Chapter 16

366 53 1
                                    

"Bagaimana tadi? apa Yeri suka gaunnya?" tanya nyonya Jung, yang tidak lain adalah ibu Jaehyun. Yeri masih tahu sopan santun seperti apa, ia pun tersenyum dan mengangguk meskipun itu terpaksa.

Tiba-tiba Yeri dipeluk, membuat ia tersentak. "Kalau nanti Yeri menikah dengan Jaehyun, jaga dia baik-baik ya? Jaehyun adalah anak yang nakal dan susah menurut" Yeri hanya diam, ia bingung di satu sisi ia merasa iba dengan ucapan yang diucapkan oleh nyonya Jung.

Sedangkan di satu sisi lainnya, ia tidak bisa menikah dengan Jaehyun. Yeri hanya ingin menikah dengan seseorang yang ia cintai.

Jaehyun tidak mendengar hal itu, ia hanya menatap keduanya sedang berpelukan. Tanpa tahu, kalau ada sesuatu yang dibicarakan.

Dengan perlahan, nyonya Jung melepaskan pelukannya dan tersenyum menatap Yeri.

Setelah itu nyonya Jung dan Jaehyun pamit untuk pulang, Yeri mengantar hingga depan dan melambaikan tangannya ke arah nyonya Jung dan tersenyum seakan Yeri baik-baik saja, padahal tidak.

Yeri menghembuskan nafasnya kasar, ia kembali masuk ke dalam rumahnya. Tetapi, langkahnya terhenti ketika sang ayah sedang berdiri sambil bersedekap di ambang pintu.

"Appa melakukan ini untuk kebaikanmu" Yeri mendecih pelan, ia membuang muka ke arah samping.

"Kebaikanku?" tanya Yeri sambil menatap tajam ke arah sang ayah.

"Iya, dengan begitu..." Yeri pergi melewati ayahnya begitu saja. Ia tak mau berdebat hal ini lagi, otaknya sudah lelah ia ingin istirahat.

-love i n paint-

Sepanjang perjalanan menuju rumah orangtuanya, Jungkook terus saja memikirkan hal yang beberapa saat baru terjadi. Masalahnya, ia ingin tahu kebenarannya. Mungkin saja security itu hanya bicara tak jelas atau berbohong. Tapi, untuk apa berbohong?

tin tin

Tanpa sadar, Jungkook membuat jalanan agak macet. Sudah sekitar 10 detik, lampu lalu lintas sudah kembali hijau. Tetapi ia tidak menyadarinya hingga membuat mobil di belakangnya membunyikan klakson.

Jungkook langsung saja memajukan mobil nya. Hari ini hal yang membingungkan baginya. Tidak tahu bagaimana nanti kalau dirinya datang ke kediaman keluarganya dan tak membawa seorang kekasih.

Ia tidak mau meminta bantuan kepada Tzuyu, ia takut menyakiti perasaannya dengan terus memperlakukan Tzuyu layaknya seorang pacar, tetapi itu hanya pura-pura. Jungkook tahu bagaimana perasaan seorang wanita jika diperlakukan seperti itu. Ya, Jungkook adalah tipe orang yang seperti itu.

Baik? tentu saja.

Sekarang di hadapannya tertampang sebuah rumah sederhana tetapi mewah dan elegan. Dia mencoba mengatur nafasnya dengan teratur. Ia mulai keluar dari mobil miliknya dan menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menghembuskannya.

Ia mulai melangkah memasuki halaman rumah milik orangtuanya itu. Jujur saja, Jungkook sangat rindu dengan suasana rumahnya. Meskipun, hanya selang waktu dua bulan ia tak mengunjungi kediaman ini.

Kini ia berdiri di hadapan pintu kayu yang nampak kuat. Tangannya mulai mengetuk pintu rumah tersebut. Ketukan pertama belum ada sahutan apapun, ketika ia kembali berniat mengetuk pintu tersebut seorang wanita paruh baya membuka pintunya.

Bukan, itu bukan ibunya. Melainkan seorang pembantu yang sudah bekerja disana bertahun-tahun lamanya. Jungkook tentu saja ingat siapa gerangan yang berada di hadapannya saat ini. Jungkook tersenyum, lalu ia langsung memeluk wanita di hadapannya.

"Ahjumma Kwon, apa kabar? ini Jungkook" Wanita paruh baya tersebut menaikkan alisnya, ia masih mencoba mengingat-ngingat siapa sosok lelaki di hadapannya.

Ingatan ahjumma Kwon memang agak lemah, tentu saja ia terkadang lupa pada sosok orang. Jungkook tersenyum, lalu mengusap bahu ahjumma Kwon.

"Sudah-sudah, sebaiknya aku masuk. Bukan begitu ahjumma?" Jungkook terkekeh, dan masuk ke dalam rumah. Meninggalkan ahjumma Kwon yang masih mematung di ambang pintu. Kemudian, ahjumma Kwon menutup pintu dan berbalik. Ia menepuk dahinya.

"Astaga, nak Jungkook ya?" tanya ahjumma Kwon sambil memerhatikan pergerakan Jungkook yang sedang melepas jaketnya dan duduk di sofa ruang tengah. Maklum ahjumma Kwon sudah hampir berumur 60 tahun.

"Iya ahjumma, apa orangtuaku ada di rumah?"

"Ada di belakang kebun, saya panggilkan-" ucapan ahjumma Kwon terputus, Jungkook menahannya dan memutuskan untuk menghampirinya sendiri.

Jungkook mulai berjalan menuju belakang kebun. Setelah sampai, netranya menangkap dua orang yang tengah bercengkrama sambil duduk menikmati secangkir teh.

"Jungkook kenapa belum kesini juga ya?" Jungkook menjaga jarak antara dirinya dan kedua orangtuanya. Ia mencoba menguping apa saja yang sedang dibicarakan oleh orangtuanya tentang dirinya.

"Aku tidak percaya padanya, mana mungkin dia kesini. Dia pasti berbohong lagi" ucap appa nya sambil kembali menyeruput teh nya yang hampir habis. Ia bangkit dari duduknya, dan mendapati Jungkook sedang berdiri tidak jauh darinya.

-love i n paint-

Sudah satu jam berlalu, Yeri masih duduk di sebuah cafe yang tidak jauh dari rumahnya. Bahkan kedua bodyguard suruhan ayahnya yang kemana-mana Yeri pergi pasti mengikuti pun mulai suntuk.

"Non, apa masih lama?" tanya salah satu dari bodyguard tersebut.

"Yaudah kalau kalian gamau nungguin saya, lebih baik pulang aja deh. Saya bukan anak kecil, gak akan kabur ini" rutuk Yeri kesal sambil mendelik pada keduanya. Ia kembali memanggil pelayan untuk memesan minuman untuk ketiga kalinya.

Tidak lama suara lonceng dari pintu berbunyi, Yeri langsung menoleh dan melihat apakah itu seseorang yang saat ini sedang ia tunggu.

"Lama banget sih Bin!" sosok lelaki itu, tidak lain adalah Hanbin ini langsung saja duduk di hadapan Yeri dan menunjukkan cengiran khasnya.

"Jadi kena-" ucapan Hanbin terpotong ketika Yeri buru-buru membekap mulutnya. "Sst, nih" Yeri menunjukkan bodyguardnya dengan gerakan mata yang ia buat. Hanbin pun mengangguk.

"Bisa tinggalin saya dulu gak?"

"Tapi non-"

"Jangan lebay, saya gak akan kabur. Bukan anak ayam juga kan?" tanya Yeri sambil mendelik. Akhirnya kedua bodyguard itu pergi sesuai perintah Yeri.

"Jadi ada apa Yer?" tanya Hanbin, tetapi raut wajah Yeri langsung berubah masam. Ia langsung mengacak rambutnya.

Hanbin langsung membulatkan matanya, ia segera mengambil lengan Yeri buru-buru untuk menghentikan pergerakan yang Yeri buat.

"Kenapa Yer!?"

"Aku dijodohin Hanbin, gimana ini" sontak, lelaki tersebut langsung saja bangkit dari duduknya dan menggebrak meja– tidak terlalu keras sih hanya saja membuat ia dan Yeri menjadi pusat perhatian disana.

Tahu bukan, bagaimana rasanya jika seseorang yang kita suka ternyata dijodohkan dengan orang lain?

TBC

love in paint - jungri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang