Part 19

11.9K 232 1
                                    

"Las, kamu masih sering melakukannya dengan mas wowo ?" tanya Dewi dengan suara bisik-bisik meskipun hanya kita berdua di kamarku.

"Hahaha, penasaran ya ?" jawabku menggodanya.

"Ya lumayan. Kata orang kan mas wowo itu suka begituan, kamu tau lah maksudku."

"Jangan panggil mas wowo lah, namanya Narendra. Yang seperti dibilang Kiki, dia ganteng. Gak cocok lah di panggil wowo."

"Ya itu kan sebutannya Las, ojo tersinggung.. haha. Cocok juga kan, kalo kamu ku panggil wewe." jawabnya sambil ketawa saat meremas payudaraku.

"Aseeemm kamu Wik. Kamu gak tanya gimana rasanya ?"

"Pasti enak yo Las, wong kamu sampek ora wedi ? eh, aku inget.. dulu tukang pijet langgananku pernah cerita kalo pernah sekali ada wowo yang nyerupai suaminya. Kejadiannya pas maghrib pula. Tau-tau suaminya pulang kerja langsung ngajak gituan. Dia ya oke aja, wong bojonya. Truuusss..... "

Whussss..
Hawa di kamar Lasmini tiba-tiba berubah panas dan pengap.

"Lohhh.. lanjutnoo, kok malah lirak lirik." kataku melihat Dewi yang mendadak menghentikan omongannya.

"Las, kamu gak ngerasa ungkep ? kok tiba-tiba pengap yo pas aku cerita gitu, wedi aku Las." jawabnya masih dengan mata yang mencari sesuatu.

"Jangan gitu ah, emang hawa di luar lagi panas kali Wik.. kan kamarku cuma ada kipas, yo wajar. Wes lah, lanjutin ceritanya."

"Kamu gak lihat dia sekarang ?" tanyanya was-was

"Enggak. Aku gak bisa lihat kapanpun aku mau, cuma dia yang bisa. Ya iya sih, wong aku gak punya bakat gitu.. haha, gak kayak Kiki. Uda lah.. ndang di lanjut ceritanya."

"Yahh.. intinya, kata tukang pijetku itu tetep ada yang beda. Semua puersis sama, kecuali anu nya. Katanya yaa.. guedeee, trus item, trus banyak bulunya juga. Langsung dia tau kalo bukan suaminya. Trus di usir lah sama dia. Untungnya pas ngusir itu suaminya beneran pulang."

"ohhh... serem juga ya kalo sampe niru-niru jadi suami."

"Lebih serem kamu Las, bisa gitu aja nrima dia yang bukan manusia. hiii.." kata Dewi dengan mimik takut yang lucu.

Ada sesosok besar yang ikut mendengarkan obrolan mereka di ruangan itu. Merasa cerita yang menarik baginya. Sebenarnya, siapapun yang membicarakan makhluk halus. Pasti dia ikut datang dan mendengarkan. Narendra menyadari tingkah laku bangsanya. Dia membenarkan itu. Genderuwo memang bernafsu besar dan suka menggauli siapapun, baik makhluk sejenisnya ataupun manusia. Tapi tidak baginya. Dia hanya melakukannya dengan Lasmini, karna dia memang jatuh cinta dengannya sejak lama.

"Gimana ya Wik, aku uda jatuh cinta sama dia. Serem memang, tapi aku belum nemu manusia yang bisa ku cintai. Semuanya sebatas suka aja." jawabku lesu

"Ya gimana ya Las, aku juga bingung mau komen apa. Mau bilang semoga langgeng juga apa bisa dia berubah jadi manusia trus kalian nikah ? mau bilang nyomblangin juga belum ada kandidat. Ya semoga kamu bahagia aja. " katanya sambil menepuk punggung tanganku.

Kata-kata Dewi benar. Secinta-cintanya juga hubungan kita akan tetap seperti ini. Bahkan aku sempat mengajukan diri menjadi istrinya juga dia tidak menjawab.

"Sementara mungkin dijalani aja begini Wik, nanti ya apa kata nanti, tapi makasih dukungannya. Kamu emang sahabat terbaikku." kataku sambil merangkulnya.

"Tapi ngomong-ngomong Wik, ntar agak maleman aku mau keluar sama temen cowok, namanya Deni. Gak tau mau jalan kemana, aku mah yang penting bisa jalan-jalan. Refreshing."

"Wah, bagus itu Las. Semoga bisa jatuh cinta sama manusia ya. hehe"

Yahh, semoga aja.. tapi kan Deni lebih mudah dariku, mana mungkin dia mikir aku sebagai pacarnya. Aku pasti cuma dijadikan teman jalan aja disini, siapa tau sudah punya pacar di kotanya.

Hari ini aku sengaja tidak buka warung. Badanku serasa remuk redam. Semua gara-gara Narendra yang bikin aku keenakkan terus menerus. Untunglah bapakku tidak mendengar suaraku waktu di kamar mandi semalam. Meskipun sudah tua, pendengaran bapakku masih cukup baik. Kadang aku selalu takut dengan suaraku saat bercinta. Aku bisa lupa diri saat bersamanya.

Dewi pamit pulang setelah dari siang tadi sudah main kerumahku. Katanya dia terus kepikiran tentang ceritaku saat terakhir bertemu.

Sudah pukul 16.04 wib.

Ada perasaan deg-deg'an menyelimutiku, mengingat nanti malam aku akan pergi bersama Deni.
Meskipun belum ada perasaan lebih, tapi ku akui aku cukup tertarik dengannya.

"Benar kata Dewi tadi, kamarku agak panas. Mungkin aku harus pasang AC secepatnya." kataku lirih sambil ku lihat sekeliling. Mungkinkah yang dibilang Dewi tadi....








>>>>>

Lasmini (SEGERA TERBIT "The Secret of Lasmini")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang