tiga belas

3.2K 284 45
                                    

Pagi hari, saat aku membuka mataku, aku sudah di atas ranjang, sepertinya semalam aku tertidur didalam pelukan Phi Sing di lantai. Bahkan pakaianku masih tetap sama dengan semalam, begitu pula Phi Sing.

Aku bangun dan dengan sedikit terhuyung aku berjalan menuju kamar mandi, mataku tampak sembab, dapat dilihat dari pantulan kaca.

Selesai dengan mandi, aku keluar dari kamar mandi, dan tampak Phi Sing membuat minuman. Teh?

"Phi sudah bangun?" Suaraku sedikit, serak?

"Suaramu habis...." Phi Sing menyodorkan secangkir teh.

Aku hanya tersenyum.

"Matamu semakin hilang saat tersenyum."  Aku kembali tersenyum tapi lebih tipis.

"Hari ini apa acaranya?" Phi Sing duduk di sampingku, mulai menyalakan tv.

"Wawancara dengan majalah dan surat kabar."

"Acara tanda tangannya hanya kemarin?" Aku hanya mengangguk, tenggorokan ku sedikit sakit untuk bersuara.

"Mau ikut, atau istirahat?" Phi Sing menatap kedua mataku yang tengah melihat kearahnya.

"Ikut..." Jawabku singkat, aku bisa mati bosan jika hanya duduk disini.

"Aku mandi dulu, habiskan tehnya..." Phi Sing mengacak rambutku yang masih setengah basah, saat ia akan mulai berjalan menuju dapur.
.
.

"Akhirnya selesai juga..." Phi Sing melompat ke atas ranjang. Kami sudah kembali ke hotel saat sore hari. Kegiatan hari ini ringan, tak perlu banyak bicara untukku, dan Phi Sing selalu memperhatikan ku, makan ku, minum ku, bahkan saat seseorang bertanya padaku, jika ada dirinya, dia lah yang akan menjawabnya. Wah, merasa dimanjakan.

"Kit, kita kembali ke Jepang besok kan?" Aku hanya mengangguk, suaraku sudah mulai habis, aku perlu menemui dokter saat sampai Jepang besok.

"Sebelum kembali ke Jepang, aku ingin jalan-jalan. Mau ikut?" Aku sudah duduk di salah satu sisi ranjang dengan bersandar kepala ranjang.

"Ti-" fix, suaraku habis hanya bisikan. Jadi aku menggeleng.

Phi Sing mendudukkan dirinya, lalu mendekat ke arahku. Dia sudah disamping ku dengan kaki bersila.

"Kit..." Aku menoleh ke arahnya, setelah meletakkan ponselku.

"Aku benci orang itu! Dia membuatmu menangis. Aku tidak suka." Aku hanya tersenyum lalu mengangguk.

Tiba-tiba Phi Sing memelukku, "Aku tidak suka saat kau menangis seperti kemarin, itu menyakitiku, aku tak suka dan tak ingin melihatnya lagi. Tapi, jika kau benar-benar tengah rapuh, cari aku. Biar hanya aku yang melihat sisimu seperti kemarin..." Ucapnya tanpa melepaskan pelukannya. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Sebesar itukah kau menyukaiku? Kau melimpahkan perhatianmu, kau melimpahkan perasaan sukamu, tapi dengan egoku, aku hanya mengabaikan itu karena masih terpaku dengan masa lalu.

"Kit... Ayo menikah..." Aku langsung menyudahi pelukannya, menatap lekat ke arah Phi Sing atas ajakannya.

"Dengar, ayo menikah, jadikan aku seperti apa yang kau mau, biarkan aku yang berjuang untukmu. Dan tunjukan pada semua orang jika kau mampu bahagia atas masa lalu mu. Akan kuberikan seluruh hidupku untukmu, akan kulakukan apapun untukmu. Kau hanya perlu menerima atas semua hal, dan aku akan memberikan atas segala hal." Tak ada keraguan atas kalimatnya. Dapat terlihat dari kedua matanya jika ia bersungguh-sungguh.

"Aku menyukaimu, Kit..." Phi Sing masih menatapku, kedua tangannya terangkat memegang wajah ku.

"Aku benar-benar menyukaimu, dan mungkin aku sudah jatuh hati denganmu..."

It's Love (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang