17

1.3K 186 38
                                    

Bukan waktu yang tepat untuk bertemu Jungkook di saat-saat seperti ini. Harusnya Yoongi dapat lebih hati-hati mengambil jalan pintas untuk menghindar. Terlambat adalah satu kata yang tepat, karena sekarang tepat diparkiran, Jungkook bersedekap di depan pintu mobil milik keluarganya, sudah siap sedia berhadapan dengan Yoongi yang mulai bercucuran keringat dingin ketika dilontari sejumlah pertanyaan yang teramat menyudutkan.

Kalau saja tidak ada tiga pria dewasa lagi seperti kemarin-kemarin. Mungkin Yoongi bisa menghardik sesukanya atau juga menghindar dengan melengos pergi.

"Jangan coba-coba kabur atau kupastikan kau tidak pulang ke rumah hari ini"

Itu Jungkook. Bicara non formal tanpa sopan santun sedikitpun tersisip di antara kalimatnya. Yang paling mengejutkan dia menyebut Yoongi dengan sebutan 'kau'. Tanpa sadar Yoongi jadi merasa direndahkan.

"Kita bicara di tempat lain, oke?"

Untung saja Jungkook mau dan setuju dengan tawaran Yoongi. Dan di sinilah mereka, dalam ruang guru, duduk saling berhadapan di depan meja kerja Yoongi. Beberapa menit disana hanya saling pandang tanpa satupun dari mereka hendak memulai pembicaraan. Jungkook sendiri memicing tajam, menindas lewat tatapan matanya. Sedang Yoongi menyusun cepat strategi agar si bocah dapat dengan mudah dikelabui.

"Jadi, apa yang membuatmu seperti ini, hm?"

Jungkook berdecap kesal seraya membuang muka. "Kau menghindariku akhir-akhir ini, kau pikir aku tidak tahu, huh?"

"Hei, Jeon Jungkook. Tata krama, tata krama! Astaga, kenapa gaya bicaramu jadi seperti anak berandalan begini." Yoongi memijat pelipisnya yang berdenyut sakit.

"Tanya dirimu sendiri. Kalau bukan karena kau aku juga tidak akan begini. Sialan, apa sekarang Taehyung hyung yang jadi kesayanganmu? Lalu bagaimana denganku?"

Kenapa malah amburadul tak jelas. Sejujurnya Yoongi malas di ajak berdebat apalagi kalau persoalannya tidak jelas dan sama sekali tidak berguna. Lalu mengenai siapa kesayangannya, Yoongi bahkan tidak pernah mengungkit tentang kesayangan seperti yang Jungkook maksud, apalagi ada nama Taehyung terselip dalam ucapannya. Bagi Yoongi, Taehyung cuma sekedar teman baik, tidak lebih. Heran sekali mendengar ungkapan konyol yang dilontarkan Jungkook barusan, seakan dirinya kepergok selingkuh oleh kekasih sendiri.

"Bicara apa, sih, Jungkook?" Wajahnya berkerut bingung.

"Berlagak tidak tahu lagi. Taehyung hyung bilang dia akan tinggal denganmu untuk waktu yang lama. Sampai kapan? Kenapa aku harus tahu darinya? Kenapa bukan darimu? Lalu, sejak kapan kalian sedekat itu? Kau berniat mencampakkan diriku? Aku tahu Taehyung hyung lebih mempesona dariku. Tapi asal kau tahu juga, aku ini lebih baik untuk jadi kesayanganmu. Aku manis, menggemaskan, pintar, tampan, lalu apa yang kurang?"

Bukan, bukan tentang semua hal yang Jungkook maksud. Yoongi mengusap kasar wajahnya, tidak tahu harus menjawab apa. Dalam tanda kutip Yoongi bingung akan orientasi pemuda ini. Orang-orang jadi gila dan seharusnya Yoongi sadar kalau penyakit cinta yang terjadi pada Namjoon ternyata menular. Buktinya Jungkook ikut-ikutan tak waras.

Dihadapannya, Jungkook menampilkan raut sedih dan harap. Tapi tidak mungkin Yoongi bisa dengan mudah mengatasi hal semacam ini. Dia rasa Jungkook butuh dokter spesialis jiwa. Bocah ini sekarat karena pubertas yang tidak seharusnya.

"Dengar, Jungkook. Kamu tidak semestinya menyukaiku, itu salah dan sangat bermasalah. Kamu ini laki-laki yang nanti akan jadi pria dewasa, harusnya jatuh cinta pada seorang wanita, membangun keluarga lalu hidup bahagia. Bahkan dalam dongeng sekalipun tidak ada pangeran yang mencari pangeran. Dalam film sekalipun penonton juga pasti akan kecewa, ya kan?"

PARADOX WHISPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang