Nadya sedang menunggu bus di halte seperti biasanya, Nadya juga sebenarnya ditawarkan Desta untuk diantar lagi, tetapi Nadya menolak dan langsung meninggalkan Desta.
Nadya juga sempat memikirkan ucapan Nalendra tadi, apa benar Nalendra menunggu nya? Atau ia hanya bercanda saja? Begitulah pikiran Nadya sejak tadi. Tapi, sudahlah tidak usah dipikirkan lagi, toh Nadya juga tidak kenal dengan orang yang bernama Nalendra itu.
Akhirnya setelah beberapa menit Nadya menunggu, Bus yang ditunggu datang. Nadya segera masuk ke Bus itu, ramai oleh penumpang, Nadya memilih duduk di paling belakang yang hanya tersisa beberapa kursi kosong.
Nadya dan Nayla tidak pulang bersama, mereka memilih untuk pulang sendiri-sendiri dan mereka juga menyetujui. Sembari Nadya menunggu Bus yang ia tumpangi sampai di dekat halte rumahnya, Nadya mengambil buku dan membaca-baca isi buku tersebut.
Kini Nadya sudah berada di depan pintu rumahnya dan hendak masuk ke dalam rumahnya, "Assalamualaikum, Ibu Nadya pulang,"
Nadya mencari-cari keberadaan Ibunya, Nadya melihat di ruang tamu, dapur dan ruangan lainnya tak ada Ibunya, kemana Ibunya?
Hiks...hiks...
Itu suara Ibunya?! Nadya kenal betul dengan suara itu. Nadya mendengar Ibunya menangis tertahan sangat pelan sekali namun masih bisa di dengar oleh indra pendengaran Nadya.
Ternyata Ibunya berada di kamar, sedang menangis tertahan dengan membawa satu bingkai foto di tangannya. Nadya tidak masuk ke dalam kamar menyusul Ibunya, Nadya lebih memilih mengumpat di dekat kamar Ibunya yang kebetulan pintu kamar Ibunya tidak tertutup rapat.
"Mas, kamu salah paham sama ini semua hiks...,"
"Kamu salah paham mas, hiks. Kejadian itu gak sama apa yang kamu pikirkan,"
Begitulah ucapan Rita yang di dengar Nadya. Ibunya itu berucap sambil menyetuh satu bingkai yang Nadya tidak tahu itu bingkai siapa, mungkin bingkai Ayahnya. Sebenarnya ada apa di dalam keluarganya?
Nadya memilih ke kamarnya dan tidak mau mengganggu Ibunya yang sedang sedih, Nadya akan membiarkan Ibunya hingga tenang. Nadya sangat tahu beban Ibunya itu, Nadya yang sebagai Anaknya pun juga sedih melihat Ibunya seperti ini, apalagi setiap Nayla bertanya tentang Ayahnya yang tak kunjung pulang.
Nadya duduk diatas ranjang tanpa dengan raut wajah yang sedih, "Ayah, Ayah dimana? Nadya kangen Ayah."
Setetes air mata turun dari pelupuk mata Nadya, Nadya sangat merindukan sekali Ayahnya yang hingga sekarang belum kembali. Bukan hanya Nadya, Nayla pun sama. Ia merindukan Ayahnya, dan mereka ingin berkumpul bersama seperti keluarga pada umumnya.
Tak mau larut dalam kesedihan yang panjang, Nadya berjalan ke arah meja belajarnya, mengambil satu buku dan pulpen lalu duduk berhadapan langsung dengan jendela luar yang menampilkan awan berwarna biru gelap. Sepertinya akan turun hujan.
Nadya membuka lembaran demi lembaran kertas yang penuh dengan tinta hitam hasil karyanya. Kemudian, Nadya menemukan lembar kertas yang kosong lalu bersiap untuk membuat hasil karya dengan tinta.
Jika kebahagiaan adalah anugerah
Maka dekatkan lah
Jika kebahagiaan adalah kebinasaan
Maka bersabar lah
Seperti Awan
Yang sabar melihat air jatuh dari langit
Seperti Bintang
Yang sabar menunggu bulan
Yang jauh...Rintikan air jatuh secara perlahan seiring Nadya menuliskan sebuah kata berbentuk makna pada kertas dengan tinta hitam. Nadya sangat menikmati udara ini, rintikan air yang membuat bunyi dan bau tanah yang tandus membuat Nadya semakin larut dalam merangkai kata menjadi makna.
Ceklek
"Nad, kamu udah pulang nak?" Ibunya berjalan kearah Nadya yang sedang fokus menulis. "Kamu nulis apa, Nad?"
Nadya tersentak, "Eh ibu?"
"Kamu ngapain? Kok belum ganti seragam?" tanya Rita.
"Eh itu anu Bu, lupa." jawab Nadya dengan menggaruk-garuk kepala nya yang dirasa tidak gatal.
"Yaudah cepet ganti baju sana, Ibu ke depan dulu. Mau nunggu Nayla adikmu yang belum pulang-pulang sampe sekarang," pamit Rita dan sudah hilang dari kamar Nadya.
Lalu, Nadya berganti pakaian rumah yang biasa Nadya pakai, dan menyusul Ibunya ke depan ruang tamu.
"Bu, Nayla belum pulang juga?" tanya Nadya mengambil duduk di dekat Rita.
"Belum Nad, duh Ibu jadi khawatir hujan gini Nayla belum pulang," jawab Rita cemas sambil melihat-lihat kearah jendela rumahnya.
"Udah Bu, nanti juga Nayla pulang. Kita tunggu aja sampai hujannya reda, Bu." ujar Nadya menenangkan Ibunya.
Sampai sekarang, Nadya dan Rita menunggu Nayla pulang pun belum muncul juga batang hidung Nayla. Bahkan, hujan juga sudah reda sejak tadi.
"Aduh Nay, gimana ini? Udah hampir jam setengah enam Adikmu belum pulang juga, Ibu coba telpon Nayla juga gak diangkat," tanya Ibu cemas sambil mondar-mandir dengan membawa Hp-nya berharap Nayla mengabarkannya.
Nadya pun sama cemasnya, Nadya juga sudah menelpon Nadya serta memberi pesan via Whatsapp pun tak di respon, "Nadya juga khawatir Bu, Nadya juga udah coba telpon sama WA Nayla tapi gak aktif."
Ke-khawatiran Rita bertambah saat Nadya yang mencoba menghubunginnya pun tak ada respon dari Nayla. Kemana kamu Nak?
Selang beberapa menit, ada suara motor yang berhenti di depan rumah Nadya dan si penumpang turun dari motor besar tersebut. Akhirnya Rita bisa bernafas lega mengetahui Nayla sudah pulang dengan diantar orang yanf tak dikenal Rita. Nadya pun juga melihat siapa yang mengantarkan Nayla pulang, Lagi-lagi Nadya melihat dari kejauhan jendela rumahnya, teman yang waktu itu sempat mengantarkan Nayla pulang, yang mengantarkan kembali. Bukan merasa tenang, Nadya justru merasa curiga, ada hubungan apa Nayla dengan orang tersebut?
"Assalamualaikum, Ibu Nayla pulang," salam Nayla yang membuka pintu utama.
Rita langsung berjalan kearah Nayla, "Nayla, kamu kemana aja sih Nak? Ibu nyariin kamu. Ibu khawatir kamu ada apa-apa,"
"Maaf Bu, tadi Nayla pulang kejebak macet sama hujan jadinya nunggu hujan berhentu dulu," ujar Nayla menunduk.
"Kamu diantar siapa, Nayla?" sela Nadya berjalan ke arah Nayla.
"Temen, Kak." jawabnya.
"Sudah-sudah. Nayla cepat ganti pakaian, searagam mu basah nanti kamu masuk angin," perintah Rita yang di angguki Nayla.
Lalu Nayla pergi ke kamarnya, tersisa Nadya yang masih setia membatu di tempatnya.
Ada hubungan apa Nayla sama orang itu? Batin Nadya.
Hai hai hai....
Kembali lagi di cerita Nadya, jangan lupa sebelum baca tinggalkan jejak vote nya dan sesudah baca tinggalkan komennya.Salam Cinta dan Sayang dari author muachh!!
_______________________
X
SALAM JOMBLO
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadya
Teen FictionKedatangan seorang laki-laki pindahan sekolah membuat Nadya merasa ada suatu kehangatan dalam pertemanan. Namun, entah bagaimana, hubungan mereka berjalan semakin baik dan diantara mereka ada yang mengharapkan lebih dari suatu 'pertemanan'. Kemudian...