Aku menemukan Phi Sing bersama seorang dokter saat baru membuka mata. Mereka tengah berdiri di dekat pintu kamar, dan kamar ini bukan kamar Phi Sing, ini adalah kamar rumah sakit. Saat aku mencoba untuk duduk, Phi Sing melihatku dan langsung menghampiriku, "Sudah, jangan duduk. Istirahat saja..."
Karena masih merasa pusing, aku mengurungkan niat untuk duduk, dan kembali berbaring. "Apa kata dokter?"
"Hanya kelelahan dan terlalu stres. Jika kita ingat-ingat, kau memang kurang istirahat sejak kita kembali dari Korea." Phi Sing menjelaskan sembari mengusap lembut rambutku.
"Apa aku keterlaluan terhadap DIA?"
"Tidak, kau hanya ingin mengungkapkan apa yang ingin kau ungkapkan."
Aku diam, tak tau harus mengatakan apa lagi. Aku mengalihkan pandangan melihat ke arah langit-langit rumah sakit, "Istirahat lah, jangan memikirkan hal lain..."
"Apa mereka sudah pergi?"
"Hmmm... Mereka kembali ke Thailand siang ini. Mook marah kepada Toy. Jadi Godt yang menengahi keduanya. Godt menitipkan pesan jika ia meminta maaf sudah mengganggu hari-hari kita. Selain itu aku tidak tahu, jangan tanya apakah Mook dan Toy berpisah atau tidak, aku tidak tau dan tidak mau tau." Aku tersenyum kecil menanggapi akhir penjelasan dari Phi Sing.
"Phi, ayo kita kembali ke Thailand..."
"Menyusul mereka? Kenapa? Kau menyesal marah kepadanya? Kau masih mencintainya? Atau kau--" aku menutup mulut Phi Sing dengan tanganku, "sssttt!!"
"Kita kembali ke Thailand untuk meminta restu orang tuamu!" Kesal sekalu aku jika ia bicara dengan cepat seperti itu.
"Benarkah?"
"Apa? Phi tak mau menikah denganku?"
"Tentu saja aku mau! Ayo menikah!" Phi Sing memelukku erat, "Yakk!! Infusnya!! Sakit!!" Phi Sing melonggarkan pelukannya, namun tetap dalam posisi memelukku.
.
.
___DUA MINGGU KEMUDIAN___Author POV
Di sebuah gedung, seorang pria dengan setelan tuxedo putih tengah berdiri menunggu seseorang, sesekali ia menatap ke arah jam tangannya dengan tidak tenang. Beberapa orang yang sudah tiba menambah ketidak tenangan Singto yang tengah menunggu kehadiran Krist.
"Sing, kemana Krist? Ini sudah hampir satu jam" Tanya seorang paruh baya yang tak lain adalah Pho nya.
"Entahlah Pho. Aku sudah menghubunginya berkali-kali, tapi dia tak menjawab panggilan atau pesanku. Bagaimana jika ia tak datang Pho? Bagaimana jika ia hanya bercanda tentang ini? Bagaimana jika ia tak benar-benar mencintaiku?" Singto menatap lekat Pho nya.
"Aku pasti datang. Karena sesungguhnya aku sudah tak lagi menjadikanmu sebagai pelarian, dan aku telah mencintaimu tanpa alasan." Krist baru saja tiba dan tengah berdiri dibelakang punggung Singto.
Singto berbalik, langsung menghamburkan pelukannya kepada Krist, "Jangan pergi jika kau benar-benar mencintaiku, tetaplah disini dan biarkan aku tetap disisimu."
"Kaulah hidupku, tanpamu aku bukanlah siapa-siapa." Bisik Krist.
"Ayo kita mulai pernikahannya!" Ujar Pho menengahi keduanya.
____.E.N.D.___
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Love (SK) (END)
FanfictionBukan waktu yang akan menjamin hati seseorang, tapi itu cinta. It's Love!