New Family

1K 16 0
                                    

Gina memberi lambaian singkat dari balik jendela mobil yang terbuka setelah ia bergabung bersama orang tua dan saudara angkatnya yang terlihat menyenangkan, sementara Levin hanya mampu menjawab dengan anggukan sedih terlebih ketika dilihatnya Gina sudah bercakap-cakap akrab dengan keluarga barunya.

Ia sendiri sepertinya mustahil bisa melakukan itu dengan keluarga yang kini tengah berdiri bersamanya di gerbang utama sekolah.

Seorang pria paruh baya berwajah kaku yang disegani warga sekolah bernama Mr. Kang.

Seorang remaja laki-laki yang terlihat dua tahun lebih tua dari Levin (meski sebenarnya mereka seumuran) yang juga berwajah kaku dengan gurat serius di dahi, yang merupakan saudara angkatnya (a.k.a putra satu-satunya sang kepala sekolah), yang juga adalah ketua OSIS KIS bernama Ji Sub.

Serta,

Seorang wanita periang yang selalu saja gagal merubah kekakuan keluarganya, bernama Mrs. Kim.

"Hmmm, bagaimana kalau kita pulang sekarang, Levin? Kang dan Ji Sub masih harus berada di sekolah sampai nanti sore. Kau mau?" pinta Mrs. Kim -tentu dalam english fasih- penuh harap, sepertinya ia benar-benar tidak ingin berada di sekolah ini lebih lama lagi.

"Itu ide bagus, Mam. Kita naik apa untuk pulang?"

"Mobil, tentu saja. Ayo"

Setelah itu Mrs. Kim memberi kecupan singkat di pipi suami dan anaknya (yang langsung bersungut-sungut sambil memberi isyarat tentang keberadaan mereka di tempat umum), kemudian berjalan cepat menuju parkiran sekolah tanpa mengacuhkan protes itu. Disusul oleh Levin yang telah memberi anggukan hormat pada Mr. Kang dan Ji Sub sebelum menyamai langkah Mrs. Kim.

"Mereka itu orang-orang yang kaku. Kau akan mendapat banyak kesulitan jika berhadapan dengan mereka" aku Mrs. Kim ketika mobil sudah meninggalkan gerbang utama sekolah.

"Benarkah? Kelihatannya memang begitu..."

"Hahaha, jujur sekali. Untung kau datang, Vin. Aku hampir mati bosan di rumah. Kita bisa melakukan banyak hal bersama. Aku selalu ingin anak perempuan. Tapi yang kudapat malah si kaku Ji Sub itu... Ia persis seperti ayahnya. Yang mereka bicarakan di rumah selalu saja soal mekanisme sekolah"

Levin langsung merasa cocok dengan wanita paruh baya di sampingnya ini. Persis sekali seperti Bundanya dulu, sebelum Bunda sibuk dengan urusan kantor dan anak asuhnya. Si Petir sialan itu.

"Ada apa?" tanya Ms. Kim ketika menyadari perubahan pada sikap Levin.

"Hah? Bukan apa-apa. Jadi... Bagaimana dengan sikap Ji Sub di rumah? Ia terlihat seperti orang yang akan belajar setiap saat?"

"Yang benar saja? Anak itu tidak pernah menyentuh buku pelajaran di rumah. Ia terlalu sibuk dengan komputer di kamarnya"

"Benarkah? Apa yang dilakukannya? Membuat program?"

"Ya semacam itulah. Aku tidak terlalu tertarik, deretan angka dan huruf kecil di komputer membuat kepalaku pening"

Levin tersenyum samar. Wanita ini benar-benar persis Bunda. Tiba-tiba saja rasa sesal menyelinap di hatinya.

"Bagaimana denganmu? Apa kau punya big brother di Indonesia?"

"Nope. Saat ini hanya ada aku dan Mom. Ayah sudah meninggal"

"Owh, i'm so sorry Vin"

"No problem Mam. Yang mana rumahnya?"

Levin membuka jendela dan segera hanyut oleh bentuk-bentuk unik rumah mewah di sana. Berbeda sekali dengan yang ada di Indonesia. Tidak ada pilar tinggi atau kaca-kaca besar. Tetap bertingkat, tapi tidak dengan balkon yang sengaja dipamerkan. Pokoknya unik.

"Bukan di blok ini" Ms. Kim menjawab pertanyaan Levin, yang direspon dengan anggukan kecil.

Mobil berbelok ke sebuah jalan yang lebih kecil. Sisi-sisinya dipenuhi tanaman liar berbunga. Sementara di balik bunga-bunga itu berdiri kokoh bangunan-bangunan unik hunian warga Korea. Di ujung sana, tempat jalanan ini nyaris berakhir di sebuah tikungan, Ms. Kim menunjuk sebuah rumah beraksen batu bata yang terlihat cantik.

"Itu rumahnya. Kuharap kau bisa betah tinggal di sini. Sejujurnya, keluarga kami sangat berantakan"

Shock, Levin bertanya, "b-berantakan?"

"Apa? Ah! Bukan itu maksudku. Keluarga kami harmonis. Hanya saja, kurang mencintai kerapihan"

"Ohhh" Levin manggut-manggut.

* * *

Levin baru menyadari bahwa apa yang dikatakan Ms. Kim tidak main-main, ketika mereka telah tiba di ruang tengah rumah bercat abu-abu lembut itu. Keluarga Mr. Kang memang benar-benar berantakan. Aneh mengingat betapa disiplin dan tegasnya sang kepala sekolah dan ketua OSIS di sekolah. Mereka, kedua manusia yang paling dihindari oleh warga sekolah itu, yang sepertinya terlalu sempurna bahkan untuk melakukan sebuah kesalahan, ternyata... jorok.

"Hahaha" Ms. Kim tertawa salah tingkah.

"Sebenarnya pagi tadi aku belum sempat merapikan rumah. Kang memaksaku ikut, karena katanya ia tidak tahu bagaimana cara untuk memulai pembicaraan denganmu. Jadi..."

"Tidak masalah, Mam. Aku akan membantumu merapikan rumah, segera setelah aku membongkar koperku" potong Levin cepat.

"Ide bagus. Akan kutunjukkan kamarmu"

Mereka berjalan beriringan menuju kamar di lantai atas. "Semua kamar tidur di rumah ini ada di lantai dua." Begitu penjelasan yang diberi Ms. Kim pada Levin.

"Kamarmu bersebrangan dengan kamar Ji Sub. Kuharap, kalian bisa jadi teman baik. Anak itu hanya punya sedikit teman di sekolah"

Levin hanya mengangguk tanpa benar-benar mengacuhkan ucapan Ms. Kim. Perhatiannya terpusat pada kamar yang pintunya baru saja dibuka oleh wanita paruh baya itu.

Kamar besar cantik, yang bahkan punya balkon mungil sendiri! Luar biasa.

"Ayo bongkar kopermu. Aku akan mulai merapikan rumah lebih dulu. Kau bisa menyusul kalau mau"

"Tentu saja, Mam. Aku akan ke bawah sebentar lagi. Thanks"

Star SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang