Di bulan musim dingin, ada banyak hal mengejutkan terjadi. Yoongi dipromosikan naik jabatan, mendapat fasilitas yang lebih lengkap, juga kenaikan upah yang lumayan besar. Yoongi jadi lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja di rumah ketimbang di kantor, tapi bukan berarti sedikit kesibukan yang ia hadapi. Setiap malam berkutat di depan komputer dan tumpukan berkas penting nyaris sampai subuh. Pekerjaannya jadi lebih serius namun Yoongi tetap melakukan tugasnya seperti biasa tanpa ada keluhan sedikitpun. Akhir pekan tetap sama seperti hari-hari sebelumnya. Yoongi sendiri hampir lupa kapan ia mengambil waktu liburan.
Yoongi mengusap wajahnya yang terasa kaku karena menatap komputer berjam-jam. Ia menarik hembuskan nafas secara perlahan berusaha menghilangkan kantuk yang mulai membuat pandangannya buram.
Tepat di dalam ruang kerjanya, Yoongi menjatuhkan punggung untuk bersandar pada tempat duduk empuk di depan meja. Kopi hitamnya sudah dingin tanpa sempat ia minum, sejumlah kertas berhamburan di lantai, tinta pena memenuhi setumpuk kertas, dan Yoongi di sana memainkan kacamata bacanya dengan pandangan kosong.
Kepalanya pening bercampur rasa kantuk, belum lagi pekerjaannya tak kunjung selesai. Yoongi menekan pelipisnya kemudian meraih ponsel yang sejak beberapa saat lalu terus menyala. Ada banyak pesan biasa serta via email, juga notifikasi sejumlah panggilan masuk yang tidak sempat Yoongi terima. Salah satu diantaranya dari Taehyung. Melihat nama itu tertera di layar, Yoongi sedikit mengerang kemudian meletakkan kembali ponselnya. Bocah itu sempat bersungut-sungut dan mengoceh tak karuan saat dia tahu jika Yoongi menjadi salah satu karyawan yang diutus ayahnya ke Jepang akhir bulan ini untuk menyelesaikan perihal kontrak kerjasama perusahaan dan urusan penting lainnya. Taehyung mengeluh keberatan hingga dia meninggalkan kediaman Yoongi dengan cara membanting pintu secara kasar. Padahal menurut apa yang Yoongi jelaskan ia hanya pergi sekitar satu sampai dua bulan.
"Argh, brengsek!"
Yoongi beranjak keluar dari ruangannya. Pergi ke dapur untuk meneguk sebotol air mineral, dan dalam hati memekik serapah. Mungkin ia benar-benar butuh tidur malam ini―mengurungkan niat lembur seperti biasa. Memikirkan Taehyung secara bersamaan dengan urusan pekerjaan adalah kegiatan menguras tenaga dan emosi. Harusnya ia tampar Kim Taehyung sialan itu tadi.
Sambil sempoyongan, Yoongi menapaki anak tangga menuju kamarnya. Ruangan itu tampak temaram, begitu rapi karena Yoongi jarang beristirahat di sana. Yoongi pun membaringkan tubuhnya lalu menarik selimut hingga menutupi leher. Ada aroma familiar milik Taehyung pada ranjangnya.
"Sudah ku duga, dia pasti tidur di sini seharian tadi. Padahal sudah kuperingatkan. Dasar bocah tengik!"
Meski memaki-maki, ujung-ujungnya Yoongi mendengkur halus lalu tertidur nyenyak.
•••
"Tenang baby boy, kegelisahanmu membuatku pusing"
Taehyung berada di rumah ayahnya setelah kabur dari rumah Yoongi. Menggerutu bahkan mondar-mandir bak cacing kepanasan. Sedari sore Taehyung berada di sana menunggu sang ayah pulang dari pertemuan dengan kolega bisnis namun sekarang nomor ponsel pria itu tidak aktif. Rasanya Taehyung ingin membanting apa saja yang dapat tangannya jangkau.
"Kurasa kau butuh sedikit rileksasi, baby boy. Kau ingin minum sesuatu?"
Sambil berkacak pinggang, Taehyung menoleh pada sosok yang tengah duduk di sofa. Aster, wanita blasteran Skotlandia Korea yang sudah hampir sepuluh tahun menjadi pemanis kehidupan ayahnya. Taehyung sendiri tidak tahu kejelasan hubungan mereka, entah keduanya menikah atau tidak, yang pasti Aster sangat istimewa bagi ayahnya. Dia lebih sering berada di rumah, sangat suka berdandan layaknya aktris papan atas, dan suka minuman keras. Tapi walaupun begitu ada satu sisi yang Taehyung suka dari wanita itu, dia dapat dipercaya soal rahasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOX WHISPER
Fanfiction[ DISCONTINUED! ] Malam itu, Min Yoongi tidak sengaja bertemu Kim Taehyung. Tatapannya dingin, namun hatinya diselimuti kehangatan yang sulit dijelaskan. | Kim Taehyung x Min Yoongi Warning! : Boys Love, Yaoi. ©hirose