Kuberikan semua untukmu tanpa berharap balasan, tapi bukan berarti aku tidak akan suka jika kau membalasnya.
Sekali lagi sebuah kalimat muncul dalam pikiranku saat aku melamun di bathub sehabis membiarkan Phi Sing kembali ke kamarnya.
"Perutku lapar..." Berfikir dan melamun itu sungguh membuatku lapar. Aku bangun dari acara berendam ku, berniat mencari makan di dapur.
Setelah selesai membersihkan tubuhku dan berganti pakaian, aku turun menuju dapur.
"Apa gunanya dapur luas, alat masak lengkap, lemari pendingin besar jika tak ada makanan sama sekali!" Aku mulai menggerutu melihat kekosongan di dapur ini. Aku mau membeli makanan di luar saja, tapi jika membeli sendiri pasti aku tersesat. Jadi aku berbalik dan berjalan menuju kamar Phi Sing.
Beberapa kali aku mengetukkan tanganku pada pintu kamarnya, hingga ia keluar kamar.
"Kemana keangkuhan mu? Kenapa nampak malu begitu?" Tanpa kusadari aku langsung mengucapkan apa yang ada dipikiran ku. Kebiasaan buruk ini astaga! Aku memukul mulutku sendiri.
"Aku lapar. Dapur kosong! Aku butuh makanan. Bisa mengantarku? Atau tunjukkan saja jalannya?" Mencoba mengalihkan pembicaraan sepertinya bagus?
Ia melihatku, lalu tersenyum. "Tunggu sebentar! Aku akan ambil jaket dan kunci mobil!" Ia berbalik dan tak butuh waktu lama ia kembali di depanku.
"Ayo ketempat kesukaanku! Ada banyak jenis masakan Thailand disana!" Ia mulai jalan lebih dulu, aku mengikuti di belakangnya.
"Oh ya Kit, bisakah kau menyimpan ini? Ini adalah ponsel yang biasanya digunakan asistenku untuk mengurus jadwalku. Semuanya ada di aplikasi note!" Ia tiba-tiba berbalik, kurasa jarak kami cukup dekat untuk berciuman jika saja ada yang mendorong salah satu tubuh kami?
"Ah iya, aku akan menyimpannya." Aku memasukkan ponsel yang baru saja ia berikan kedalam saku celanaku.
"Kit? Kau tak ingin mengenakan jaket? Diluar sangat dingin...." Aku baru sadar jika aku belum mengambil jaket, aku tersenyum canggung sebelum berlari mengambil jaket di kamar.
Ia menungguku di pintu utama, saat aku kembali dari mengambil jaket.
.
.Phi Sing mengajakku ke sebuah restoran Thailand, tidak begitu mewah tapi cukup besar dan ramai akan pengunjung.
"Ini tempat favorit ku" ujarnya mengawali pembicaraan saat kami sudah duduk di sudut ruangan.
"Oke. Aku akan mengingatnya." Aku mulai membuka buku menu sebelum dia mengikuti kegiatanku.
Setelah memesan beberapa hidangan, aku mulai bertanya tentang apa yang ia tulis saat ini.
"Aku menulis dua novel saat ini. Yang pertama adalah tentang kisah seorang psikopat, dan yang kedua adalah romance Gay" kedua tangannya terangkat seolah memberi tanda kutip saat ia mengucapkan kata terakhir. Aku cukup terkejut seorang penulis bisa menulis dua hal yang cukup berbeda.
"Kenapa kau menulis itu?" Aku mulai penasaran alasan dia menulis dua hal yang berbeda dalam satu waktu.
"Jika kau bertanya tentang psikopat, aku sudah meluncurkan banyak buku tentang itu. Dan ya, banyak orang menyebutku ahli dalam menulis cerita tentang seorang psikopat. Tapi, jika tentang cerita kedua itu adalah keusilan ku saja. Aku berniat mengirimkan itu ke penerbit dengan nama baru. Dan kau bertugas mengurus itu" ia menunjukkan senyum penuh semangat.
"Wow! Kau sudah merencanakan itu sebelumnya?" Aku tak bisa menyembunyikan ketakjuban atas apa yang aku dengar.
"Apa kau seorang gay?" Aku berlanjut menanyakan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Love (SK) (END)
FanfictionBukan waktu yang akan menjamin hati seseorang, tapi itu cinta. It's Love!