09. Downpour

2.8K 123 15
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, awan hitam dan rintik hujan menghiasi kota setiap saat.

Pagi ini hujan lumayan deras, jalanan macet dan licin. Yeah, banyak orang yang menggerutu karena cuaca, tak terkecuali Alka. Banyak yang mempertanyakan kenapa ia tak suka hujan? Alka hanya menjawab, karena hujan itu troublesome, ada yang setuju dan ada yang tidak. Dan Aga ada dipihak keduanya, netral.

"Ga, entar jangan pulang dulu, ya!" Suruh Alka.

"Why?"

Alka terkekeh geli mendengar suara Aga yang sok-sokan pake bahasa Inggris, padahal meskipun pintar kelemahan Aga ada di bahasa Inggris dan Fisika.

"Gak usah ketawa, gak lucu." Sinis Aga, Alka memberhentikan tawanya. "Gak usah galak-galak, udah jelek makin jelek entar." Ucap Alka.

"Oh yaudah, ibunya jelek berarti anaknya juga jelek. Emang mau punya keturunan yang jelek-jelek?" Tanya Aga dengan tangan terlipat di depan dada.

Muka Alka memerah, anak? Itu tindakan yang terlalu jauh, ia jadi membayangkan hal-hal jorok itu di pagi hari yang sejuk ini.

"Bentar-bentar, Alka, kamu blushing ya?"

Alka membuang mukanya,

Si gadis?

Memaksa wajah Alka untuk menghadapnya, Aga penasaran bagaimana wajah Alka yang memerah seperti itu. Setau Aga, cowok jarang pake banget yang namanya blushing, mungkin bisa termasuk langka?

Cup,

Ini nih yang namanya senjata makan tuan. Gadis itu langsung mematung ketika tak sengaja mulutnya menempel di pipi berlesung milik Alka, bagaimana rasanya? Aneh, ada rasa bergejolak di tubuh Aga.

Shit! What is this feeling?. Batin Aga.

×××

"You are kidding?" Teriak para jin yang menjelma menjadi manusia didepan Aga.

Aga hanya memutar matanya malas, ia mengangguk malas sambil menumpu kepalanya dengan tangan kanan. Menatap para teman-temannya yang cantik dan tampan, ini.

Agam dan Kris hanya tertawa meremehkan, yang dibalas Aga dengan tatapan sinis.

"Apaan lo? Gak percaya? Mau gue praktekin?" Tanya Aga, melototi dua manusia itu.

"Boleh. Sini di pipi gue." Jawab Agam, cepat.

"Yeuhh, giliran digituin aja mau." Sahut Nata.

"Kalau sama Aga mah, gue mau." Canda Agam, sambil tertawa paksa?

"Ih, dasar!" Kata Arra—menoyor kepala Agam.

Aga dan Bianca hanya menatap dengan indah perdebatan ringan ini, masa SMA memang masa yang paling indah.

Pertemuan tak terduga yang menjadi sebuah ikatan persahabatan indah. Kisah remaja yang klasik.

×××

Semakin sore, hujan semakin deras mengguyur, banyak siswa siswi yang menunggu hujan reda di lobby. Ada yang menikmati hujan, menghela nafas berat, dan bermain ponsel. Oh ya, satu lagi, ada yang sedang bermesraan. Gak satu ataupun dua pasangan, banyak.

Aga hanya memalingkan muka menatap para manusia itu, menurutnya ini sekolah bukan lapak pacaran. Mesra boleh, tapi, tolong jaga attitude.

Tiba-tiba tangan kanan Aga menghangat, otomatis gadis itu menoleh. Melihat siapa yang menggenggam tangannya.

Alka.

Selalu saja, laki-laki itu membuat gejolak yang tak beraturan di dalam tubuh Aga. Secara tiba-tiba.

Alka menarik tangan Aga menuju lapangan yang sudah basah oleh hujan, gadis itu kebingungan.

Mereka berdiri di tengah lapangan, tepat didepan para murid menunggu hujan ataupun jemputan mereka. Reaksi mereka? Surprised. Aga melototi Alka, dan yang dipelototi hanya terkekeh pelan.

Ayo! Lo bisa, Alka. Lo udah nyiapin ini dari kemaren. Batin Alka.

"WOYY! TOLONG JANGAN BERISIK YA... ITU SI ALKA MAU NGOMONG SESUATU." Teriak Kevin lantang.

Para manusia yang awalnya saling berbisik, akhirnya berhenti, menjadi sunyi. Hanya suara rintik hujan yang terdengar.

"Aga, I want to say something important." Buka Alka.

"About what?" Tanya Aga.

"Gue ngomong gini, biar mereka nggak nganggep kita ini sepupu." Lanjut Alka yang mengundang tawa dari yang lainnya.

Aga tertawa pelan. "Happy when, you and I have become us. So, will you be mine?" Kata Alka.

Aga mengerutkan kening. "Bentar-bentar, gue ngartiin dulu. Bener apa nggak yang udah gue terjemahin di kepala."

Aga mengeluarkan ponselnya, anti air, biasa holkay. Setelah melihat terjemahan di ponselnya, gadis itu membelalakkan matanya, menatap Alka takjub. Mulut Aga bergerak tanpa mengeluarkan suara, ini beneran kamu kan Ka? Gerakan itu yang keluar.

Alka mengangguk, tertawa melihat muka  cengo Aga.

"Iya, ini beneran aku."

"ALKA, YES I WILL." Teriak Aga sekencang-kencangnya.

Alka tertawa senang melihat respon dari Aga, tak mengecewakan. Andai saja, Aga tahu bagaimana perjuangan Alka semalam dan pagi tadi untuk menyiapkan nyali. Jujur saja, Alka is not a romantic guy.

"WOY! ATTITUDE DIJAGA!" Canda Neo—sahabat Alka.

Sepertinya, opini Aga tentang disekolah gak boleh pacaran, sekarang berubah. Cinta memang buta, gak mandang orang, tempat, atau yang lainnya.

Oh, God, Aga sangat mensyukuri hidup ini.

.
.
.

Copyright 2019, by ©thisisalipaa_b

My Senior My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang