Faded | Chapter 2 - Who are you?

6.9K 707 36
                                    


~~~

Semuanya sulit untuk dipahami. Lima tahun terakhir, perasaan itu tak kunjung hilang. Seakan, ada bagian kosong dari hatinya yang terus menerus menuntut sang Empu agar segera menemukan pengisinya. Tapi apa, siapa, dan di mana?

Banyak sekali pertanyaan yang mengendap dalam dirinya, memintanya melakukan suatu hal yang bahkan ia sendiri tidak tahu apa yang harus dilakulannya. Tak ada bayangan apapun, semuanya gelap, seperti tak memiliki masa lalu. Saat dulu ia terbangun, seakan ia menyadari jika ia ada di dunia ini; seperti terlahir kembali, semuanya asing, tak memiliki tempat dan tak pernah ada dalam pikirannya. Ia, tidak mengingat apapun, siapa mereka, kenapa ia ada di sini, lalu untuk apa mereka di sini?

"Kita mau ke mana, Dav?"

Davian yang duduk di sebelah Bara menoleh. "Gak tahu," jawabnya terkesan dingin. Davian tidak ingin melanjutkan pembicaraannya. Tatapannya kini ia alihkan pada percikan hujan yang turun membasahi tanah kota Jakarta. Kenapa ia selalu merasa tidak asing dengan suasana seperti ini? Maksudnya, hujan seperti mengingatkan Davian pada sesuatu, tapi apa?

"Seriusan, lo hujan-hujanan gini...?"

"Gue ambil mobil ke rumah pakek gojek tadi."

Bayangan itu, suara itu kembali terdengar dan tergambar di pikiran Davian. Namun, semuanya diselimuti oleh sesuatu yang gelap. Davian berusaha keras, untuk menyatukan kembali ingatannya yang mungkin saja terpisah, jelas membutuhkan waktu dan usaha yang keras. Ingat ingat ingat!

"Terus, lo nggak ganti baju dulu, gitu?"

"Gak sempet gue-"

"Haha iya, gue ngegantungin lo-"

"Ayah boleh numpang tidur?"

Davian mengerutkan keningnya, ayolah kenapa bayangan dan suara itu tidak menjadi sesuatu yang utuh, Davian butuh lebih dari sekedar itu.

"Kelas dua belas Mipa tiga, atas nama-"

"Argh!!"

Mobil yang dikendarai oleh Bara sontak terhenti. Cowok itu, melepaskan tangannya pada kemudi setir, dan dengan segera memegang pundak bergetar Davian dengan wajah cemas.

"Dav, stop Dav," ucap Bara.

Davian menggeleng sambil memegang kepalanya. Ayolah, ia hanya perlu mengingat kepingan-kepingan itu, ayolah!

"I-ini buat kamu, tangan aku pegel-"

"Ter-"

"Argh!"

"Davian, berhenti," ucap Bara lagi.

"Gue harus inget semuanya," ucap Davian, ringis kesakitan tampak terdengar dari suaranya yang bergetar. "Harus."

Bara menggeleng. "Plis, berhenti Dav, lo harus kasian sama diri lo."

"Gak bisa, gue-"

"Davian!" sentakan Bara sepertinya bisa membuat Davian sedikit menghela napas. Cowok itu, kemudian menyenderkan tubuhnya pada kepala kursi mobil, sambil matanya ia pejamkan dengan kuat, berusaha mengurangi rasa sakit yang tadi dirasanya. Ia, belum bisa, tidak bisa, tetap tidak bisa.

FADED | End of Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang