dua belas

3K 299 22
                                    

Bersahabat lah dengan masa lalu mu untuk bisa berteman dengan masa depanmu. Jangan menatapku seolah kau terluka, nyatanya kaulah yang melukaiku dengan seribu pisau ditanganmu.
_______

Aku baru saja membuka kedua mataku, kami sudah tiba di Korea, dan ya kami menginap di satu kamar hotel. Aku melihat ke arah samping dan melihat Phi Sing masih terlelap. Aku mengangkat sebelah tanganku untuk mengecek demamnya di kening, "Sudah normal..."

"Kit, belikan aku lollipop saat kita pergi ke acara nanti! Tapi itu bukan permintaan yang kau janjikan! Aku memerintah itu!" Matanya terpejam tapi lancar sekali bicaranya.

"Ya ya ya! Berapa? 1? 2? 3? 10?" Aku sudah turun dari ranjang, ingin membuat segelas teh hangat.

"3 boleh?" Aku dapat melihat dia duduk di atas ranjang dengan mata bersinar mengalahkan sinar lampu sepertinya.

"Tentu, tapi tidak dimakan sekaligus. Satu hari maksimal 2"

"Deal! Aku mau mandi, lalu kita pergi makan siang sebelum beli lollipop dan menuju lokasi!" Aku dapat melihat Phi Sing sedikit berlari ke kamar mandi.

"Bukankah dia sudah sembuh? Kenapa masih seperti anak umur dua tahun?" Aku dan monolog ku.

"Kit! Kit! Kit! Shampo ku mana?" Phi Sing baru saja keluar dari kamar mandi dengan sehelai handuk menutupi bagian bawah tubuhnya.

Tanpa berkata karena bibirku sudah tertempel pada cangkir teh, aku menunjuk ke arah tas kecil perlengkapan mandinya.

"Fuck!! Bagaimana bisa dia keluar dengan tubuh sedikit basah serta sehelai handuk yang menutupi penisnya saja?"  Aku hampir tersedak!

"Dia pasti gila efek dari demamnya!" Monolog ku lagi.

"Astaga dia sangat seksi!" Aku meletakkan cangkir teh ku di atas meja.

Mencerna apa yang barusan kulihat.

Setelah selesai dengan mandi sendiri-sendiri dan juga persiapan menuju lokasi, kami pergi dengan mobil yang kami sewa dengan sopirnya sekalian.

Seperti rencana awal, kami berhenti di sebuah restoran untuk makan siang, lalu sedikit berjalan menuju minimarket tak jauh dari restoran. Aku dapat melihat Phi Sing tengah sibuk memilih rasa untuk lollipop nya, hingga seseorang baru saja masuk kedalam minimarket yang disapa oleh pelayannya.

Aku menatap pria itu lekat, dia melewatiku tanpa menoleh, entah dia tidak tau atau pura-pura tak tahu, aku membeku saat aku melihatnya.

"Kit? Ada apa?" Aku menoleh menatap Phi Sing, mataku berkedip beberapa kali.

"Kau baik-baik saja? Kau sakit?" Phi Sing memeriksa keningku.

"Ada apa?" Phi Sing memegang kedua bahuku.

"A-ayo pergi!" Aku berjalan mendahului, menuju kasir, tanpa menoleh ke belakang sedetik pun.

Aku mencoba tenang tapi sepertinya  Phi Sing menyadari perubahanku.

"Kit?" Phi Sing memanggilku, membuatku menoleh.

"Sudah cukup?" Tanya  seorang kasih disebelah, membuatku berbalik menatap pria yang tengah membayar. Sedetik kemudian aku langsung kembali berbalik menatap Phi Sing.

"Apa Phi sudah cukup? Atau mau tambah lagi?" Aku bertanya kepada Phi Sing, bukannya menjawab ku, ia malah melihat pria dibalik punggungku.

"Siapa dia? Kau mengenalnya?" Phi Sing menatapku lekat.

"Sayang, kau sudah membelikanku minuman?" Suara seorang gadis terdengar dari belakang punggungku.

"Krist?" Seorang pria lain berdiri di belakang punggung Phi Sing, membuat Phi Sing berbalik ke arahnya.

"God?" Cukup terkejut aku melihat pria dibelakang Phi Sing.

"Ah, tak menyangka kita bisa bertemu disini" God berucap dengan senyuman canggung.

"Kit?" Phi Sing memanggilku.

"Ah Phi Sing, kenalkan... Ini God, dia... Dia temanku iya teman saat kami di kuliah"

"God, ku mengenal mereka?" Gadis yang tadi dibelakangku berpindah ke samping God saat God dan Phi Sing bersalaman.

"Ah dia temanku" God hanya menjawab singkat.

"Jika dia temanmu berarti dia mengenal kekasihku? Phi Toy?" Gadis itu bertanya pada God

Pria yang membuatku canggung tadi beralih disamping gadis itu, "Ya. Aku mengenalnya."

Mata itu...  Aku hanya tersenyum,

"Phi Sing, dia Toy, temanku dan God, dan disebelahnya...."

"Aku Mook, kekasih Phi Toy..."

"Aku Singto, tunangan Kit..." Singto menyodorkan tangannya. Wait? Tunangan? Aku menoleh ke Phi Sing, Phi Sing hanya tersenyum.

"Wow! Kami akan menunggu kabar baik" Mook menjabat tangan Phi Sing dengan senyumannya, God tersenyum tipis, Toy? Jangan tanyakan itu!

"Tentu, kami akan mengundang kalian saat semua sudah siap. Tapi, maaf kami harus pamitan. Kami ada acara di dekat sini. Mari bertemu lain kali..." Phi Sing merangkul pundakku, berjalan keluar setelah berpamitan dan mengambil lollipop yang sudah dibayarnya.

"Dia mantan kekasihmu?" Aku hanya mengangguk, pandanganku beralih keluar jendela mobil, jalanan Korea indah...

"Jadi, gadis itu juga salah satu alasan yang membuat kalian berpisah?" Aku hanya mengangkat bahuku.

"Kit..." Phi Sing memegang pundak ku, berharap aku berbalik menghadap ke arahnya.

Aku hanya diam tak bergeming, tadi aku hanya terkejut saat melihat pria itu, jangan sebut namanya, tapi saat ada gadis itu, hatiku sedikit terasa seperti tercubit.

Selama perjalanan, aku tak berbicara, Phi Sing pun diam. Selama di lokasi kami juga sudah biasa, sebisa mungkin aku mencoba tenang hingga kami kembali ke hotel.

"Bruk" Aku terduduk di lantai saat kami baru saja sampai di kamar hotel. Kami kembali saat malam.

"Kit?" Phi Sing berjongkok di depan ku.

"I- ini- ini menyakitkan..." Aku mulai menangis memukul dadaku yang terasa sesak, air mataku sudah tak lagi mampu ku bendung, aku menangis cukup histeris, Phi Sing hanya diam di depanku.

"Ini menyakitkan Phi... Sakit.... Sungguh...." Aku masih menangis, bahkan nafasku sudah mulai tersengal.

"Aku lelah pura-pura baik-baik saja.... Aku tak baik-baik saja phi..."

"Sakit... Sesak...."

"Lelah..."

Aku terus merancau tak jelas dengan tangisanku.

Aku sudah merasa jika wajahku mulai basah karena air mataku yang terus menetes. Rasanya dadaku sangat sakit, sesak sekali di sana. Aku mencoba menutupi mulutku, berharap suaraku mereda. Tapi percuma, aku masih menangis meluapkan semua yang sempat tertahan selama ini.

Phi Sing menarik tubuhku, merengkuhku, memelukku, mengusap punggungku lembut, ia mencoba menenangkan aku.

"Luapkan semuanya Kit..."

"Menangislah...."

"Menangislah hingga kau merasa cukup..."

"Aku akan disini menemani mu..."

"Tidak apa, menangislah...." Aku kembali menangis lebih keras, tak lagi menahan tangisanku

"Jangan ada yang kau tahan lagi, tak akan ada yang melarangmu menangis lagi...."

"Tak perlu berpura-pura baik-baik saja, luapkan semuanya Kit..."

Phi Sing terus mengusap lembut punggung dan kepalaku bergantian hingga aku mulai tenang dan mengantuk karena lelah menangis.
.
.
.
.
.

TEBECEH

Nangis, sesek, bangsatnya yang nulis ini siapa bangsat! Tega bikin Kit gw nangis! Huhuhuuuuu begok yang nulis begok!

Sebenernya gw pengen tetep menyembunyikan DIA mantan kekasih Krist, tapi entahlah semua mengalir begitu saja..

Maaf ya Toy Pathompong lovers, gw bikin Toy jahat disini. 😣😣😣

It's Love (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang