Part 29

9.6K 198 9
                                    


"Hey.. jangan mancing-mancing." kata Deni sambil meremas tanganku.

"Kamu gak suka ?" tanyaku lirih

"Menurut kamu ?!" balasnya sambil menekankan tanganku ke arah depan celananya yang menonjol.

Aku hanya tersenyum di balik punggungnya.

Aku kembali menggodanya dengan sedikit meremas kejantanannya yang semakin terasa keras.

"Ya ampun.. " katanya lirih dengan suara yang terdengar bergetar.

Karena tidak tahan dengan perlakuan Lasmini, Deni mengendarai motornya dengan kencang. Berharap segera sampai rumah, sebelum setan yang mengambil alih rute perjalanannya.
Deni juga tidak menyangka Lasmini akan melakukan hal semacam itu. Masih terlalu cepat.

Banyak ada perawan tua karena kebanyakan dari mereka terlalu jual mahal. Bagaimana bisa Lasmini dengan mudahnya..

Kenapa harus buang-buang waktu jika memang sama-sama suka, ya kan ? itu lah yang selalu di utarakan isi hatinya.

Lasmini kuper.
Hidupnya dibatasi oleh bapaknya yang kolot. Lingkup hidupnya hanya berputar dari rumah ke tempat kerja. Tidak banyak teman yang dimilikinya. Seringnya adalah kenalan dari kenalan.
Dia berusaha bergerak cepat, tanpa peduli harga dirinya. Dia ingin memiliki seseorang yang dicintai. Seseorang.. manusia.
Lasmini tidak memungkiri perasaannya terhadap Narendra.

"Kamu gak nyaman ya ?" tanyaku sambil menarik kedua tanganku dan meletakkannya di atas pahaku.
Aku menjaga jarak tubuhku sedikit ke belakang tanpa berpegangan padanya. Meskipun takut dengan kecepatan laju motornya, tapi aku berusaha untuk biasa saja.

"Bukan gitu sayang.." sahutnya dengan tangan kirinya menarik kembali tanganku untuk melingkari perutnya.
"Berhenti sebentar ya." sambungnya saat ku lihat motornya sudah menepi di pinggir jalan yang lumayan sepi.

Aku hanya diam.

Dia mengambil kotak rokok dan menyalakan satu batang.

Aku tidak tahu harus berkata atau melakukan apa, jadi hanya diam menunggunya dengan duduk manis di jok belakang.

Ku lihat masih setengah batang saat dia membuangnya dan menginjaknya dengan kasar.

Deni turun dari motornya dengan meninggalkan Lasmini yang masih berada di atas motor. Deni membantu melepaskan helm Lasmini setelah melepas helm yang di kenakannya.
Deni menyuruh Lasmini untuk bergeser ke depan, duduk di jok pengemudi. Lasmini menurut tanpa banyak bertanya. Berharap Deni tidak menyuruhnya untuk gantian memboncengnya. Tapi sayang, jok yang tadi di dudukinya sekarang di tempati Deni.
Jantungnya berdegup kencang.

"Kamu nyuruh aku nyetir ?"

"Emang kamu bisa ?" Deni balik bertanya dengan kedua tangannya sudah memeluk tubuh Lasmini dari belakang.

Degup jantung Lasmini sudah seperti genderang perang.
Telapak tangannya sudah keringat dingin.
Bukan dia tidak menyukainya, tapi ini pertama kalinya dia di peluk di pinggir jalan seperti ini.
Saat dirasakannya kedua payudaranya di remas oleh dua telapak tangan yang dingin.
Seketika membuat puting-putingnya mencuat keras.
Nafsu dan udara malam, membuat tubuh menjadi panas dingin.

Lasmini meremas kedua pahanya agar tubuhnya terkendali.
Tapi Deni yang sudah nafsu berat, membuat tangannya bergerak kesana kemari di dalam kaos Lasmini.
Deni menekankan kejantanannya yang keras di pantat Lasmini.
Dia memilin puting Lasmini dengan keras hingga Lasmini mendesah.

"Ahh.. " dengan cepat Deni menarik wajah Lasmini untuk menoleh ke arahnya dan melumat bibir lembut Lasmini.

Ciuman Deni membuat Lasmini lupa sedang dimana mereka sekarang.
Lumatan-lumatan kasar Deni sangat memabukkan. Lidahnya sangat lihai menusuk-nusuk ke dalam mulut Lasmini.
Tangan Deni sibuk meremas dan memutar-mutar payudara Lasmini, membuat tangan Lasmini berpindah ke atas paha Deni dan meremasnya untuk menopang tubuhnya agar tidak jatuh ke samping.

"Sshh.. huh.., kocokin ya.. " katanya dengan nada manja dan wajah memelas.

Wajahku yang sudah merah padam mengangguk mengiyakan saat ku lihat sekeliling tampak gelap dan sepi.

Deni kembali turun dari motornya untuk kembali duduk di jok depan.
Dan Lasmini kembali bergeser ke tempat duduknya semula.

Deni menepuk-nepuk kemaluannya dari luar celana jeansnya. Aku yang melihatnya menjadi lebih bernafsu untuk segera menyentuhnya. Jika mungkin untuk sedikit mencicipi cairan precumnya.
Ku lihat dia kesusahan membuka kancing celananya karena tonjolan kejantanannya membuatnya sempit.

"Ughh.. " bersamaan dengan kejantanannya yang menghirup udara bebas. Tidak begitu panjang, tapi cukup besar.

Nafas Lasmini menjadi tidak beraturan saat tangannya menyentuh kejantanan yang tampak gemuk itu.

Badan Deni sedikit menyamping untuk memudahkan Lasmini mengocok batang kemaluannya dan mudah juga untuknya meremas payudara Lasmini.

Nafsu yang sejak tadi tertahan membuat mereka asik dengan dunianya.
Tanpa melihat siapa yang sejak tadi melihat kegilaan mereka dengan nafsu yang sama menggebunya.







***
Croottt.. 😆😆
Lanjut part 30

//Maap, kemarin sibuk lancong dari timur ke barat mencari kitab suci 🤣

Lasmini (SEGERA TERBIT "The Secret of Lasmini")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang