Part 27

9.4K 194 14
                                    


Srek srek srekk

Dalam wujud genderuwo, Narendra mencoba segala cara agar bisa memasuki rumah Lasmini. Tapi sayang, air doa yang di cipratkan Yuda ke tiap sudut rumah membuat Narendra kesusahan. Air itu dibuat layaknya perisai, terlihat cahaya putih yang berpendar membuat makhluk halus yang mendekatinya kesakitan.
Tapi dia masih menginginkan Lasmini.
Nafsunya sudah menggebu.

Dengan kukunya yang panjang-panjang serta tajam, genderuwo itu menggaruk-garuk dinding kamar Lasmini, seakan dirinya mampu merobek perisai dengan tangan besar berbulunya.
Tubuhnya semakin melemah karena mencoba untuk menerobos masuk.

Hingga fajar menyingsing.
Waktunya pulang..

"Maaf Las, ponselku di tas. Tadi sibuk ngurusin Ricky." kata mas Yuda di telepon.

Untunglah panggilan telepon dari mas Yuda membangunkanku. Seakan mati suri, aku tertidur dengan pulasnya.

"Iya mas, gak apa-apa. Trus Ricky gimana ? uda baikan kan dia ?" tanyaku antusias.

"Haduhh.. sejak pulang dari rumahmu, dia terus muntah darah.. sampai beberapa kali kita menghentikan motor di pinggir jalan."

"Looohh, teruuuuss ?? aduh, gimana donk ?!" kataku cemas.

"Ya dia bilang sih mau pulang ke desa sore nanti. Cari penawar katanya."

"Kapan baliknya dia ?"

"Aku gak nanya."

Dasar ya mas Yuda, gak perhatian banget sama temen.
Pembicaraan pun selesai di situ. Aku mengatakan akan bersiap-siap berangkat kerja.
Lagipula aku bisa menanyakannya sendiri.

***

Waktu terasa sangat cepat berlalu, pikiranku yang masih terbawa suasana semalam membuatku selalu di tegur manajer karena sering bengong. Aku cuek, telingaku tidak mendengarnya dengan baik.

Hingga tiba waktuku untuk pulang.
Suara adzan maghrib sudah terdengar. Aku buru-buru melangkahkan kaki ku.
Seperti waktu masih kecil, aku masih merasa tidak nyaman waktu surup (orang jawa bilang).

Tidak ada yang aneh di sekitarku.
Tapi entah kenapa aku terasa seperti ada yang mengawasiku, membuatku semakin tidak nyaman.
Aku berjalan semakin cepat, membuat kulit tubuhku terasa dingin terkena terpaan angin.

Bulu kudukku meremang.

Ku percepat langkah kaki ku, hingga bertemu seseorang yang ku kenal membuatku bernafas lega.
Tetangga samping rumah yang ceriwis.. tapi biarlah dia berbicara dengan asiknya, sedangkan pikiranku sudah tidak karuan.

Sesampai di rumah, aku langsung merebahkan diri di tempat tidur.
Pikiranku melayang tak tentu arah, semua bergerak acak. Dari kejadian diatas tempat tidur ini, lalu ingatan tentang Ricky yang sering muntah darah, lalu suara-suara aneh yang ku dengar semalam, membuatku memikirkan hal-hal aneh tentang bagaimana rasanya bercinta dengan genderuwo.
Katanya anunya besar.

Pikiranku mulai nakal.
Aku memikirkan bagaimana Ricky mencumbuku di atas tempat tidur ini. Apakah benar yang di katakan mas Yuda ? Jika benar kerasukan, saat bercinta kejantanan siapa yang melakukannya ? Pertanyaanku sungguh konyol. Namun membuatku sedikit bergairah.

Aku meraba vaginaku yang sudah lembab. Meremas pelan bibir vaginaku yang mulai berdenyut-denyut. Perlahan aku memasukkan jari tengahku dan menggerakkannya keluar masuk.
Ehmpp.. sungguh nikmat.
Aku jadi ingin bercinta.
Aku mendambakan batang kejantanan yang besar dan keras, memasuki lubang vaginaku hingga penuh. Memompanya dengan brutal. Menusuk sedalam-dalamnya hingga menyentuh rahim. Aghhh.. pasti enak sekali.

Narendra mendengar pikiran Lasmini.
Nafsunya yang sudah menggebu semakin tidak terkendali.
Dia mengepalkan tangannya dan dipukul-pukulkannya ke dinding kamar Lasmini.
Tidak ada manusia yang mendengar, kecuali beberapa makhluk halus yang menatap ngeri ke arah si genderuwo yang jatuh cinta. Dia tidak peduli.
Desahan demi desahan Lasmini menguatkannya.
Dia mencoba merapalkan mantra yang dulu pernah di ajarkan oleh tetuanya.
Di hentakkannya dengan kaki secara keras-keras. Hingga dia terbatuk-batuk.

"Siapa yang batuk-batuk ? Bapak kan belum dateng." tanyaku dengan suara lirih.
Aku menghentikan aktifitasku.
Tiga kali orgasme sudah cukup membuat tubuhku lelah.

Aku berdiri dan berjalan keluar kamar. Dan benar saja, masih sepi.
Samping kiri rumahku adalah rumah kosong, sedangkan samping kanan hanya ditinggali seorang janda dan anak perempuannya. Bapak juga belum pulang.
Kengerianku kembali menghantui.
Cepat-cepat aku melupakan suara tadi agar ketakutanku tidak berlarut-larut.

Ku ambil ponselku di kamar, dan ku cari nama Ricky. Aku melakukan beberapa panggilan yang tidak tersambung.
'Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan'.

Mungkin lagi di jalan yang susah sinyal, pikirku.
Aku tidak mau berfikir dia meninggalkanku dan menjaga jarak.

Aku belum mengatakan perasaanku.

Dug!

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





>>>>>

Lasmini (SEGERA TERBIT "The Secret of Lasmini")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang