27

198 15 4
                                    

Setelah siuman beberapa menit yang lalu, Nadya memilih untuk pulang.

Nalendra tadinya sangat melarang untuk pulang dan dia akan memberitahu ibunya Nadya namun di tahan oleh Nadya karena Nadya tidak ingin anggota keluarganya panik.

Nadya turun dari atas ranjang UKS dan sebelumnya sempat berpamitan pada petugas PMR dan juga dokter UKS, barulah mereka berdua keluar dari ruangan tersebut.

Sampai di parkiran sekolah, Nalendra belum mengambil motornya dan dia harus mengatakan pada Nadya apa yang dikatakan dokter tersebut padanya.

"Nad, gue mau ngomong dulu sebentar."

Nalendra mengajak Nadya untuk duduk dahulu di tempat yang sekiranya aman untuk mereka berdua berbincang.

"Kamu mau ngomong apa, Len?"

Nalendra menghembuskan napas sejenak sebelum berbicara.

"Tadi sebelum lo siuman, dokter Amel bilang ke gue kalau lo harus di cek ke rumah sakit supaya tau kondisi lo gimana," ungkap Nalendra.

Nadya tertawa pelan, "Oh gitu, iya nanti aku cek lagi ke rumah sakit, tapi aku rasa sih gak pa-pa, tubuh aku udah stabil kok."

Setelah mengucapkan kalimat untuk meyakinkan Nalendra beserta senyuman yang mampu membuat Nalendra luluh di buatnya.

"Yaudah ayo, sebentar gue ambil motor dulu."

Nalendra berlari mengambil motornya yang tersimpan di parkiran sekolah yang tampak sepi, hanya ada beberapa motor di dalam parkiran tersebut.

"Ayo Nad, naik pelan-pelan."

Nadya menaiki kursi penumpang dengan pelan karena motor Nalendra ini termasuk motor besar jadi Nadya agak takut.

Setelah Nadya sudah siap di kursi penumpang, baru Nalendra menjalankan motornya dengan kecepatan sedang menerobos jalanan yang ramai karena banyak pekerja kantoran sudah waktunya pulang dan biasanya terjadi kemacetan pada lalu lintas.

"Makasih ya Len, oh iya aku mohon ya jangan kasih tau ibuku atau adikku apa yang terjadi tadi, aku gak mau buat mereka khawatir."

Setelah setengah jam motor Nalendra menerobos jalanan ibu kota, akhirnya mereka sampai.

Nalendra tersenyum, "Iya, tapi lo harus cek ulang keadaan lo ya nanti di rumah sakit, apa mau gue anter?"

Nadya menggeleng, sudah banyak sekali Nalendra membantu Nadya dan akan lebih baiknya bila Nadya saja yang akan pergi tanpa di antar oleh siapapun itu.

"Enggak usah Len, aku bisa sendiri kok." tolaknya, "Dan makasih untuk hari ini, walaupun kita gak jadi ke hutan itu, tapi lain kali kita kesana ya?"

"Iya, lo cepat sembuh dulu baru nanti gue ajak kesana," ucap Nalendra yang di angguki Nadya.

"Oke deh," sambil acungkan kedua jempolnya, "Yaudah aku masuk ya Len, makasih untuk hari ini."

Nalendra mengangguk sambil menunggu kepergian Nadya yang sekarang sudah memasuki rumahnya. Jujur saja, Nalendra sekarang malah merasa senang, sebab wanita yang di sukainya mulai sekarang adalah seorang gadis ceria nan lembut.

🌱🌱🌱

Di lain tempat, Desta kini sedang berada di dalam bar dengan dentuman musik yang sangat keras tapi tidak dengan hatinya yang merasa senang, justru Desta sekarang sedang di hantui rasa bersalah atas kejadian yang bahkan belum 24 jam.

"Arghhhhhh!!! Anjing!"

Desta dengan murkanya memecahkan gelas kecil berisi wine. Sudah sejak lama. Ya, sudah sejak lama Desta tidak pernah meneguk minuman haram itu, tapi kali ini Desta sudah tidak peduli lagi dengan apapun, dan dia sedang merutuki dirinya sendiri yang brengsek.

NadyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang