Faded | Chapter 6 - Kita berbeda, tak pernah sama

5.7K 630 30
                                    

Maafkeun typona nyaa:')

~~~

"Davian lupa ingatan, Sa."

Safaa mengusap kasar air matanya. Setelahnya, ia mulai melepaskan helm yang dikenakannya, dan berbalik arah menghadap Aurel. Perempuan itu, berhasil mengikuti Safaa rupanya.

"Jangankan kamu, dia bahkan nggak ingat sama Ayah dan Bundanya sendiri saat bangun, saudara-saudaranya, teman-temannya, dan semua orang yang awalnya Davian kenal, mendadak jadi asing buat dia." Aurel tampak menghapus air matanya, "Butuh waktu lama, Davian akhirnya mulai menerima kita, sebagai orang terdekatnya. Dan alasan dia nggak kenal kamu, karena kamu baru datang saat ini, setelah banyak hal yang Davian lewati."

Mendengar apa yang diucapkan oleh Aurel, sontak membuat Safaa terdiam. Mungkin Aurel benar, Safaa bahkan tidak ada saat Davian kehilangan semua ingatan tentang dirinya sendiri. Tapu percayalah, kepergiannya bukan keinginan Safaa. Safaa ingin tetap tinggal saat itu, tapi ia tidak ingin egois. Seseorang lebih membutuhkannya saat itu.

Beberapa detik, Safaa hanya menatap wajah Aurel. Kenapa Aurel mengejar Safaa? Ini tidak wajar, seolah-olah Aurel sengaja kembali mempertemukan Safaa dengan Davian yang telah lama terpisah. Atau mungkin, itu memang tujuan Aurel. Tapi, untuk apa?

Lalu, dari mana Aurel tahu bahwa antara Davian dan Safaa, pernah ada sesuatu —komitmen—, atau justru Safaa anggap janji karena sampai sekarang masih ia tunggu ucapan Davian 5 tahun yang lalu?

"Kecelakaan itu …" Aurel mengatakan itu sambil tubuhnya tersender lemas di tembok. Angin yang menyapa lantai atas gedung perpustakaan kota siang ini, cukup kencang, hingga kedua perempuan itu harus berteriak agar suara mereka tidak tenggelem oleh suara desiran angin.

Dan yaa, benar sekali. Safaa baru ingat, jika ia lupa membuka helm saat berlari masuk ke dalam perpustakaan tadi. Sungguh, ia baru ingat. Pantas saja, semua orang bahkan Pak Hasan tadi tampak menatap aneh ke arahnya.

Sejujurnya, Safaa malu juga. Betapa konyolnya ia yang masuk ke dalam perpustakaan sambil mengenakkan helm.

Tapi, kini ia tidak peduli akan hal itu. Hatinya, masih saja terasa diiris oleh pisau tajam, yang membuat ia menahan napas karena sakitnya. Sakit sekali.

"Kecelakaan itu karena ulah bodohku," Safaa mendengar itu, mendengar Aurel berucap dengan nada bergetar saat melanjutkan ucapannya tadi.

Menyadari sesuatu, Safaa menatap Aurel dengan pandangan tak mengerti, namun dadanya kembali bergemuruh hebat. "Lalu dari mana kamu tahu bahwa Davian nyariin aku, bahkan disaat dia sendiri nggak tau kebenarannya?"

Kali ini, tangisan Aurel pecah. Entah apa maksud dia yang berbicara seperti itu di hadapan Safaa, karena setahu Safaa, ia tak pernah memiliki hubungan atau bahkan kenal dengan Aurel sebel—

Tunggu dulu, Aurel?

Rasanya Safaa tidak asing dengan nama itu, ia seolah pernah mendengar nama itu, tapi, kapan?

"Jujur, gue lebih suka kalo bang Davi itu sama lo, dari pada harus sama Aurel."

Aurel?

Aurel?

Ya, Safaa ingat jika dulu Aqilla pernah menyebutkan nama itu pada Safaa, saat gadis itu meminta maaf pada Safaa beberapa tahun lalu.

Lalu, sebenarnya apa hubungan Davian dan Aurel?

FADED | End of Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang