tujuh

2.8K 297 19
                                    

Sudah dua minggu sejak Phi Singto bertemu dengan Phi Gun. Disini aku selalu menyiapkan semua tentangnya, jadwalnya tidak terlalu banyak. Terkadang Phi Sing akan seharian di kamar, untuk mengetik atau terkadang seharian dia di dalam ruang kerjanya membaca buku dengan mengetik sedikit demi sedikit.

"Kit!!! Kit!!! Kit!!!" Aku mendengar Phi Sing menggedor-gedor pintu kamar oh so damn! Ini masih jam 2 dini hari dan dia mengganggu tidurku! Bastard!

"Ada apa Phi?" Aku membuka pintu sedikit kesal.

"Itu! Aku! Aku sedang menulis... Lalu... Lalu...." Phi Sing tampak sangat tidak tenang, nafasnya bahkan tersengal-sengal.

"Hey, tenanglah..."

"Tarik nafas panjangmu, lalu keluarkan perlahan.... Good job boy..."

"Ceritakanlah..." Pintaku saat aku melihat ia mulai tenang.

"Aku tengah menulis, lalu.... Aku tak bisa menemukan nama yang pantas untuk ceritaku. Ini hampir selesai, dan aku ingin menggantinya saat sudah mencapai ending. Aku pikir Elliot akan menjadi nama yang pas, tapi kurasa itu tidak. Berikan saran padaku sebelum imajinasiku buyar!" What the... Fuck you Phi Sing! Dia membangunkanku hanya untuk bertanya nama?

"Willy Jaime" ucapku asal.

"Good job!" Dia langsung berlari menuju kamarnya lagi, aku mengikuti dari belakang, berdiri di belakang kursinya.

Dia menulis cerita tentang seorang pemuda yang sudah membunuh banyak mantan wanita dan prianya, namun masih bisa menjalani kehidupan seperti biasanya. Phi Sing adalah penulis fiksi, wajar saja jika dia bisa mengganti nama sesukanya.

"Besok kita harus ke penjara untuk menemui seseorang, aku harus memastikan cerita ini sudah pasti." Ujarnya. Mungkin dia menyadari aku masih di belakangnya.

"Apa ada lagi yang akan kau perlukan?"

"Tidak, ah tapi bisakah kau tidur disini saja hingga pagi nanti Kit? Aku takut jika ada hal yang aku perlukan..." Aku mengangkat sebelah alisku, ya dia pernah seperti ini beberapa hari lalu.

"Baiklah..." Aku membaringkan tubuhku di tepi ranjang. Dia kembali fokus dengan laptopnya. Dan aku tertidur.
.
.

Aku merasa terganggu dengan seseorang yang bernafas cukup dengan denganku, nafasnya mengenai hidungku, dan itu mengganggu.

Pelan-pelan aku membuka mata, membiasakan dengan cahaya yang mulai memenuhi ruangan ini.

Shit!!! Aku langsung terduduk, bagaimana tidak? Phi Sing tidur tepat didepan mukaku dan kami cukup dekat!

Phi Sing mulai bergerak tak nyaman saat aku mengacak-acak rambutku karena tak habis pikir dengan apa yang terjadi.

"Kit? Kau sudah bangun?" Suara seraknya astaga sangat sexy! Abaikan!

"Phi! Dengar! Apa aku sudah bilang jika aku gay?" Tanyaku sedikit kesal.

"Sepertinya sudah, kenapa?" Dia masih memejamkan mata, duduk dengan tangan bertumpuan pada lututnya untuk menggaruk rambutnya, atau menatanya? Atau merapikannya, entahlah. Yang pasti it's so sexy.

"Dengar, jangan pernah tidur dengan pria gay jika kau tak ingin menimbulkan salah paham! Hargai diriku! Tolong!" Setelah mengucapkannya aku langsung pergi.

Aku tak ingin melihat ekspresinya sekarang, aku perlu mandi, menjernihkan pikiranku, membersihkan otak kotorku karena keseksian seorang Singto Prachaya Ruangroj.
.
.

Selesai mandi, aku menyiapkan sarapan untuk kami. Bukan makanan yang mewah atau spesial, hanya sarapan saja. Ditengah kesibukan mempersiapkan sarapan, aku mencoba menghubungi kepala sipir yang bertugas disalah satu penjara.

It's Love (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang