"Dah sampai," Begitu Nalendra memberhentikan motornya di depan rumah Nadya, Nadya langsung turun dari motor yang di naikinya.
"Makasih ya Len," ucapan Terimakasih itu tak luput dari senyuman Nadya yang membuat Nalendra juga ikut senang.
"Sama-sama. Gue seneng liat lo senyum gini Nad," Kalimat Nalendra langsung membuat pipi Nadya merona.
Nadya salah tingkah. "Hehe... yaudah ya, aku masuk,"
Setelah kepergian Nadya yang sudah tidak terlihat batang hidung nya lagi, kini Nalendra juga memasuki rumahnya yang sepi dan gelap.
Semoga akan selalu seperti ini Nad, di samping lo, liat lo senyum dan bahagia. Gue seneng liatnya.
-
-
-
-
Nadya masuk ke dalam rumahnya, di rasa langit sudah seperti awan mendung, dan matahari sudah tertutup, membuat Nadya sedikit takut pulang ke rumah, takut di marahi Ibunya.
Pelan-pelan Nadya membuka pintu utama, setelah terbuka disana menampakan Ibu dan Adiknya yang duduk di sofa sambil menatap kearah Nadya, membuat Nadya sedikit takut.
"Dari mana aja kamu, Nad?" Rita bertanya sembari menunggu jawaban Nadya yang sempat membuatnya khawatir tadi.
"Anu Bu, Nadya tadi diajak Nalendra dulu. Maaf ya Bu, Nadya gak sempat ngasih tau." jawab Nadya dengan menunduk, dapat dipastikan Nadya takut Ibunya marah.
"Seharusnya kamu izin dulu, Nad. Kamu itu perempuan, dan Ibu takut kamu kenapa-kenapa disana!" Rita menasihati anaknya agar tak mengulangi kesalahannya kembali.
"Iya Bu, Maafin Nadya." Rita mengangguk.
Nayla yang sedari tadi hanya diam memperhatikan dua orang yang sedang berbicara kini ikut berbicara. "Yaudah Kak, Kak Nad mandi sama ganti bajunya dulu, habis itu makan bersama,"
Nadya hanya mengangguk, dan langsung pergi ke kamar untuk membersihkan diri yang sudah sangat lengket badannya.
Nayla mengelus pundak Rita sayang, "Udah ya Bu, jangan marahin Kak Nad, mungkin emang benar, Kak Nadya diajak Kak Nalen Bu,"
Rita yang mendengar penjelasan dari Nayla hanya mengangguk, Mungkin apa yang dikatakan Nayla benar. Seharusnya aku gak ke bawa emosi dan memarahi Nadya, maafkan Ibu Nak, Ibu gak sengaja.
Sedangkan di lain tempat, Desta mengacak-acak rambutnya, Frustasi.
"Arghhhhh..." teriak Desta frustasi.
Sementara Devano yang sedang berada di dapur mendengar teriak Desta langsung menghampirinya.
"Lo kenapa si bang?" tanya Devano dengan muka sedikit panik, takut Desta tiba-tiba gila.
Desta mengabaikan pertanyaan Devano, ia lebih memilih untuk diam dan meredamkan setiap emosinya.
Devano yang merasa pertanyaannya di abaikan begitu saja oleh Desta hanya mendegus kesal dan balik lagi ke dapur melanjutkan masak mie instan.
"Bikin kesel aja bang Desta, gue nanya malah di cuekin gak di jawab, giliran gue diemin nanti bilang kenapa gak nanya dia, kenapa? serba salah gue, kek judul lagu." cibir Devano sambil memasak mie Instan.
"Kalo ngomongin gue yang keras aja sekalian ngomongnya, biar kedengeran," timpal Desta yang sudah duduk di kursi meja makan.
Devano kaget, perasaan Desta tadi masih di ruang tamu kenapa sekarang di dekatnya? Devano semakin yakin, Abangnya ini adalah titisan demit. "Lho? Kek demit aja si lo, bang. Tiba-tiba langsung nonggol,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadya
Teen FictionKedatangan seorang laki-laki pindahan sekolah membuat Nadya merasa ada suatu kehangatan dalam pertemanan. Namun, entah bagaimana, hubungan mereka berjalan semakin baik dan diantara mereka ada yang mengharapkan lebih dari suatu 'pertemanan'. Kemudian...