Hari ini bel sekolah sudah berbunyi yang menandakan waktunya pulang. Nadya dan teman-teman lainnya bersiap-siap untuk pulang, Desta pun juga sama halnya. Desta membereskan semua bukunya dan menaruhnya ke dalam tas.
Sesudah guru Fisika keluar dari kelas, semua murid-murid yang ada di dalam kelas keluar dengan tak sabar dan bertabrak-tabrakan. Nadya yang melihat pintu kelas yang penuh, menunggu terlebih dahulu dan akan keluar terakhir kali. Desta pun sama, menunggu dan masih setia duduk di sebelah Nadya.
Desta dan Nadya sedari tadi diam, tak ada satupun yang berbicara sampai saat ini yang hanya tersisa mereka berdua serta Gia yang masih setia duduk di bangkunya bersama teman-temannya.
"Nad?" panggil Desta.
"Hm?"
"Balik bareng gue." Ini bukan penawaran melainkan pernyataan.
"Maaf Des, aku gak bisa." tolak Nadya dan langsung berdiri hendak melangkah keluar kelas.
Desta pun ikut berdiri lalu mencekal pergelangan tangan kiri Nadya, "Tapi Nad? Lo pulang sama gue aja."
Nadya menghetakan cekalan Desta, "Maad Des, aku gak mau!"
Lalu Nadya kembali berjalan dengan cepat, saat Desta ingin mengejar Gia datang bersama para sahabatnya menghadang Desta.
Gia bergelayut manja dilengan kanan Desta, "Des, anterin gue pulang aja yuk,"
Desta mendengar penuturan Gia sangat jijik, dengan gaya alay nya sambil merangkul lengan kanan Desta dengan kencang.
"Ish! Apaan si Gi!" bentak Desta dan berhasil melepas rangkulan Gia.
Gia dibuat kaget, bukan hanya Gia. Bella dan Vika pun sama kagetnya melihat Desta yang membentak Gia.
Gia berkaca-kaca, "Lo kok gitu sih, Des?"
Desta yang melihat mata Gia yang mulai meluncurkan air mata tak tega dan merasa bersalah karena membentak Gia.
"Maaf Gia, gue gak sengaja." katanya dengan rasa bersalah.
Gia hanya berpura-pura menangis agar Desta luluh dan akhirnya berhasil, Gia menggunakan kesempatan kembali dengan menangis kencang.
"Hiks...hiks..."
Bella dan Vika buru-buru keluar kelas karena arahan Gia yang hanya bisa mereka berdua saja ketahui.
"Woy, Bel, Vik ini temen lo kenapa di tinggalin?" teriak Desta yang bingung mendengar tangisan Gia semakin kencang.
Katakanlah Gia kali ini berhasil membuat Desta luluh dan peduli kepadanya.
Desta tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia juga takut jika orang lain lewat kelasnya dan menganggap Desta yang aneh-aneh malah akan memperumit masalah. Tidak ambil pusing lagi, Desta membawa Gia ke arah parkiran sekolah.
"Ikut gue!" Lalu Desta menggeret tangan Gia kencang agar cepat sampai di parkiran.
Setelah sampai di parkiran, Desta melepaskan cekalan nya tadi dan beralih menatap mata Gia yang merah sehabis menangis.
"Lo pulang, maafin gue karena bentak lo tadi."
"Gue ditinggal temen-temen gue Des," lirih Gia dengan muka yang sedih.
Gia yang tadi menunduk kini menatap Desta, "Desta, anterin gue pulang ya."
Karena Desta sadar dengan rasa bersalahnya membuat Gia menangis, mau tidak mau ia mengantarkan Gia sebagai permintaan maaf.
Desta menghela nafas panjang, "Yaudah, ayo."
Kemudian Desta mengajak Gia duduk di samping kursi pengemudi, tanpa Desta tahu di dalam hati Gia sangat senang, sesuai rencana Gia berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadya
Teen FictionKedatangan seorang laki-laki pindahan sekolah membuat Nadya merasa ada suatu kehangatan dalam pertemanan. Namun, entah bagaimana, hubungan mereka berjalan semakin baik dan diantara mereka ada yang mengharapkan lebih dari suatu 'pertemanan'. Kemudian...