Seorang gadis tengah menatap pantulan dirinya di depan cermin, gaun berwarna silver tanpa lengan kini membalut tubuhnya. Rambutnya yang digulung rapi menambah kesan cantik pada dirinya. Namun, wajahnya tidak menunjukkan kebahagiaan sama sekali. Tetapi, Yeri kini berusaha untuk tersenyum. Ya, senyum palsu pastinya.
Ia menoleh ketika suara ibunya memanggil dirinya di ambang pintu. "Yeri... kamu cantik sekali" Yeri berusaha tersenyum, namun ia tahu ibunya itu tidak bahagia sama sepertinya.
"Yeri... eomma sudah bilang-" ucapan ibunya terputus ketika Yeri memeluknya erat dan menangis. "Eomma, Yeri akan baik-baik saja. Eomma jangan khawatir, oke? berjanjilah padaku ya?" Yeri melepaskan pelukannya dan menyodorkan jari kelingking di hadapan ibunya. Jari kelingking keduanya saling bertautan dan senyuman merekah antar keduanya.
"Yeri anak cantik eomma, kau juga harus berjanji agar terus tersenyum seperti ini" Yeri mengangguk walau ia tak tahu apa ia bisa menepati janji nya itu.
Yeri berjalan ke arah belakang ibunya dan mendorong kursi roda yang diduduki oleh ibunya. Mereka berdua menghampiri Yoonhyeong yang sudah bersiap di depan pintu. Ibu Yeri tidak bisa ikut hadir karena kondisinya masih belum baik.
Sebelum pergi ia mencium kening sang ibu lalu melambaikan tangannya. Ia masuk ke dalam mobil bersama ayahnya. Mereka diantar oleh supir pribadi Kim.
"Anak penurut. Jangan sampai saat kau disana membuat kekacauan, kau mengerti anakku?" Yeri hanya bisa diam menatap jalanan yang dilewati melalui jendela.
Tibalah mereka di sebuah restoran mewah, Yeri dan ayahnya turun dari mobil. Kini Yeri mengikuti sang ayah dari belakang, ketika memasuki restoran tersebut alunan dari piano terdengar di seluruh penjuru restoran. Raut wajah sang ayah tiba-tiba merekah ketika ia melambaikan tangannya pada sekumpulan orang yang berkumpul di salah satu meja disana.
Yeri berusaha untuk menunjukkan raut bahagia, ia mengikuti ayahnya dari belakang. Tibalah mereka di hadapan sekumpulan orang itu, Yeri dan ayahnya membungkuk bersamaan. Lalu mereka duduk bersama dengan sekumpulan orang tadi.
"Perkenalkan ini anakku, Kim Yeri" Yeri tersenyum di hadapan semua orang yang berada satu meja dengan dirinya dan ayahnya.
"Wah, cantik sekali ya anakmu ini tuan Kim" Yoonhyeong terkekeh lalu mereka berbicara mengenai berbagai hal yang mencakup bisnis dan kerja sama yang terjalin diantara mereka.
Hingga pada akhirnya kedua pihak mulai membicarakan mengenai perjodohan yang akan dilakukan. Yeri rasanya ingin pergi saja dan kabur dari acara konyol ini menurutnya.
Yeri pun enggan melihat pria yang dijodohkan dengannya, ia sedaritadi hanya menatap dan memainkan kuku saja. Sesekali tersenyum ketika ayahnya berbicara padanya, ya tentunya senyum palsu.
"Baiklah, kapan tanggal baik untuk melangsungkan pernikahannya?" Yeri membulatkan matanya lalu menoleh pada seorang wanita paruh baya yang tengah tersenyum sumringah padanya.
"Wah, lebih cepat lebih baik" Yeri meremas dress yang sedang dikenakannya. Tangannya ia kepalkan dengan erat, namun wajahnya seakan menunjukkan ia baik baik saja dan tampak normal. Tapi, di dalam dirinya tentu saja berbeda.
"Yeri, kau sepertinya malu ya?" Yeri mendongak menatap wanita paruh baya itu yang tidak lain adalah nyonya Jung. Ia tersenyum tipis sambil sedikit terkekeh. Setelah nyonya Jung balik menatap putranya, Yeri mendelik dan melirik sedikit ke arah lelaki yang akan dijodohkan dengannya itu.
Lelaki itu pun merasakan hal yang sama dengan Yeri. Ia tak sudi dijodohkan, namun ancaman ayahnya yang membuatnya harus ikut dalam perjodohan bisnis yang konyol ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
love in paint - jungri
Fanfiction"Wah kamu melukisku! bagus sekali!" Jungkook terkejut karena di sampingnya ada seorang wanita mengenakan dress berwarna peach. Mata jungkook tidak teralihkan pada apapun, dihadapannya adalah wanita yang benar-benar membuatnya jatuh cinta di tempat. ...