Langit senja yang begitu menakjubkan jingganya. Mengingatkan aku akan sebuah memori yang sangat ingin kuhilangkan. Diiringi dengan desiran ombak yang mulai surut. Indah memang tapi bukan itu yang aku rasakan. Sendiri, dibawah payung besar aku duduk di tepi pantai yang langitnya sudah mulai agak menghitam. Jingga itu mulai menyurukkan keindahanya. Ditemani secangkir matchalatte yang kujadikan sebagai minuman favoritku. Ku genggam erat dan mulai kubuka setiap lembaran sebuah buku. Menuliskan cerita saat itu.
Namaku Nayra Putri Mandala. Cukup panjang memang. Tapi kalau disingkat orang-orang memanggilku Nay. Putri kedua dari pasangan yang romantis Mandala dan Devina. Kalau putri kedua berarti aku punya kakak dong?. Benar, aku punya seorang kakak laki-laki namanya Bagas Putra Mandala. Kak Bagas orangnya super duper jahilnya. Walaupun jahil dia orangnya sayang banget sama aku. Dia melindungi banget deh pokoknya.
Hari itu 23 Desember 2013. Kak bagas marah padaku gara-gara kucingnya yang bernama Lily hilang.
"Nay, kamu itu gimana sih, bisa gak sih jagain Lily? Kenapa sampai hilang gitu?" Ucap kak Bagas dengan penuh emosi.
Aku diam, karena memang salahku, aku tidak menjaga Lily dengan baik. Aku sibuk dengan rutinitasku yang di anggap kak Bagas gak penting. Ya, yang lebih penting baginya adalah Lily yang saat itu lagi hilang.
Kami mencari sekeliling kompleks, hingga semua warga kompleks rusuh akibat ulahku yang menghilangkan Lily lantaran kak Bagas panik dan menggedor semua pintu rumah warga yang ada di kompleks.
"Kak, udahlah kan bisa dibeli lagi kucingnya" kataku yang saat itu ingin berhenti mencari Lily karena sudah letih berkeliling di sepanjang kompleks. Tapi apalah dayaku emosi kak Bagas makin memuncak lantaran omonganku yang nyesek katanya.
"Lo kalau ngomong jangan sembarangan ya, itu Lily udah gue jaga bertahun-tahun, dan lo seenaknya bilang beli baru? emang ada yang persis sama dengan Lily?" kak Bagas memelototi matanya ke arahku. Aku semakin membuat kak Bagas emosi lantaran omongannya aku balas dengan " Iya, kan kucing juga, kan bisa dibeli dengan jenis yang sama"
"Mending lo pulang deh, biar gue yang cari sendiri Lily. Kalau lo ada disini gue semakin emosi dengar omongan lo dan tampang lo yang gak berdosa gitu. Lo pergi sana pulang" kak Bagas mendorongku dan menyuruhku pulang. Akhirnya aku membiarkan kak Bagas mencari Lily sendiri.
Sesampai dirumah, aku langsung mandi dan mencari makanan didapur. Ternyata mama sama papa udah berada di meja makan.
"Loh, dari mana aja si Nay" tanya mamaku
"Itu ma, abis keliling kompleks cariin Lily yang hilang" jawabku
"Lily hilang? terus kakakmu mana?" tambah papaku
"Masih nyari pa, aku pulang duluan udah capek keliling gak nemu-nemu" kataku sambil menyendok nasi untuk dimasukkan ke piring.
"Ada-ada aja kelakuan kalian" mama geleng-geleng kepala karena tingkahku " Pa, coba papa telfon deh Bagas, kasihan dia apa gak capek nyariin Lily" tambah mama.
Akhirnya papa menelfon kak Bagas. Kak bagas gak mau pulang karena belum nemuin Lily.
20.00 WIB. Akhirnya kak Bagas kembali dengan menggendong Lily. Lily akhirnya ketemu dengan keadaan yang udah bau dan basah.
"Ketemu dimana kak? ih kok bau sih udah gitu basah lagi" kataku sambil menutup hidung dan menatap Lily dengan jijik.
"Diam lo, itu semua karena lo gak bisa jaga Lily dengan baik" kak Bagas tambah kesal.
"Hahaha udahlah kak, gak usah kesal gitu, tuh si Lily kan udah ketemu, mandiin sana" suruhku
"Dasar adik durhaka, lo gak merasa bersalah sama sekali udah hilangin Lily" Kak Bagas menyodorkan Lily ke arahku, aku lari ke kamar sambil tertawa lepas.
Dibalik kejadian itu ada luka yang sangat dalam tertancap dibatinku. Aku merintih kesakitan, menangis, sesak didada tak bisa kutahan. Aku rindu kak Bagas, sangat dan sangat merindukannya.
Langit hitam sudah mulai menampakkan gemerlapnya. Ternyata hari ini cerah sekali ada kejora yang menemani sihitam. Tapi tidak denganku.
Deringan handphone membuatku berhenti mencoret kertas putih yang ada di hadapanku.
"Hallo pa"
"Kamu dimana nak, udah malam kamu pulang ya" suara dibalik layar itu terdengar sangat khawatir karena aku
"Iya pa, Nay pulang, maafin Nayra, karena udah bikin papa khawatir pa" jawabku
Aku berberes sambil menunggu taxi online datang menjemputku untuk pulang. 5 menit setelah itu taxinya datang. Diperjalanan aku menatap gedung-gedung pencakar langit yang menambah keindahan suasana kota Jakarta karena gemerlapnya cahaya lampu. Tapi tidak denganku. Setetes embun membasahi pipiku. Aku menangis untuk kesekian kalinya.
Jalan Puri Indah No 3 blok B, itu adalah rumahku, akhirnya aku sampai dirumah. Papa dan mama sudah menungguku didepan pintu.
"Sayang kamu abis dari pantai lagi?" tanya mamaku
Aku hanya tersenyum kecil ke mama dan menatap papa yang matanya begitu sendu. Tatapannya sangat mengkhawatirkan aku.
"Pa, maafin Nayra ya, Nay bikin papa khawatir lagi" aku memeluk papa dengan erat
"Gapapa sayang, papa cuma ingin jangan terlalu sering kesana, jauh sekali untuk menulis kesana nak" jawab papaku
"Iya pa, Nay hanya sekali seminggu kok kesana" jawabku.
Akhirnya kita masuk ke dalam rumah. Kembali ke rutinitas biasa. Papa sibuk dengan urusan kantornya dan mama sibuk dengan bisnisnya. Aku? aku sibuk dengan tulisanku.
***---***
Hallo ini adalah cerita keduaku, jangan lupa divote ya..
terimakasih salam literasi😊😊
lofyuu all 😘oiya aku mau kasih visual buat karakter Nayra dan Bagas, teman2 boleh bayangin terserah karakter Nayra sama Bahas yaa ❤❤
Bagas Putra Mandala
Nayra Putri Mandala
KAMU SEDANG MEMBACA
PILU UNTUK SENDU [Mark Lee X Ryujin]
FanfictionKetika hati ingin berbicara, lisan yang menghalanginya, dia tidak ingin mengungkapkan sebuah perasaan yang terlalu dalam hingga meninggalkan jejak yang tidak bisa dihilangkan.