Semilir angin menerpa wajah gadis yang sedang asyik memandangi pemandangan kota Seoul di balkon. Ditemani secangkir cappucinno, ia nampak merasa damai. Semua masalahnya bagai hilang seketika, namun meski hanya sementara. Hanya untuk saat ini. Gadis itu adalah Kim Yeri.
Ponselnya sedaritadi berdering, beberapa saat yang lalu ponselnya ia aktifkan. Dan wah, banyak sekali notifikasi dan missed call yang masuk ke ponselnya.
Yeri hanya menatap ponselnya datar, ponselnya ia pasang mode silent. Dirinya butuh ketenangan."Yeri" Suara Seungwan membuat Yeri menoleh dan bangkit dari duduknya. Gadis itu tersenyum tipis pada Seungwan, lalu mengambil cangkir yang sudah kosong.
"Ya ada apa Unnie?" tanya Yeri lalu menghampiri Seungwan, tangan kanannya memegang cangkir.
"Hari ini aku akan pergi ke swalayan, apa kau mau ikut?" sepertinya Yeri fikir itu ide bagus, daripada ia terus di dalam apartemen. Membuatnya merasa suntuk.
"Ah baiklah Unnie, aku ikut. Sebentar aku berganti pakaian dan memakai masker, ah topi juga" Yeri tersenyum miris. Seungwan mengangguk ia kembali masuk ke dalam apartemennya, diikuti Yeri di belakangnya.
Seungwan merasa iba pada Yeri, ia tidak bisa bebas hidup di luar sana. Keluar pun harus memakai masker setiap saat, agar bodyguard ayahnya itu tak mengenali sosok Yeri.
Yeri memasuki kamarnya, Apartemennya Seungwan lumayan luas. Dengan dua kamar tidur, dua kamar mandi di masing-masing kamar dan juga dapur yang langsung terhubung dengan ruang tengah.
Ia mencari pakaian yang sekiranya cocok untuk ia kenakan saat ini. Sepertinya jeans hitam, kaos polos lengan pendek dan sweater berwarna hitam adalah pakaian yang akan Yeri kenakan. Semuanya harus serba tertutup. Tak lupa Yeri memakai topi dan masker juga.
"Unnie, apa gapapa aku berpakaian seperti ini?" tanya Yeri yang agak ragu, takutnya Seungwan merasa risih saat bersamanya dengan pakaian serba tertutup ini.
"Gapapa Yer, astaga! yaudah ayo pergi" Seungwan mengambil kunci mobilnya di atas rak TV nya. Ia juga menyampirkan tas selempang di bahunya.
Mereka pun keluar dari apartemen, Seungwan merangkul bahu Yeri dan menepuknya pelan. Berjalan beriringan menuju parkiran.
"Unnie, apa kau punya seorang teman yang mungkin memiliki apartemen atau flat kecil, apapun itu yang disewakan?" Seungwan memasang sealtbelt lalu mengernyit, "Kau tidak mau tinggal denganku?" Seungwan memasang wajah cemberut, Yeri seketika khawatir.
"A-ah tidak, maksudku gak gitu Unnie. Hanya saja aku mau, mencoba hidup sendiri"
"Baiklah sepertinya aku akan bertanya pada Yoongi Oppa" Yeri tersenyum senang lalu mengucapkan terimakasih berkali-kali pada Seungwan. Seungwan sudah sangat banyak sekali membantunya.
-love i n paint-
Jungkook terbangun dari tidurnya ketika sinar matahari mengenai wajah tampannya. Ia melihat jam dan ternyata sudah siang menjelang sore. Malam tadi Jungkook baru saja pulang pukul sebelas malam. Ia tidak menyangka tidur dengan waktu yang cukup lama.
Ia keluar dari kamarnya dan menuju dapur. Cacing dalam perutnya sudah demo meminta diisi, Jungkook membuka kulkas. Di dalamnya hanya ada sehelai roti dan juga susu kotak kecil. Untung saja, mungkin setelah ini ia memutuskan untuk berbelanja kebutuhannya.
Oh iya, dengan ajakan ayahnya kemarin mengenai keluarga Im yang akan mengunjungi rumah. Jungkook tidak akan datang sama sekali, persetan ayahnya akan marah besar padanya. Jungkook pokoknya tidak akan hadir.
KAMU SEDANG MEMBACA
love in paint - jungri
Fanfiction"Wah kamu melukisku! bagus sekali!" Jungkook terkejut karena di sampingnya ada seorang wanita mengenakan dress berwarna peach. Mata jungkook tidak teralihkan pada apapun, dihadapannya adalah wanita yang benar-benar membuatnya jatuh cinta di tempat. ...