Levin Pov: The Gina's Plan

1K 16 3
                                    

"Zack!"

Zack menoleh kaget akibat panggilan mendadakku itu. Gina yang tengah berbincang dengannya di depan kelas, ikut-ikutan menampakkan wajah panik.

"Maksud lo kemaren apaan sih? Lo bayangin dong! Gue cuma punya waktu semingu buat ngerjain tu makalah SENDIRIAN! Dan bahkan sampe sekarang gue belum nulis satu kata pun! Mati nih gue!"

Zack mengalihkan pandangan dariku ke Gina, memberinya tatapan memojokkan.

"Sorry... Gue belum cerita ke dia" jawab Gina tak enak hati.

"Cerita apaan sih, Gin?"

"Nanti deh gue cerita ke lo. Tapi serius si Petir gak mau bantu lo sama sekali?"

"Hah! Ya gak mungkin dia mau lah! Tanpa ditanya pun udah jelas jawabannya" gerutuku kesal.

"Vin, mending lo coba bujuk dulu deh. Dia bukan orang yang gak bertanggung jawab kok. Dia pasti bantu lo" kata Zack sok bijak, seolah ia sudah mengenal Petir sejak mereka baru ada dalam kandungan.

"Iya, nanti gue coba. Emang lo mau cerita apa ke gue, Gin?"

"Nanti aja waktu istirahat. Ini kan udah mau masuk. Zack, gue sama Levin balik ke kelas dulu, ya"

Tanpa bisa membantah, kuturuti saja tarikan tangan Gina menuju kelas.

* * *

Jenius. Kawan, kau tahu arti kata jenius? Kalau belum, biar kuberi contoh nyatanya. Zack. Dia adalah refleksi kata jenius dan reinkarnasi Einstein. Benar-benar cowok jenius. Aku suka dia.

Baiklah, kutarik kata-kataku mengenai otaknya yang terkontaminasi wabah tak terobati, atau tentang kegilaan dirinya yang memberi usul makalah sialan itu. Karena, oh Tuhan, dibalik itu semua ternyata ada rencana jenius yang ia buat sehari sebelumnya. Sekarang aku benar-benar menyukainya, Zack maksudku.

Begini. Gina meminta bantuan Zack untuk, bagaimanappun caranya, melibatkan Petir dalam rencananya. Kau tahu kan? Soal tersesat di Korea itu.

Dan Zack, dengan sengaja membuat keributan di kantin agar dirinya dihukum bersama sang sahabat, Petir. Seperti yang kau tahu, kemudian aku dipanggil. Dan karena Min Hyuk ternyata sudah lebih dulu setuju bekerja sama dengan Zack (tentunya keributan itu juga hanya akting semata) maka aku akhirnya 'terpaksa' berakhir sebagai partner-makalah bersama Petir.

Kau tidak akan bisa membayangkan seberapa terkenalnya Zack dan Petir di KIS sekarang. Masih dengan bantuan Min Hyuk yang melebih-lebihkan keberanian mereka mempertanggung-jawabkan perbuatannya, Zack dan Petir saat ini telah menjadi bagian dari murid 'kelas atas' KIS. Keren bukan main.

Jadi yang harus kulakukan sekarang hanya tinggal melanjutkan jebakan jenius Zack, dengan nyali penuh plus tameng wajah penahan malu.

* * * 

"Kita mau mulai dari mana?"

Baiklah.... Suara ini sangat kukenal. Dan seandainya aku mendongak saat ini juga, aku yakin aku akan menemukan sepasang mata sipit coklat dengan pandangan khas yang angkuh luar biasa.

Kan benar!

"Petir? Ngapain lo di sini?" 

"Ini hari ketiga, dan akhir minggu ini kita harus ngumpulin makalah sialan itu. Lo gak mau bantu?"

Hah? Bukannya aku yang harus mengatakan itu? Dia mencuri rencanaku!

"Well... Gue baru aja mau nanya hal itu ke lo. Kalau soal makalah... Ini gue lagi baca buku tentang kebudayaan korea..." jawabku sambil menunjukkan buku setebal dua ratus halaman persis di depan batang hidungnya.

 Alis Petir berkerut bingung. Ia kemudian merampas buku itu, lalu mebolak-baliknya dengan tatapan tak mengerti.

"Lo ngerti bahasa Korea?"

"Hmmm... enggak sih, tapi kan maknanya bisa dikira-kira..." jawabku asal.

"Hah! Ayo ikut. Gue mau ke museum... apa ya namanya? Yah... pokoknya gue mau ke museum. Heran, kok lo betah sih duduk lama-lama di tempat terpencil gini"

Aku hanya menjawab cemoohan halusnya dengan angkatan bahu. Bagaimana aku menjelaskannya? Aku ke taman terpencil ini, karena hanya tempat inilah yang bisa kudatangi.

Well, bagaimanapun juga, kuharap rencana Gina akan berjalan sempurna.

Star SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang