Setelah ditelaah lebih lanjut, sebenarnya bodoh juga mengingat Levin malah -dengan sangat antusias- mengikuti rencana Gina yang terbilang ekstrim (dan gila) tersebut. Seandainya ia punya cukup akal sehat, tentu gadis dengan rambut menjuntai sepanjang bahu itu tidak akan mau -apalagi setuju- dengan rencana yang dibuat Gina-si-gadis-nyentrik.
Aku sendiri bertanya-tanya kenapa, hanya karena seorang cowok angkuh bernama Petir, Levin rela menghabiskan dua minggu waktunya untuk belajar siang-malam agar dapat lolos sebagai peserta program sispro yang bebas biaya.
Ah! Benar juga. Kau kan belum tahu apa rencana luar biasa Gina.
Begini saja. Bagaimana kalau kuberi sedikit petunjuk?
Pertama, Levin harus lulus tes agar bisa berangkat ke Korea dengan tanggungan penuh dari sekolah.
Kedua, Levin dan Gina harus berhasil memaksa Petir agar turut mengikuti program.
Ketiga, Gina akan membuat skenario 'tersesat di Korea' bagi Levin dan Petir.
Keempat, Levin dan Petir akan menghabiskan waktu satu hari penuh bersama-sama di Korea.
Kelima, penerapan konsep 'kebersamaan menumbuhkan rasa'.
Keenam, hmmmm... entahlah. Mungkin mereka akan mulai membangun hubungan?
Tapi, mana kutahu akan jadi lain ceritanya? Kurasa memang benar pernyataan Levin mengenai rencana Gina yang selalu gagal. Namun parahnya, kali ini rencana milik Gina ini bukan hanya gagal. Tapi menyimpang jauh dari alur awal. Bisa juga disebut gagal total.
KAMU SEDANG MEMBACA
Star Syndrome
Teen FictionLevin, cewek 15 tahun kikuk yang menyukai berandal 16 tahun bernama Petir (tentu tanpa ia sadari), terjebak di negara asing bersama pangeran idamannya itu dengan bekal sebuah rumah atap serta ransel penuh berisi ramen. Semuanya berawal saat Gina, sa...