Hai hai guyss, balik lagi nih di cerita Nadya. Sebelumnya author mau bilang ke semua readers untuk #dirumahaja and stay safe juga jangan lupa jaga kesehatan ya guyss... semoga kita selalu dalam lindungan tuhan aamiin. Yaudah daripada panjang-panjang cuzzz lanjut baca cerita Nadya nihh... Happy Reading 📖
👣👣👣👣👣👣
Selepas Nadya siuman dari pingsannya, mereka akhirnya memilih ke kelas kembali. Memang, tadi sudah bel istirahat dan Desta sengaja meluangkan waktu istirahatnya demi menunggu Nadya di uks.
Nadya yang sudah agak mendingan juga memaksa Desta untuk kembali ke kelas, dan Desta menurutinya.
Tapi, saat Nadya dan Desta melewati koridor, Nalendra yang juga lewat berpapasan langsung dengan mereka berdua. Nalendra langsung terkunci dengan wajah Nadya yang rupanya masih sedikit pucat, tanpa memikirkan hal lain lagi, Nalendra mendorong tubuh Desta yang tadi sedang memapah Nadya.
"Nadya? Muka lo pucat gini sih? Lo sakit? Ayo ke uks sama gue," ajak Nalendra sambil mengambil alih memapah Nadya.
Nadya yang kaget dengan kedatangan Nalendra tiba-tiba hanya menatap Desta tak enak, pasalnya mereka berdua tidak bisa akur kalau bertemu. Catat! BERTEMU!
Desta rupanya terbakar api cemburu saat Nalendra mendorong dan menanyakan keadaan Nadya, harusnya dialah yang bersama Nadya bukan Nalendra!
Desta balik mendorong Nalendra, "Nadya ayo ke kelas, sebentar lagi guru datang,"
Nalendra tak terima! Apa-apaan? pikirnya, wajah Nadya masih pucat dan dia harus kembali ke kelas?!
"Woy bro! Lo gak liat muka dia yang pucat gitu? Perlu gue kasih kacamata biar liat?" ucap sinis Nalendra terdengar di indra pendengaran Desta.
Desta menatap tajam Nalendra, "Tanpa lo kasih tau, gue juga tau!"
Desta kembali berjalan sambil memapah Nadya, tetapi Nalendra tak terima.
"Kalau lo tau, kenapa masih aja lo bawa balik ke kelas, bodoh?"
Desta kembali berhenti mendengar kalimat Nalendra yang bagaikan meledeknya, "Gue gak mau ribut disini, dan nanti lo dateng ke lapangan kita ribut secara sehat."
Nalendra menatap tajam Desta, "Mau panggil pasukan lo dulu? So silahkan."
Desta yang sudah tak tahan dengan perkataan Nalendra langsung menonjok pipi Nalendra dengan tangannya sendiri.
"Tanpa pasukan, gue bisa SEN-DI-RI!" ucap Desta penuh penekanan pada kalimat akhirnya.
Benar dugaan Nadya, mereka akan bertengkar kembali, Nadya juga kaget sesaat Desta menonjok pipi Nalendra dengan tangan kosong. Nadya bingung, gimana harus melerainya? Kalau di sekitar koridor sedang sepi karena aktivitas belajar-mengajar.
Nadya mencoba memisahkan Desta dan Nalendra, "Desta! Nalendra! udah! Kalian kayak anak kecil aja, berantem terus. Gak pernah akur!"
Kini Desta dan Nalendra yang terdiam melihat Nadya yang biasanya, berubah menjadi tegas dan sedikit galak, cukup menakjutkan.
"Mending kalau kalian mau berantem jangan di sekolah, di luar sana! Udah besar masih aja kayak anak kecil," ucap sarkastis Nadya membuat Desta maupun Nalendra hanya diam memandang wajah Nadya yang pucat berubah menjadi tegas tetapi cukup galak.
Nadya langsung melesat pergi tanpa peduli dengan mereka berdua, biarkan saja mereka berkelahi kembali, yang terpenting tidak ada Nadya di dekat mereka, hingga Nadya aman. Nadya yakin, jika Desta dan Nalendra berkelahi kembali, bisa-bisa mereka berakhir di ruang BK.
"Gara-gara lo, Nadya marah sat!"
"Lo duluan bi! Coba kalo lo gak ngalangin gue ketemu Nadya, Nadya gak bakal marah!"
Pertingkaian dimulai kembali, mereka sama-sama tidak mau mengakui setiap kesalahannya, padahal mereka semua salah tetapi malah hanya salah satu saja yang mereka salahkan, memang benar-benar seperti anak kecil.
_
_
_
Nadya sedang menunggu bus yang biasa melewati halte dekat sekolahnya, sambil membawa buku-buku yang sedari tadi ia baca, Nadya juga bersenandung membuat nada yang ceria, baginya. Tapi, lama-kelamaan Nadya juga bosan, karena sedari tadi ia menunggu bus arah ke rumahnya tak kunjung datang. Kadang Nadya suka kesal dengan bus angkutan umum, saat sedang dibutuhkan tak kunjung datang tapi saat tidak di butuhkan selalu datang dan menawarkan untuk naik.
"Lagi nunggu apa, Teh?" Suara seorang laki-laki itu sangat Nadya kenal.
Nadya menengok kearah sumber suara tadi, benar dugaannya, bahwa pelakunya adalah Nalendra. Sempat berpikir sejak kapan Nalendra berada di sampingnya? Hingga Nadya tak menyadari keberadaannya.
"Loh Nalen? Kamu kok ada disini?" tanya Nadya penasaran.
Nalendra mengulas senyum, "Lagi nungguin orang istimewa."
Nadya mengernyit tak paham, "Maksud kamu siapa?"
"Orang yang ada disamping gue sekarang." balasnya santai, tetapi membuat Nadya sukses salah tingkah hingga pipinya merah.
Nalendra tahu saat ini pipi Nadya sudah tak bisa dikondisikan lagi, sebab salah tingkah. "Lo kenapa Nad?" tanya Nalendra mengejek.
Nadya memalingkan wajahnya agar Nalendra tak tahu semburan merah di wajahnya saat ini, bisa malu Nadya jika Nalendra mengetahuinnya, "Eng...enggak kenapa-kenapa."
Justru perkataan Nadya yang seolah-olah tidak kenapa-kenapa membuat Nalendra ingin tertawa lepas, namun dengan kuat ia tahan.
"Yaudah balik sama gue aja, Nad. Lo nunggu bus jam segini jarang lewat," ucap Nalendra sambil melihat jam tangannya yang menunjukan pukul empat lebih lima belas menit, yang artinya sudah sore dan bus sangat jarang lewat ke halte yang cukup dekat dengan sekolahnya ini.
Nadya cukup berpikir, apa iya dia harus pulang bersama Nalendra lagi? Nadya pikir dia sudah banyak merepotkan Nalendra setiap kali, tapi benar kata Nalendra kalau sudah jam segini, bus jarang lewat dan jika lewat pun terkadang sudah penuh, apa dia menunggu saja?
"Em... tapi Len--," Nadya ragu.
"Gak ada tapi-tapian, mending lo bareng gue aja. Ini udah sore banget Nad," tawar Nalendra tapi dengan memaksa.
Nadya akhirnya luluh, dan ikut Nalendra untuk pulang bersama, walaupun sebenarnya agak canggung juga, tapi Nalendra sudah sangat senang bisa mengantarkan Nadya pulang, apalagi mereka tetanggaan bukan?
"Makasih len," Nadya turun dari motor Nalendra dan melepas helm-nya lalu diberikan kepada Nalendra.
"Sama-sama, Nad," jawab Nalendra sambil mengambil helm yang diberikan Nadya, "Oh iya Nad, tadi lo kenapa? Muka lo pucat banget waktu gue liat."
Nadya hanya tersenyum canggung, "Enggak pa-pa, mungkin efek aku capek gara-gara di hukum kali ya."
"Lo di hukum? Gak salah gurunya hukum lo, Nad?" Nalendra kaget, setau Nalendra kalau Nadya itu anak rajin dan tidak pernah macam-macam.
"Enggak, itu kesalahan aku Len, jadi guru yang ngajar kelas ku ngasih aku sama Desta hukuman," ujar Nadya dengan wajah yang memberikan kejujuran.
Nalendra berusaha tidak emosi mendengar nama salah seorang yang membuatnya ingin menonjok wajah orang tersebut, "Pasti ulah Desta, gue gak bisa diemin aja, tuh anak harus gue kasih pelajaran!"
Nadya panik, rupanya Nadya salah ngomong, "Eh eh jangan Nalen, aku gak pa-pa kok, udah ya jangan emosi, kalian itu gak boleh berantem gitu, kalian udah dewasa malu sama yang lain dong."
Nalendra terdiam, sambil mengamati Nadya yang memberi nasihat, jika dilihat Nadya mirip dengan omah-nya dulu, yang selalu memberikan nasihat, dan sekarang Nalendra menemukan sifat omah-nya dalam diri Nadya.
"Lo kalo gini manis, Nad," gumam Nalendra.
X
SALAM JOMBLO
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadya
Teen FictionKedatangan seorang laki-laki pindahan sekolah membuat Nadya merasa ada suatu kehangatan dalam pertemanan. Namun, entah bagaimana, hubungan mereka berjalan semakin baik dan diantara mereka ada yang mengharapkan lebih dari suatu 'pertemanan'. Kemudian...