Part 15

14.2K 288 18
                                    

Aku merebahkan diriku yang sangat lelah di ranjang teman baikku Dewi. Dewi tiba-tiba menelponku, mengatakan ada sesuatu hal yang mendesak dan aku harus kerumahnya sekarang juga.
Benar-benar tidak tepat waktu.

Sedikit tentang Dewi, dia merupakan anak tunggal yang baik hati. Karena mau berteman baik denganku.
Dia teman sekolahku dulu, jadi kita sudah berteman kurun waktu puluhan tahun. Dia sudah menikah dan memiliki satu putra yang sudah kelas lima sekolah dasar. Namanya Fikri, panggilannya Kiki. Dan suaminya seorang PNS, sedangkan Dewi sendiri hanya ibu rumah tangga.

"Nih es cao senenganmu Las, ben melek! teko-teko wes ndlosor." kata Dewi sambil meletakkan gelas yang berisi es cao di meja kamarnya. Dewi juga menyiapkan sedikit camilan yaitu kerupuk upil (orang surabaya menyebutnya, entahlah gimana ceritanya.. masa iya upil segitu gedenya ? hahaha)

"yo Wik, makasih. Trus tadi kamu telpon buru-buru nyuruh aku kesini, ono opo ?" tanyaku sambil minum es cao.

"Rapopo, hehe.. ben kamu dolen mrene. Aku jenuh gak ono koncone. Bojoku yo adem ra ayem." katanya sambil memasang wajah kusutnya.

"anyar.. adem ra ayem iki piye Wik ? ngertiku mung ademe es cao. hahaha" kataku mencoba sedikit mencairkan suasana hatinya.

"hahaa.. lambemu Las. Aku sama bojoku uda jarang ngomong, kadang di takoni yo mung jawab seperlune. Marai pegel ati. Jadi yo seringan diem-dieman kalo gak ada yang perlu di bahas."

"Mungkin dia kecapekan Wik. Jangan sama-sama keras, ngalah aja demi kebaikan bersama. Kalau diem-dieman terus, nanti hubunganmu hambar. Rawan maling."

"Kiro-kiro sing di malingi aku opo bojoku Las ? lak malinge ganteng, aku gelem. hahaha"

"hahaha, edan. Ati-ati, wong ganteng hobi nglarani ati." jawabku sok tau. Cuma satu orang ganteng yang ku kenal baik hati. Narendra.
Menyebut namanya saja sudah membuatku berdebar-debar. Apalagi mengingat pertanyaan sekaligus pernyataan terakhirku.

"hey! malah kamu yang nglamun. Nglamunin apa ? kamu uda punya pacar baru ? gak usah banyak mikir lah.. sikat aja, dari pada di embat orang." kata Dewi membuyarkan lamunanku.

"Gimana ya Wik.. aku bingung jelasinnya. Nanti malah kamu ngetawain ceritaku." kataku sambil melihat raut wajah Dewi yang lebih tampak  penasaran dari pada stres tentang suaminya.

Singkat cerita, Lasmini menceritakan pertemuannya dengan Narendra secara gamblang. Lasmini dan Dewi selalu saling terbuka, meskipun bagi orang lain itu hal yang memalukan.
Dan jawaban yang diberikan Dewi mengagetkan Lasmini. Pikirannya menerawang jauh dengan jantung yang berdegup kencang.

"Lah aku malah mikirnya dia bukan orang Las. Mungkin dia bangsa alus yang suka meniru jadi manusia."

"Bisa jadi sih Wik.. kadang aku juga mikir kesana, tapi tiap kali ketemu dia.. akunya iya-iya aja gak mikir apa-apa lagi." Jawabku masih sambil menerawang jauh.

"Ati-ati loh Las, katanya kalo orang yang di sukain bangsa alus.. gak bisa nikah."

"ihh.. nakut-nakuti kamu Wik. Aku sih sudah pasrah nikah atau nggak, mungkin jodohku masih nyangkut.. jadi lama." jawabku dengan tawa yang ku paksakan. Dan Dewi tau itu.

Dewi memelukku erat. Aku pun membalas pelukannya.

"maaaa... lapar!" Kiki yang tiba-tiba masuk ke kamar membuat kita terperanjat. Dewi segera berdiri menghampiri Kiki dan sedikit memarahinya karena masuk tanpa ketuk pintu.

Aku menyusul mereka ke dapur dan ikut makan bersama. Hanya kita bertiga, karena suami Dewi masih di jam kerja.

"kok om nya gak di ajak makan bareng kita ma ?"

Deg

Aku dan Dewi terkejut mendengar pertanyaan Kiki. Karena kita tahu tidak ada orang lain lagi selain kita dirumah ini. Meskipun begitu, aku yang menduga-duga mencoba membernikan diri bertanya.

"Om siapa Ki ?" tanyaku was-was.

"Loh, bukannya pacarnya tante ? kan duduk sebelahan tadi.

Spontan Dewi menjatuhkan sendoknya yang sudah dari tadi di pegangnya dan di diamkan tanpa kejelasan. (haha)

"hah?" hanya itu yang keluar dari mulut Dewi. Yang segera ku senggol kakinya agar terlihat biasa-biasa saja.

"hmm.. menurut Kiki, om nya kayak gimana ?" tanyaku penasaran. Apakah dia tampak seperti Narendra yang ku kenal atau dia menampakkan wujud aslinya.

"Ganteng kok, cocok sama tante Lasmini yang cantik." jawabnya sambil cengengesan.

Aku dan Dewi saling tatap penuh tanya. Kami pun menyelesaikan acara makan bersama seperti tidak terjadi hal yang aneh, meskipun aku tau bahwa Dewi pun ada perasaan takut yang tersirat di wajahnya. Tapi sedikit yang membuat hatiku geli adalah kata-kata Kiki yang mengatakan dia ganteng.
Antara senang dan takut.

Pulang dari rumah Dewi membuat pikiranku tidak karuan. Jika benar dia bukan manusia, lalu apa yang harus ku lakukan jika aku bertemu dengannya nanti.

>>>>>

Lasmini (SEGERA TERBIT "The Secret of Lasmini")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang