Part 10

15.6K 266 5
                                    

"Apaaa!??? Baaa-gus meninggal ??!" kataku terbata-bata menanggapi kalimat yang disampaikan di ujung telepon.

Ini mustahil.
Semalam dia masih bersamaku.
Dan baru semalam kita menjadi sepasang kekasih.
Bohong. Aku tidak percaya.

Meskipun Lasmini berkata demikian, dia tidak bisa menyembunyikan rasa kalutnya. Tubuhnya gemetar hebat.
Dia tidak bisa berdiri untuk segera pergi ke tempat kost Bagus. Dia ingin memastikan bahwa Bagus masih disana, sedang tidur nyenyak.
Karna dilihatnya jam di dinding waktu sudah menunjukkan pukul setengah 1 siang. Dia khawatir berita itu benar. Karna Bagus selalu rajin bangun pagi, tidak sepertinya.

Aku memaksakan kakiku untuk kuat menopang tubuhku yang tidak bertenaga. Ingin menangis rasanya. Sungguh keterlaluan jika ini ulah orang usil.
Aku mempercepat gerakku dan menguatkan diri untuk segera melihat kebenarannya.
Aku segera berpamitan kepada Bapak dan mengatakan ada urusan mendesak. Saat keluar rumah aku melihat kanan kiri, siapa tau ada yang bisa mengantarku ke tempat kost Bagus. Memang tidak terlalu jauh, tapi sekarang ini keadaannya sangat mendesak. Harus buru-buru.

kanan kiri kanan kiri

sialan!
Siang-siang begini memang jarang terlihat orang di kampungku.
Buru-buru ku langkahkan kakiku. Mungkin orang yang melihatku tampak aku sedang jogging pagi.

Tidak tau berapa menit aku berjalan, aku sudah sampai di depan kost Bagus. Ku bunyikan bel di depan pagar kostnya. Dan tidak lama kemudian keluar salah satu penghuni kostnya, yang aku tidak tau namanya. Karna memang tidak kenal.

"halo, permisi.. Bagusnya ada mas ?" tanyaku buru-buru saat dia berjalan ke arah pagar untuk membukakannya.

"anu mbak, mas Bagusnya di rumah sakit Dr. Soetomo. Tadi pagi rame-rame di kost katanya mas Bagusnya gak sadarkan diri, jadi langsung di bawa mas Adi sama mas Heru ke rumah sakit. coba hubungi mereka langsung mbak, ini nomernya."

Badanku terasa menggigil meskipun cuaca saat ini sedang panas terik.
ku tekan-tekan layar ponselku untuk menghubungi nomer yang diberikan si mas tadi. Dengan hati tidak karuan, aku mendengarkan nada panggilan yang tidak kunjung di jawab.
1x

2x

3x

Tanganku sudah gemetar dan keringat dingin. Dan kepalaku terasa berat.
Aku harus kuat.
Sekali lagi.

tut.. tut...
"halo ?"

"mas adi ?"

"iya, mbak Lasmini ya ? maaf tadi ke potong, soalnya ponsel Bagus lowbat. Langsung kesini aja mbak, Rs. Dr. Soetomo di IGDnya."

"iya saya kesana sekarang."
"anu mas, boleh minta tolong anterin kesana sebentar ? tolong ya mas." pintaku ke mas yang membukakan pagar tadi. Suaraku terdengar berat dan serak karna rundung di hatiku.

Rian namanya. Segera dia menstarter motornya yang memang sudah berada di luar. Tidak lupa mengambil 2 helm demi keselamatan bersama. Dalam perjalanannya menuju rumah sakit, Lasmini tidak henti-hentinya berdoa semoga berita tadi tidak benar, semoga Bagus masih hidup.

15 menit berlalu,
Lasmini menemukan mas Adi yang berdiri lesu di samping pria yang kemarin malam menjadi kekasihku.

Wajahnya pucat seperti tidak ada aliran darahnya. Tidurnya tampak tidak nyaman. Kaku.

ughhh..
Aku menangis terisak-isak. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Tak kuasa menahan gemetarku. Aku jatuh terduduk di samping bawah ranjang rumah sakit, dimana jasad Bagus tidur dengan tenangnya.















>>happyreading

Lasmini (SEGERA TERBIT "The Secret of Lasmini")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang