Faded | Chapter 11 - Filosopi daun dan ranting

5.3K 669 49
                                    


Hapunten buat TYPOnya...

~~~

Pagi itu, Safaa bekerja dengan lesu. Sebenarnya, ia belum sehat betul dan masih butuh istirahat. Tapi, karena ia sadar akan kewajibannya untuk kembali bekerja hari ini dan seterusnya, ia memutuskan untuk masuk kerja. Entah hanya perasaan Safaa saja atau memang benar, jika orang-orang yang bekerja di perusahaan tampak santai kali ini. Berbeda sekali dengan hari-hari sebelumnya, di mana semua pekerja sibuk dan serius melakukan pekerjaannya.

"Loh, udah masuk kerja aja, Saf?"

Safaa menoleh, dan sekilas bibir pucatnya tersenyum ramah ke arah Mbak Renata. Gadis itu, kemudian berjalan melewati lorong perusahaan menuju ruang ganti para pekerja bagian kebersihan untuk mengganti bajunya.

"Iya Mbak, nggak enak di rumah lama-lama," jawab Safaa.

Mbak Renata yang mendengar itu tersenyum. "Rajin banget kamu, Safaa."

Sekali lagi, Safaa tersenyum menanggapi. "Biasa aja, Mbak," ucapnya, "Eh, ini perasaan aku aja atau emang bener ya, orang-orang kelihatan santai, bisanya kan serius."

Menanggapi ucapan Safaa, Mbak Renata tertawa sekilas, kemudian raut bahagia tampak di kedua bola mata hitamnya. Wanita itu, menepuk pelan bahu Safaa.

"Oalah, kamu belum tahu ya?"

"Eh? Tahu apa?"

Sambil matanya menyipit, Mbak Renata mendekatkan wajahnya ke arah telinga Safaa yang ditutupi kerudung.

"Si Bos hari ini nggak masuk, katanya sih sakit."

Mendengar apa yang diucapkan oleh Mbak Renata, membuat Safaa membeku seketika. Apa katanya? Davian? Sakit?

Safaa mati-matian meyembunyikan raut khawatir di wajahnya. Jujur saja, mendengar Davian sakit membuat Safaa tidak tenang dan diselimuti rasa gelisah. Kenapa? Apa yang terjadi dengan Davian? Sungguh Safaa khawatir.

"Sa-sakit?" tanya Safaa pelan.

Mbak Renata mengangguk. "Iya."

"Ba-bapak sakit apa, Mbak?"

Melihat reaksi Safaa, membuat Mbak Renata mengerutkan keningnya. "Safaa," Mbak Renata menunjuk ke arah wajah Safaa.

Menanggapi itu, Safaa menatap Mbak Renata dengan bingung. "Kenapa, Mbak?"

"Hidung kamu, berdarah."

Safaa dengan cepat memegangi hidungnya, dan apa yang Mbak Renata katakan benar, Safaa mimisan. Entahlah, akhir-akhir ini Safaa sering sekali mimisan. Saat masih bekerja di Surabaya juga ia sering pusing, lalu setelahnya mimisan. Mungkin karena ia terlalu lelah bekerja.

"Kamu masih sakit," Mbak Renata memapah Safaa, "Kita ke ruang kesehatan ya?"

Safaa menggeleng, kemudian menatap Mbak Renata. "Nggak usah Mbak, hari ini aku izin pulang duluan lagi, nggak papa kan?" tanya Safaa pelan.

Tanpa berpikir, Mbak Renata mengangguk. "Mau Mbak pesankan taksi?"

Safaa tersenyum, sambil tangannya mengusap lembut bahu Mbak Renata. "Nggak usah Mbak, makasih."

FADED | End of Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang