Faded | Chapter 27 - Waktu yang Akan Menyembuhkan Luka

5.6K 774 93
                                    


Hapunten typo^_^

~~~

Buk!!

"Maksud dari semua ini apa?!" Davian melempar map berwarna cokelat itu ke hadapan seorang pria paruh baya yang sedang duduk di depannya.

"Dav, map ini—"

"Saya nggak tanya apa isi map itu!" sentak Davian, emosinya benar-benar meluap kali ini. Ia, menatap dengan sorot tajam pada pria paruh baya yang ada di hadapannya, "Pernikahan saya dan Anin?" ia berdecih pelan, "Itu keluar dari perjanjian yang sudah kita buat!"

Pria paruh baya itu menghela napas, kemudian nampak menatap dengan wajah yang kental dengan sorot memohon. "Dav, Om mohon, sebentar saja, buat Anin bahagia. Dia sangat mencintai kamu, tidak lama sampai Om punya cara untuk menjelaskan semuanya."

"Saya rasa urusan saya dan Anda sudah cukup sampai di sini," Davian bangkit, "Dan soal perjanjian itu, perusahaan Anda tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang untuk menunjang kerugian yang ada, saya lebih dari mampu mengatasi semuanya."

"Davian, Om mohon, hanya sebentar, anggap saja ini adalah bentuk balas budi kamu pada Anin yang dulu sudah menyelamatkan kamu."

Mendengar itu, Davian mengeratkan giginya. "Pak Arnold," ia berucap tajam, kemudian menatap pria paruh baya yang ternyata bernama Pak Arnold itu dengan tatapan tajam pula. "Seandainya saya tahu jika orang yang menyelamatkan saya memiliki maksud lain, dan menggunakan kebaikannya itu untuk memperalat saya, maka saya akan lebih memilih mati dari pada harus menerima darah dari anak Anda itu!"

Pak Arnold berjalan mendekati Davian, "Tolong bantu Om, Davian. Semakin hari penyakit Anin semakin parah, ia hanya ingin kamu menghiasi hari-hari terakhirnya," kali ini nada suara Pak Arnold bergetar. "Jika kamu tidak ingin menikah dengan Anin, tidak papa, tapi Om mohon, temani dia di saat-saat seperti ini, hanya kamu semangat yang ia punya."

Davian memijat keningnya. Bagaimana bisa ia tetap berada di samping Anin, di saat otaknya kini terus menerus memutar bayangan Safaa di dalamnya. Davian sudah mengecewakan Safaa, apa mungkin ia akan mengecewakan Safaa untuk yang kedua kalinya?

"Om mohon—"

"Beri saya waktu," potong Davian dengan nada lelah, kemudian pergi begitu saja meninggalkan Pak Arnold.

~~~

"Kak Safaa kenapa?"

Awalnya Safaa sedang berbaring memunggungi Ashifa yang muncul dari pintu kamarnya, namun ia menoleh sejenak, dan mendapati Adiknya itu nampak menatap dengan sorot khawatir padanya.

Melihat mata Kakaknya yang agak sedikit bengkak, membuat Ashifa buru-buru mendekati Safaa. "Apa ada hubungannya sama Kak Davian?" tanya Ashifa pelan.

Safaa menghapus pelan air mata yang masih jatuh dari pelupuk matanya, kemudian bangkit sambil mengangguk pelan. Mata sembabnya, menatap Ashifa dengan lekat. "Apa ini yang namanya patah hati?" tanya Safaa sambil tersenyum di tengah isakannya. Ia hanya tidak ingin terlihat begitu hancur di mata Ashifa. "Kok sakit ya?" kekeh Safaa serak.

Sekali lagi, Safaa hanya manusia biasa. Hingga saat merasakan Ashifa memeluknya, tangisan Safaa pecah juga. Dikecewakan oleh orang yang selama ini sangat dipercaya, kenapa bisa menimbulkan efek sesakit ini?

FADED | End of Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang