagai kenikmatan yang bisa kudapatkan darinya. Tidak! Kutahan nafasku sebisaku.
Tubuhku gemetar, kepalaku terasa ringan dan melayang. Efek samping yang kuakrabi setiap mencoba menghindari hadirnya.
Aaaargh!!
Iya, aku mencandunya! Aku menginginkannya, sekarang juga! Sudahlah! Tak mau lagi aku mengambil peduli tentang kata mereka. Sungguh aku tak dapat hidup tanpanya!
Kudekati ia perlahan, di mataku tampak dia bersorak menyambut. Netra laparku menyapu, tak sabar lagi untuk menyentuhnya.
Elok dipandang, sedap dihirup. Yes! You're mine!
Kuangkat sepiring nasi dan Sambal Jambal dengan aroma menguar sempurna. Sigap kutambahkan lalapan yang tersusun rapi di meja. Tak lupa tempe goreng hangat dengan asap mengepul. Tergesa, aku segera melahapnya.
Ah ... surga dunia.
Tak lagi-lagi aku mengikuti Diet Nasi yang disarankan beberapa temanku. Cukup sudah. Aku orang Indonesia asli, tanpa nasi, aku belum makan.
Tak dapat aku hidup tanpanya.
#AiyPuspa
No peserta 101
Jumlah kata: 370 kata