07

1.9K 253 27
                                    

Di bawah langit berona senja, sedikitnya ada beberapa orang termasuk Taehyung yang berdiri di antara kerumunan orang yang hendak menyeberang jalan. Menunggu traffic light berganti pendar cahaya merah.

Gradasi cantik di barat mengundang Taehyung menengadah, sekedar mengumpati keindahan yang agaknya terlalu berlebihan. Warna oranye cerah yang berasal dari pantulan hangat sinar matahari, tapi Taehyung sendiri bahkan lupa bagaimana rasanya.

"Ayo minum cokelat panas"

Taehyung mengulas senyum tipis. Melirik lewat ujung mata pemuda lain yang beberapa menit lalu berpapasan dengannya di jalan.

"Aku tidak keberatan asal kamu yang traktir," katanya acuh tak acuh.

Disetujui, Taehyung pun tak protes kala dirinya harus mengekori seseorang yang berinisiatif memberi traktiran. Mereka memesan dua cokelat panas dengan masing-masing dua toping marshmellow, duduk saling berhadapan lalu memulai pembicaraan.

"Jika tebakanku benar kamu ini sugar daddy. Iya kan, Yoongi?"

Taehyung memicingkan matanya, sedang yang duduk di hadapannya terlihat tidak terima akan sebutan aneh itu.

"Soalnya kamu selalu gonta-ganti pasangan, tampan semua lagi," lanjutnya.

"Bisakah kamu tidak membicarakan hal itu? Aku muak mendengarnya"

Taehyung terkekeh kecil, kedua tangan bersedekap dengan matanya menatap lurus ke arah Yoongi. Yang di pandang jadi tidak enak hati, walau hal itu tidak diperlihatkan secara terang-terangan olehnya.

Hening sejenak hingga yang terdengar selanjutnya di antara mereka hanya suara bising para pelanggan lain di sana. Bisikan samar dan suara canda tawa membuat Yoongi kehilangan seluruh pertanyaan yang sebelumnya telah dia susun rapih. Sedang Taehyung sendiri ikut bergeming tanpa melepas perhatiannya pada pemuda yang lebih kecil.

"Taehyung-ssi—"

Kim Taehyung mengibas sebelah tangannya menghentikan ucapan Yoongi. "Berhenti bicara formal padaku. Santai saja, Yoongi, aku lebih nyaman kalau kamu bicara frontal disertai makian dari pada kamu bicara seakan pada pak tua lanjut usia. Aku tidak semengerikan itu."

Yoongi balas mengangguk kaku.

"Begini, aku ingin tahu lebih banyak tentang dirimu"

Ucapan Yoongi membuat Taehyung bergeming. Ditatapnya manik mata Yoongi seolah mencari suatu alasan tersembunyi di dalam sana.

"Kenapa kamu ingin tahu?" keningnya menukik tajam.

Yoongi menjatuhkan tatapannya yang semula memandang wajah Taehyung. Ia berpikir sejenak mengenai dampak yang akan diterimanya jika Taehyung tidak senang akan apa yang hendak ia tanyakan.

Menarik nafas dalam, akhirnya Yoongi siap pada segala sesuatu yang akan terjadi selanjutnya.

"Karena, aku tahu kamu yang melukai Namjoon"

Dua cokelat panas tiba dihadapan keduanya. Uap hangat mengepul bersama aroma menenangkan perpaduan cokelat dan marshmellow, kesukaan Yoongi.

Setelah itu, Yoongi mendapati Taehyung memandang keluar jendela.

Suram, semacam kekosongan yang tidak biasa, itulah yang dapat Yoongi lihat dari Taehyung. Yoongi tidak menemukan mimik cerah di setiap pertemuan mereka walaupun Taehyung beberapa kali menyunggingkan senyum. Semuanya masih nampak sama seperti hari-hari sebelumnya, seperti saat Taehyung menemukan Namjoon diparkiran toko kelontong.

Yoongi jadi teringat perkataan Jungkook, di mana menurut anak itu ada orang aneh datang kerumahnya yang kemudian digiring polisi untuk menjauh dari kediaman Jeon, dan di hari yang sama pula Namjoon yang habis bertugas pulang dengan luka di bagian perut dan wajah. Semua kejadiannya saling terhubung satu sama lain.

Apalagi ketika Taehyung kebetulan bertemu Jungkook di depan kedai hobakjuk. Menurut Yoongi ada yang tidak beres ketika keduanya saling pandang. Seperti Jungkook yang seakan berusaha mengenali sosok asing dihadapannya, sedangkan Taehyung sendiri memasang senyum manis untuk menyapa yang lebih muda dalam diam.

- - -

"Apa kamu percaya jika kubilang bukan aku pembunuhnya?"

Hari itu makna tersembunyi dari perkataan Taehyung seakan menjelaskan sesuatu. Yoongi pun hilang akal, ingin percaya atau tidak saat mimik wajah dan ucapannya sungguh bertolak belakang.

Di pojok toko kelontong Yoongi akhirnya tahu siapa pemuda ini sebenarnya.

Yoongi kalang kabut berusaha memahami Taehyung yang masih begitu abu-abu, begitu misterius.

"Aku punya alasan mengapa aku menginginkan nomor ponselmu. Yang pertama agar kamu tetap tutup mulut, dan yang kedua agar aku bisa memantau Namjoon dari jauh." Taehyung berkata seiring dengan seringai di sudut bibirnya.

Yoongi tertegun hampir tidak percaya jika ternyata memang Taehyung lah pembunuh berantai di distrik tempat Yoongi tinggal. Taehyung yang membunuh si wanita paruh baya dan karyawan mini market.

Yoongi bertanya-tanya dalam hati mengapa Taehyung melakukan hal keji dan mengerikan tanpa ada rasa takut sedikitpun terbesit di wajahnya. Tapi lidah Yoongi keluh, tak dapat mempertanyakan hal tersebut sebab ia sedang berhadapan langsung dengan si pembunuh.

"Aku tidak sembarang menghabisi nyawa seseorang, jadi jangan berpikir aku tertarik untuk menghabisimu."

- - -

"Siapa yang memberitahumu?"

Taehyung bertanya kemudian menyeruput cokelat panasnya dengan santai.

Tidak mungkin Yoongi mengatakan jika Jungkook yang memberitahunya. Anak itu bisa dalam bahaya kalau sampai namanya ikut terbawa.

Yoongi masih memperhatikan gerak gerik Taehyung sebelum dia menjawab sendiri pertanyaannya.

"Jeon Jungkook, kan?"

Yoongi gelagapan refleks menyentuh ujung hidungnya.

Jungkook, apa dia akan baik-baik saja?

"Ah, sudah kuduga bocah itu pasti ember bocornya." Taehyung menghembuskan nafas panjang lalu menyenderkan punggungnya. "Kuperingatkan kamu Yoongi, jangan jatuh hati pada adikku."

"Apa?!"

Adik katanya? Seketika tubuh Yoongi menegang, ia di buat terkejut dengan apa yang baru saja Taehyung katakan.

"Kamu satu-satunya orang yang mungkin dapat ku percaya. Aku tahu kamu menghabiskan banyak waktu bersamanya. Dan Namjoon," Taehyung menjeda kalimatnya hanya untuk sekedar menyunggingkan senyuman hambar seperti biasa. "Katakan padanya aku minta maaf."

Yoongi masih termangu, menatap Taehyung lamat-lamat.

"Terima kasih, Yoongi. Kesempatan berikut aku yang traktir," katanya

Taehyung kemudian beranjak dari tempat duduk seraya merapikan mantelnya sebelum pergi meninggalkan Yoongi di sana, sendiri.

Tanpa niat sedikitpun mencegah pemuda itu, Yoongi balas mengangguk kecil membiarkan Taehyung undur diri. Namun, Yoongi baru menyadari di luar sedang gerimis, sontak dirinya pun berdiri mencari keberadaan Taehyung yang terlihat berlari menerobos hujan di antara para pejalan kaki yang sibuk mencari tempat berteduh, kian menjauh sampai tak dapat dijangkau penglihatan Yoongi lagi. Jadi, Yoongi kembali duduk kemudian mengamati dua mug cokelat panas dengan takaran yang tak lagi sama—miliknya yang belum tersentuh sama sekali dan milik Taehyung yang terdapat bekas seruputan di bibir gelas. Sama-sama masih mengepulkan uap hangat.

Sedari awal, Yoongi memang telah menduga jika Taehyung pembunuhnya. Tapi, wanita paruh baya dan karyawan minimarket, apa sangkut paut mereka dengan Taehyung?

Juga, Jungkook yang adalah adik Taehyung, bagaimana bisa? Kemudian perkelahian Taehyung dan Namjoon malam itu, kenapa Taehyung kelihatan tidak mendapat luka apapun ditubuhnya?









[...]

PARADOX WHISPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang