04

2.5K 273 18
                                    

Pemandangan asing yang kali pertama didapatkan Yoongi selama beberapa tahun terakhir dalam rumahnya, tepatnya di ruang tengah. Sepintas lalu tamunya sempat melontarkan berbagai macam pertanyaan ringan pada Yoongi, namun si pemilik rumah tak ada niatan menjawab satupun; lebih fokus mengemasi sejumlah pakaian dari pada membuang sia-sia tenaganya menjawab kumpulan pertanyaan Namjoon.

"Woah, aku tidak tahu kalau kamu suka membaca buku, Yoongi hyung"

Yoongi menjeling, mengikuti setiap gerak-gerik Namjoon yang sejak tadi tak bisa duduk diam—terus saja kesana-kemari sambil meneliti setiap interior rumah—tak lupa mengotak-atik rak buku kepunyaan Yoongi.

"Kamu kan tidak pernah bertanya, jadi mana mungkin kamu tahu," Yoongi berkata sambil menutup risleting koper, "Ngomong-ngomong, berhentilah merusuh di rumahku, Namjoon. Barang-barangku bisa berantakan"

Yang di beri peringatan sama sekali tidak mengindahkan perkataan Yoongi, malahan duduk bersila di lantai bersama tumpukan buku disampingnya. "Boleh aku pinjam buku ini?"

Kopernya diletakkan begitu saja, lalu Yoongi membawa tubuhnya mendekat dengan mata menyipit berusaha membaca dari kejauhan judul pada sampul buku yang Namjoon maksud.

"Oh. Ya, tentu. Buku ini favoritku, aku yakin kamu juga akan suka." Yoongi kembali menyibukkan diri dengan barang-barangnya, tidak lupa dia membereskan perlengkapan mengajarnya untuk di bawa pula.

Sedetik kemudian Yoongi mengalihkan perhatiannya pada Namjoon yang tengah serius membalik lembaran buku di pojok ruangan. "Sejak kapan kamu suka membaca?"

Pertanyaan sekedar basa-basi.

Tanpa sedikitpun memalingkan wajahnya Namjoon mengedikkan bahu menjawab singkat, "Lupa"

Yang kemudian di balas gelengan kepala oleh si pemilik rumah.

Tak butuh waktu lama bagi Namjoon untuk berdecak kagum usai dirinya menyelesaikan satu lembar pertama buku milik Yoongi.

"Aku sudah siap"

•••

Dalam mobil sedan yang melaju di jalan raya kota Seoul, Yoongi bertopang dagu menikmati pemandangan dari balik jendela. Ini akan jadi pertemuan keduanya dengan Seokjin; kekasih Namjoon. Luar biasanya, pemuda itu begitu rendah hati—dermawan—walaupun mereka belum mengenal satu sama lain.

Yoongi berkali kali memikirkan bagaimana ia harus bersikap begitu sudah berhadapan langsung dengan Seokjin, karena sejujurnya Yoongi sendiri agak kaku jika bertemu orang baru, apalagi dulu ia pernah memergoki orang yang sama bercumbu di toilet kantor polisi. Jika di ingat-ingat lagi, Yoongi jadi malu sendiri. Kenapa matanya yang harus ternodai.

"Bagaimana kekasihmu? Apa dia pemalu atau hiperaktif? Ekstrover atau introver? Dia mudah akrab dengan orang baru?"

Namjoon mengerjap beberapa kali. Kendati menjawab, ia berdalih membuang muka menahan cekikikan yang hendak merangsek keluar melalui celah bibir.

"Jawab, Namjoon. Kenapa diam saja." Yoongi mengubah posisi duduknya menyamping menghadap kursi kemudi. "Aku tidak ingin terkesan buruk di hari ini."

Tapi, Namjoon tetap bungkam sambil mengusap ujung bibirnya menggunakan telunjuk.

Kenapa Yoongi jadi paranoid begini? Namjoon jadinya dapat ide gila untuk mengerjainya.

Mengandalkan senyum menyebalkan yang paling Yoongi benci, Namjoon menautkan keningnya seolah menerawang jauh. "Dia agak pemarah, kamu tahu? Orangnya sedikit emosian, dan sensitif. Seokjin paling benci jika rumahnya berantakan, apalagi dapurnya. Oh, aku peringatkan padamu, hyung, jangan dekati wilayah itu kalau kamu masih ingin hidup."

PARADOX WHISPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang