17

2.2K 82 14
                                    

Sudah pukul 10.00, namun suara sorak sorai di tribun lapangan basket tetap tiada habisnya. Hari ini ada olahraga gabungan antara kelas Alka dan Aga, sebuah kebetulan yang sangat tepat.

"AYOO!! KAK KEVIN, JANGAN KASIH KENDOR!" Teriak Arra.

"Apaan sih Ra, berisik". Jengkel Kris.

Aga dan Bianca hanya tertawa ringan melihat Kris yang meringis kesakitan akibat jitakan Arra.

Nyes!

Pipi Aga terasa dingin, gadis itu menoleh ke samping. Ah, ternyata pelakunya Agam. Lelaki itu memberi sekaleng softdrink kepada Aga yang diterima dengan senang hati.

"Ga". Panggil Agam.

"Hm?"

"Si Alka hebat juga".

"Ya".

"Dia ternyata seganteng itu ya".

"Ya".

"Lo mau jadi pacar gue?"

"Ya".

Dua detik setelah menjawab hal itu, Aga menolehkan kepalanya. Lalu memukul-mukul lengan Agam.

"Apaan sih, Gam! Ga lucu tau". Geram Aga.

Agam hanya menganggapi dengan tawa ringan sambil tangannya bergerak membelai surai Aga.

Tanda pergantian pelajaran telah berbunyi, itu artinya pelajaran olahraga telah usai. Aga buru-buru berdiri lalu mengambil air mineral yang berada di pangkuannya sedari tadi. Gadis itu menuruni tribun dengan ringan, meninggalkan Agam tanpa sepatah katapun.

Saat sudah menginjak lapangan Aga terhenti, tatapan matanya tiba-tiba berubah sendu. Dihadapannya, beberapa meter dari dia, gadis itu melihat bahwa Alka sudah menerima sebotol air mineral dari seorang gadis.

Gadis yang mungkin dapat dikatakan lebih cantik dari Aga, sepertinya senior.

"Makasih". Ucap Alka sambil mengacak rambut gadis itu.

"Dia namanya Davina, sahabat kak Alka dari SMP". Bisik Jovanka— musuh Bianca.

"Lo tau darimana?"

"Siapa sih yang gak tau Alka? Siapa juga yang gak tahu Davina?"

Entah rasanya Aga kecewa sekali. Ya, ini memang terlalu childish, tapi apakah salah jika Aga cemburu karena sikap Alka terhadap gadis lain? Terlebih Alka sudah bukan pacar lagi. Tapi suami.

Aga memberi botol minuman itu kepada Jovanka, lalu berlari meninggalkan lapangan dengan segenap rasa kecewa.

"AGA!" Teriak Agam menggema di seluruh koridor.

"Jangan berisik!" Teriak pak Gugus, satpam sekolah.

"Hehehe... Maaf pak".

"AGA!"

"UDAH DI BILANG JANGAN BERISIK! MASIH WAKTUNYA BELAJAR". Teriak pak Gugus yang tak dihiraukan Agam.

Laki-laki itu berlari mengejar Aga. Aga itu sebenarnya rapuh kalau berurusan dengan hati, maka dari itu, harus ada setidaknya satu orang yang tahu semua keluh kesahnya.

Agam mendekap Aga erat, membisikinya agar sedikit tenang dalam isaknya.

"Agam, gue salah apa sih?" Tanya Aga.

"Lo gak salah apa-apa Ga. Sekarang tenang ya! Kan bisa aja mereka ngga ada rasa apapun". Kata Agam memberi pengertian. "Sekarang ganti seragam dulu ya". Lanjut Agam lembut.

Aga mengangguk. Tanpa ragu si lelaki Agam menautkan jari jemarinya, menggenggam erat gadis yang tak bisa ia miliki.

×××

My Senior My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang