13. David Raezienskie

2.5K 99 14
                                    

Suasana sekolah SMA Kejora saat ini sedang heboh, heboh sekali. Karena sekolah mereka kedatangan murid baru. Katanya sih ganteng tapi playboy.

"HUWAAA! POKOKNYA GUE HARUS BISA TUKERAN NOMER HAPE SAMA SI MURID BARU", teriak Nata.

Aga, Bianca, dan Arra sudah menutup telinga mereka. Suara Nata memang luar biasa; bisa mengalahkan toa.

Agam dan Kris hanya diam fokus pada ponsel mereka. Kedua cowok itu sedang memainkan game online.

"Lagian pasti masih gantengan gue", celetuk Kris yang mendapat sorakan dari teman-teman sekelas.

Agam terkekeh. "Dimana-mana tuh, lo sama gue masih beda jauh. Gantengan gue", sahut Agam yang mendapat sorakan lebih keras.

Ah, Jakarta, memang masa SMA adalah masa yang paling indah ya. Banyak kenangan yang pasti akan selalu diingat di otak, banyak hal menarik dan seru lainnya yang bisa menjadi pelajaran hidup kedepan.

"Kantin, yuk?", Ajak Agam sambil memasukkan ponselnya ke saku.

"Boleh", jawab Aga— berdiri dari kursinya.

Mereka berdua berjalan mendahului, disusul oleh Bianca dan yang lainnya.

Bruk. Aga menabrak seseorang yang membuatnya terjerembab, gadis itu meringis pelan sambil mengelus lututnya yang memerah.

Tiba-tiba ada sepatu yang bersentuhan dengan sepatunya. Aga menengadah ke atas; ingin tahu siapa orang tersebut.

Cowok dengan tatapan hangat diiringi cengiran lebar, rambutnya jambulnya sedikit keriting, matanya berwarna biru ke hijau-an.

"Maaf ya!", Ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Tak lama, uluran tangan lainnya ikut terulur. Pemiliknya adalah Agam. Aga bingung harus memilih yang mana, dan pada akhirnya, Aga memilih tangan keduanya dan berdiri.

"Maaf", ucapnya lagi yang belum direspon Aga.

Gadis itu hanya mengangguk, seulas senyum ramah terukir diwajah Aga.

"Eh, lo anak baru itu kan?", Tanya Arra tiba-tiba.

Lelaki didepan Aga hanya menjawab iya, tangannya masih menggenggam tangan milik Aga. Aga belum sadar akan hal tersebut. Agam yang tak sengaja melihatnya langsung melepaskan tautan keduanya.

"Oh ya, gue David— anak baru. Nama lo?", Tanya David.

"Agalia, panggil aja Aga", jawab Aga.

"Boleh tukeran nomer hp?",

"Boleh",

Agam yang berada di samping Aga mendelik, bagaimana bisa gadis itu memberikan nomornya dengan mudah kepada orang lain?

Agam memberi kode kepada Aga beberapa kali, tapi, gadis itu menghiraukannya.

"Nih, tulis aja disini!", Suruh David.

Aga menurut. Setelah memberikan nomornya, Aga kembali berjalan menuju kantin bersama para sahabatnya.

×××

"Aga! Lo bego apa gimana sih?", Semprot Agam ketika mereka sudah duduk di Kantin.

"Gue gak bego, Gam. Buktinya gue bisa masuk sekolah ini", jawab Aga enteng.

"Lalu kenapa lo kasih nomor lo ke David?", Kris geram.

Aga terkekeh pelan disusul suara tawa kencang dari Bianca. Orang-orang disekitar bingung, begitu juga dengan mereka yang berada di meja pojok tersebut.

"Kenapa ketawa?", Tanya Nata.

"Itu bukan nomor Aga, bego. Gue hafal betul nomor Aga itu yang mana", itu Bianca yang menjawab.

"Lalu?",

"Nomor badut ulang tahun", sahut Aga.

Mereka mengerutkan kening, bingung dengan maksud Aga. "Tadi, gue tahu betul kalau si David sengaja nabrak gue. Dan gue tahu dia itu bukan cowok baik, yaudah, daripada entar gangguin gue terus mending kayak gini kan", jelas Aga yang mengundang tawa para sohib-nya.

"Ternyata Aga gue gak bego", ujar Agam— mengacak kepala Aga.

"Dia punya gue. Bukan punya lo",

.
.
Bagaimana?
Kira-kira siapa yang bilang kalau Aga adalah miliknya bukan milik Agam?

Terimakasih.

Jangan lupa beri bintang dan saran!

.
Copyright 2019, by ©thisisalipaa_b

My Senior My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang