Part 30

10.4K 207 10
                                    


"Ouchhh.. ohh.. gilaaa,, enakk bangeett remasanmu sayang.. ehmm... yaa.. yah, ahh.. cepetin dikit."

Kata-katanya membuat vaginaku semakin berdenyut dan lembab.
Aku ingin bercinta.

Ku hentikan gerakan tanganku yang sedikit pegal karena mengocok batang kejantanannya cukup lama.

"Eh, kenapa ?" tanyanya was-was sambil celingukan.

"Kenapa gak bercinta aja ?" tanyaku malu.
Wanita macam apa aku ini yang meminta bercinta di hari pertama kencan, rutukku dalam hati.

Uhukk.. uhuk.. eheemmm . .

Deni dan Lasmini yang sama-sama mendengarnya langsung gelagapan membenarkan posisi duduk dan pakaiannya.

Jantung berdegup sama kencangnya seakan bersaut-sautan.
Menanti teguran dari seseorang yang memergoki tindakan asusila mereka.
Namun menit demi menit, tidak terdengar suara langkah kaki mendekat.. mereka menengok ke sekeliling, namun tidak dilihatnya ada seseorang di sekitar mereka. Hanya ada kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya yang berjarak 20 meter dari tempatnya berada. Pengendara yang lewat tidak mungkin melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan, di belakang pohon besar yang rindang dengan cahaya yang sangat minim, kegiatan mereka akan tampak saru.
Sedangkan di sisi kirinya hanya ada ruko dan toko-toko yang sudah tutup.

Eeheemm.. hughh.. uhuuk .. hah..

Suara itu kembali terdengar dengan jelas, membuat mereka sepakat untuk segera meninggalkan tempat itu.

"Balik aja yuk." kataku sambil memegang pinggangnya.

Deni hanya mengangguk dan menyalakan mesin motornya.
Melajukan motornya dengan kecepatan yang lumayan kencang, mengingat jalanan terasa lenggang.
Keheningan menyelimuti sepanjang perjalanan. Tidak ada lagi percakapan. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Lasmini merasa sedikit malu dengan permintaan spontannya tadi, berharap dapat bercinta karena birahinya sudah di ubun-ubun. Sedangkan Deni merasa sedang kesal, karena sedikit lagi dia sudah akan merasa klimaks jika tidak ada suara yang mengganggu.
Kejantanannya terasa ngilu.

Ah sial!

***

"Makasih yaa.. " kataku saat mengembalikan helm miliknya.

Deni menarik pergelangan tanganku dan menatapku lama, entah apa yang di pikirkannya. Aku merasa salah tingkah jika terus ditatap seperti itu. Aku menengok ke kanan kiri, malu jika terlihat oleh tetangga.

"Ada apa ?" tanyaku malu.

"Kamu gak ilfil kan sama aku ??"

"Aduh. Enggak, kenapa juga harus ilfil. Aku yang minta maaf. "

"Untuk ?" tanyanya sambil tersenyum menatapku. Tangannya menggenggam tanganku yang basah karena grogi.

"Kan gara-gara aku yang kebanyakan omong jadinya kamu gak jadi, ehm.. ituu.. hehe." Aku berusaha untuk tidak memperlihatkan mimik wajah yang aneh di depannya, meskipun ada rasa panas menjalari wajahku.

"Hmm." Dia mengangguk setuju dengan pernyataanku.
"Trus kapan bisa di lanjutin ?" tanyanya dengan wajah yang serius.

Aku tidak tau harus menjawab apa. Apakah yang dimaksud adalah lanjut dengan permainan tangan atau seperti yang aku pikirkan sejak tadi.

"Gak mau ya ?" Deni menarik tanganku yang di genggamnya ke arah depan, membuka telapak tanganku dan menggerakkan jari telunjuknya untuk mengambar lingkaran. Dengan sentuhan ringan Deni mengulang-ulang gerakannya.
Rasa menggelitik menjalar hingga ke bagian bawah tubuhku. Spontan aku langsung mengepalkan tanganku dan menariknya pelan. Namun Deni dengan cepat menarik kembali tanganku, membuatku bergerak ke depan, yang berarti jarak di antara kita semakin sempit.
"Aku ngaceng lagi." katanya sambil meremas tanganku.

Deg.
Darahku berdesir mendengar kata-katanya.

"Aku sange berat sayang."

"Ya trus gimana ? yauda cepet masuk kamar trus onani." kataku tanpa malu-malu, meskipun aku sendiri berharap bisa bercinta saat ini juga.
Kalau boleh aku ngomong, aku juga nafsu berat. Payudaraku sudah terasa kencang menantang.

"Gak bisa ya kamu alasan nginep di rumah temen gitu ? kita check in. Aduh, kamu sih.. menggoda banget." pintanya dengan wajah yang tampak sayu.

"Aduh. . kan bapak taunya aku pergi sama kamu. Pasti nanti mikirnya aneh-aneh."

Deni hanya menanggapiku dengan tersenyum masam. Dia juga tidak punya jalan keluar yang bagus kecuali kembali ke rumah masing-masing dan memuaskan hasrat seksualnya sendiri-sendiri.

"Yauda sana masuk, sebelum aku culik trus ku perkosa." katanya dengan nada serius.

"Hahaha.. bisa aja. Mau nyoba PSan ?" kataku mencoba memberi ide.

"Aku belum pernah, kamu sering ?".

"Dulu pernah, sama mantan pacarku yang pertama."

"Oh." jawabnya singkat.

"Yauda, aku masuk rumah dulu ya." kataku saat melepaskan tangannya dan berjalan pergi meninggalkannya.

Rumahku sudah sunyi senyap.
Aku membuka pagar dan pintu rumah perlahan-lahan agar tidak membangunkan bapakku yang kemungkinan besar sudah tidur. Aku memasuki rumah dengan perasaan berdebar, menanti panggilan telepon dari Deni. Mencoba mencapai klimaks dengan desahan dan kata-kata nakal di telepon.
Mungkinkah dia mau mencobanya ?. .

Aku langsung masuk ke kamar untuk merebahkan diri. Mengatur nafsu yang sudah menggebu.
Aku memejamkan mataku dan mengingat-ingat kejadian tadi. Membayangkan akan seperti apa rasanya bercinta dengannya, membuatku tersenyum sendiri.

Aduh!

Lasmini (SEGERA TERBIT "The Secret of Lasmini")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang