Cinta yang Dirindukan

2.8K 163 25
                                    

Satu pukulan mendarat di pipi Fandi. Pria itu terhuyung dan tersandar ke dinding. Para karyawan yang ada di toko kue tidak ada yang berani menolong bos mereka.

"Seujung kuku saja kamu berani menyentuh Meira. Aku gak akan membiarkanmu hidup tenang. Paham!?" Revan menatap tajam kepada Fandi.

Fandi menyeka darah segar yang mengalir dari hidungnya. Ia tersenyum sinis.

"Waw, suami luar biasa!" Fandi berdiri tegak. Membenarkan posisi kemejanya.

"Kamu seakan pahlawan! Pelindung Meira! Tapi jangan lupa, siapa yang menyebabkan gadis itu hancur! Kamu, Revan Mahesa! Dan sodaramu ... Indra!"

Revan menarik kerah kemeja Fandi dengan napas memburu dan mata nyalang.

"Jangan ungkit soal itu. Aku sudah membayarnya!"

Fandi terkekeh. Ia membalas tatapan Revan.

"Ya, ya, membayarnya. Hahaha, tetap saja kamu tidak bisa mengembalikan kehormatannya!"

"Dia sekarang, bahagia bersamaku. Kamu dengar baik-baik. Meira sekarang bahagia bersama Revan Mahesa!" Revan melepas cengkramannya dan mendorong tubuh Fandi.

"Jangan pernah mengganggu hidup Meira!" Revan pergi meninggalkan ruang kerja Fandi.

Fandi kemudian berteriak kepada para karyawannya yang masih berdiri menatap dengan tatapan prihatin. Ia menyuruh semua pekerja pergi dari hadapannya.

"Kalian tidak berguna. Pergi! Kembali bekerja!" bentak Fandi.

"Kita lihat saja Revan. Aku akan mengambil Meira kembali." Fandi menghempaskan diri ke sofa.

****
Indra sedang duduk di lantai sel. Ia sedang melukis wajah Meira. Ingatannya melayang ke beberapa tahun silam.

Seorang gadis berjilbab merah muda tanpa sengaja menabrak Indra yang sedang membeli obat flu di apotek.

"Ma-maaf, Mas," ucap gadis bermata teduh yang hanya menatap Indra sekilas kemudian buru-buru menyebutkan nama obat yang ingin dibelinya kepada petugas apotek. Wajahnya tampak panik. Namun, justru membuat Indra merasakan desir-desir di hatinya.

Belum sempat mengajak gadis itu berbicara, ponselnya berdering. Saat mengambil handphone dari saku jaket, sang gadis telah pergi dengan langkah terburu-buru.

Sejak malam itu, Indra merindukan gadis tersebut. Hingga beberapa bulan berlalu, dan ia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan wanita yang telah membuat hatinya bergetar.

"Baby sitter-nya anakku," ujar Revan saat Indra menanyakan soal gadis yang tengah sibuk mengejar Clarissa yang sedang berlari-lari di taman belakang rumah.

Indra mengembuskan asap rokoknya. Menatap gadis yang terlihat sabar mengurus Clarissa.

Sementara Revan sibuk dengan laptop di hadapannya, Indra justru asyik memandangi baby sitter yang kini berhasil mendudukan gadis kecil berusia tiga tahun itu ke kursi taman. Kemudian terlihat dari tempat Indra duduk yaitu di balkon kamar Revan, senyum terkembang di wajah tanpa riasan tersebut membuat hatinya berbunga-bunga.

"Buset, Ndra. Dia bukan tipe kamu!Woi!" tegur Revan yang menyadari Indra sedang memandang baby sitter anaknya.

"Sekali-kali keluar dari kebiasaanlah, Bro. Asyik juga kalo punya cewek, yang body-nya ketutup rapet gituh. Pasti seru deh, untuk dinikmati. Ya gak?" Indra menyunggingkan senyum kepada Revan.

"Dasar otak mesum!" Revan memukul lengan Indra, pelan.

Indra terbahak dan kembali menghisap rokoknya sembari memandangi lagi ke pengasuh yang sekarang sibuk meyuapkan makanan pada Clarissa.

Cinta yang Dirindukan (Sekuel Bunga Tanpa Mahkota)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang